Happy Reading💕
Kulalui kembali hariku seperti sebelum aku mengenal Levin ataupun Alvin dalam hidupku dan mencoba perlahan melupakan semua kesedihan itu. Aku harus bisa bahagia tanpa mereka aku tak boleh berlarut larut dalam masalah dan merepotkan orang lain. Sudah cukup aku menagisi sesuatu yang belum pasti dan hari ini akan aku coba bangkit meski rasanya masih sulit dan semoga aku bisa.
"Alya cepetan" Aku langsung membereskan buku buku di atas meja dan memasukannya kedalam tas lalu keluar menyusul kedua sahabatku.
"Kalian tunggu disni biar aku yang pesanin buat kalian" kataku bersemangat.
"Boleh aku kayak biasanya aja" kata Lira.
"Aku juga yah Al" sambung Abel.
"Oke bentar yah" aku melangkah ke stand makan untuk memesan makanan kami.
"Al kamu gakpapa kan?" Aku mengernyit heran pada Lira.
"Aku baik baik aja kok" jawabku
"Hari ini kamu beda banget Al aku sampai ngerasa temenan sama kamu pas baru masuk kuliah lagi" jelas Lira.
"Iya Lir Alya yang dulu serasa kembali lagi" Aku tertawa membuat keduanya menatap kesal ke arahku.
"Kok malah diketawain sih" sunggut Abel
"Kalian berdua biasa aja kali aku biasanya juga kayak gini kan?" Kataku sembari terkikik.
"Iya Al tapi setelah masalah cinta yang sering membuat kamu tersakiti dan tiba-tiba kamu kembali lebih ceria itu maksudnya apa?" Aku tersenyum masam kearah mereka berdua
"Aku sadar aku gak bisa terus bersedih dan meratapi setiap masalah dalam hidup aku semua kuserahkan pada tuhan jika jodoh pasti akan kembali lagi padaku"
"Hmm benar yang kamu katakan dan kita disini sebagai sahabat kamu cuma bisa kasih yang terbaik buat kamu" kata Lira lirih.
"Makannya Al kalau ada masalah cerita sama aku atau Lira kita gak akan bairin kamu sendiri" ujar Abel.
"Makasih kalian selalu ada buat aku" mereka berdua mengangguk bersamaan.
"Yaudah makan dulu" Aku langsung kembali melanjutkan makanku.
Jam sudah menunjukkan pukul 02:30 dan saatnya aku berangkat ke caffe. Setelah berpamitan kepada dua sahabatku aku berlalu pergi menuju ke caffe.
"Selmaat siaangg semuanya" semua orang didalam Dapur caffe menatap kepadaku yang sedang tersenyum kepada mereka.
"Semangat banget Al" Aku terkekeh mendengar kata Siti.
"Semangat itu harus iya nggak Ren?" Kataku sedikit meledek Rena yang wajahnya sedang ditekuk entah kenapa.
"Terserah" katanya Acuh.
"Yaudah aku siap siap dulu" aku melangkah keruang istirahat pelayan dan mengambil celemek lalu kembali kedalam dapur.
"Ren sini aku bantuin" tawarku saat aku melihat ia kelelahan.
"Boleh" Aku mengambil alih mengocok adonan yang tadi dibuat Rena.
"Alya Aaaallll" teriak Mba Anes
"Iyaa kenapa?" Aku datang menghampirinya.
"Ini tolong diantarkan ke meja nomor 4 yah" katanya lalu memberiku nampan yang berisi segelas jus.
"Siap bos" Mba Anes hanya tertawa lalu menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkahku.
"Ini pak silahakan dinikmati" kataku ramah kepada pria paruh baya itu.
"Terimakasih" Aku mengangguk. Baru saja aku akan melangkah kembali seseorang yang masuk kedalam caffe bersama wanita cantik itu membuatku hampir menjatuhkan nampan ditanganku saking kagetnya. Terburu-buru aku berlari kedalam dapur agar Levin tidak melihatku.
"Aduhh Alya hati-hati" Rena menatapku jutek karena hampir saja adonan yang dibawanya tumpah ke lantai.
"Eh maaf Ren gak sengaja"
"Lain kali hati-hati" katanya dan langsung pergi begitu saja.
Aku mendekat ke arah pintu dapur dan mengintip Levin bersama wanita itu mereka berdua duduk berhadapan dan sesekali mereka tertawa dan terlihat sangat akrab seperti sepasang kekasih yang saling menyanyagi. Belum cukupkah rasa sakit ini? Sehingga disaat aku sedang berusaha bahagia sendiri dia datang dan menamparku dengan kejutan kecil yang dibawanya. Apa maksud dia membawa wanita itu kesini dimana ini adalah tempat kerjaku? Dan tanpa ia tau karena wanita itu aku menjauhinya.
"Alya tolong ini pesanan dimeja nomor 7" Aku membelalak kaget. Meja nomor 7 bukannya itu tempat duduk Levin? Aduh sial.
"Ahh iiyaa Mba" aku mengambil kembali Nampan yang berisi 2 cangkir kopi seraya menunduk berjalan hati-hati kemeja nomor 7.
Tanganku gemetar kala meletakkan cangkir itu ke atas meja aku masih menunduk aku tak ingin menatap orang orang ini.
"Alya?" Damn it! Terpaksa aku mendongkak dan menatapnya sinis.
"Dia siapa?" Tanya wanita itu pada Levin lalu melirik ke arahku.
"Maaf saya permisi" Aku berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua. Aku tak kuasa menahan sesak didada aku tak boleh lemah tak boleh bersedih lagi aku harus kuat ini semua akan berlalu ingat semua akan berlalu dan tak akan selamanya seperti ini.
"Mba aku kebelakang dulu mau buang sampah" Aku melangkah keluar sembari menenteng kresek sampah yang belum terlalu penuh.
Setelah membuang sampah itu aku tidak langsung masuk lagi kedalam aku mampir duduk bersandar dibawah pohon merasakan kesejukan sepoi angin yang menerpa wajahku pikiranku kembali pada kejadian beberapa menit yang lalu.
"Argggggg Alya stop" aku menjambak rambutku berusaha menghilangkan semua pemikiran tentang Levin..
Plak!
Aku terdiam kala tepukan ringan dibahuku tiba-tiba sehingga aku berbalik badan dan melihat siapa orang yang menepukku.
Deg!
Levin? Cobaan apalagi tuhan yang kau kirimkan untukku aku susah payah menghindari lelaki ini dan sekarang ia berdiri dihadapanku?
"Kenapa kamu disini?" Tanyaku sinis.
"Aku hanya ingin tau kenapa kamu menghindar dari aku Alya"
"Bukan apa-apa aku harus pergi" kataku lirih dan pergi meninggalkannya yang masih berdiri menatap datar ke arahku.
Jangan lupa vote dan kommennya gaess💞
See you next part🎉
Fllw ig: lhalamamonto

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
RandomBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...