Halloooo happy reading para readers🎉 maaf kalo typo bertebaran😁
Aku terburu buru menyelesaikan tugas dari pak Doni seorang dosen dengan ketegasan dan sangat killer menurut Lira dan Abel. Sedangakan mereka berdua? Jangan tanya karena mereka berdua dengan teganya meninggalkanku sendirian di dalam kelas. Selesai aku mengerjakannya aku segera keluar dan berlari lari kecil ke ruangan pak Doni. Saat sampai didepan ruangannya aku mengatur napasku yang ngos-ngosan karena berlari setelah itu aku langsung masuk kedalam.
" selamat siang pak, ini pak" kataku sembari memberikan dua lembar kertas kepada pak Doni.
" lain kali jangan sampai telat seperti ini lagi paham?" Kata pak Doni tegas
" iyya pak Maaf" pak Doni hanya menganggukan kepala dan akupun segera keluar dari ruangannya yang berasa udara menjadi pengap seketika.
Aku berjalan sambil bersenandung ria dan sesekali tersenyum ke para senior senior yang kusapa meski kadang ada yang tidak menanggapinya tapi bodoh amatlah setidaknya aku sudah menjadi junior yang baik dan sopan. Aku terus berjalan sampai tiba tiba langkahku terhenti di depan fakultas Bisnis, aku memeggang perutku yang terasa sakit dan kurasakan keringat dingin bercucuran di atas dahiku dan seketika pandanganku menjadi kabur lalu aku merasakan tububku yang terjatuh dan semuanya menjadi gelap dan suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku.
🍒🍒🍒🍒
Aku mengedarkan pandanganku pada ruangan yang serba putih ini seingatku aku tadi terjatuh didepan fakultas Bisnis dan saat aku membuka mata aku sudah berada disini.
Saat aku berusaha bangun aku terbelalak melihat seorang lelaki yang tampak tenang dalam tidurnya di atas sofa di ruangan ini. Kenapa bisa dia ada disini? Bersamaku? Diruangan sesunyi ini? Aku segera menepis pikiran pikiran negatif ku." Levin heyy Levin bangun" panggilku dari atas brankar yang baru kusadari ternyata ini UKS kampus.
"Leviiiinnn bangun" teriak ku lagi dan lelaki itu segera membuka matanya dan menatapku datar.
Levin berdiri dari posisinya dan mendekat ke arahku aku terus menatapnya penuh tanya lalu ia mengambil botol minuman di atas nakas dan menyerahkannya padaku. Aku menatap botol itu lalu menatap lagi ke arahnya.
"Minum!" Katanya setelah melihatku kebingungan.
" kenapa aku bisa ada disini?" Tanyaku tanpa berniat mengambil botol minuman itu dari tangannya.
"Kamu pingsan" katanya dan menyerahkan botol minuman itu lagi padaku aku segera mengambil dan meneguknya sampai setengah.
Lalu Levin mengambil tasnya di atas sofa dan beranjak menuju pintu keluar. Aku hanya menatapnya kesal yah! Aku sangat benci jika harus berhadapan dengan Manusia Es seperti Levin lihat saja bicaranya hanya dua atau tiga kata saja sangat irit. Aku heran dengan Abel dan Lira yang suka memuji muji Levin orang dia datar seperti itu apa yang harus dipuji? Sudahlah aku tak mood lagi mendeskripsikan si manusia Es itu.
Ketika aku ingin kembali berbaring suara pintu yang dibuka mengejutkanku dan aku lebih terkejut melihat orang yang baru saja masuk kedalam ruangan ini. Levin si manusia Es itu balik lagi dan membawa kantong makanan di tangannya. Aku terus menatap apa yang dilakukan Levin sampai dia kembali mendekat padaku.
" ngapain balik lagi?" Tanyaku sinis
" makan!" Katanya dengan nada perintah seraya menyodorkan kotak bubur ayam ke arahku.
" nggak mau" tolakku dengan wajah kesal. Ku lihat Levin menaruh makanan itu di atas nakas dan keluar dari ruangan dengan muka datarnya.
Aku hanya mendegus kesal lagi lagi aku harus dihadapkan dengan sikap dingin pria Es itu. Padahal jauh didalam hatiku aku berharap Alvin yang membawaku kesini dan menungguku sadar lalu menyuapiku makan dan tersenyum hangat padaku sungguh indah seandainya itu terjadi. Tapi ini? Malah si manusia Es itu yang membawaku kesini.
" dasar Manusia Es kenapa harus dia sih yang bawa aku kesini? Kenapa gak dia tinggalin aja aku saat pingsan tadi? Biar orang lain aja yang nolongin gak harus dia yang kayak gak ada ikhlas ikhlasnya gitu liat aja mau kasih makanan aja mukanya datar padahalkan aku gak nyuruh dia buat beliin makanan dasar aneh" kataku mendumel tak jelas pada Levin.
Aku memutuskan untuk berbaring dan tidur sejenak karena perutku masih sedikit terasa nyeri namun baru saja aku akan menutup mata pintu ruagan UKS ini kembali terbuka dan menampilkan 2 sahabatku dengan raut khwatir.
" astagaa Alya kamu kenapa bisa ada disini? Kamu sakit?" Lira mendekat padaku dan menggengam tanganku begitupun dengan Abel.
" aku gak apa apa kok tadi cuma pingsan aja" kataku seraya tersenyum.
" hufffttt syukurlah" kata Abel dan Lira bersamaan.
" eh tapi kok kalian berdua bisa tau aku ada disini?" Tanyaku. Karena setauku mungkin cuma Levin yang tau dan suster penjaga UKS ini.
" tadi dikasih tau sama suster ana" jawab Abel aku hanya mengangguk.
" kamu udah makan Al?" Tanya Abel. Aku hanya melirik bubur yang tadi diberikan Levin lalu kembali menatap Abel
"Belum" jawabku singkat dan aku lihat Lira juga memandang ke arah kotak makanan di atas nakas.
" ehmm Al itu makanan dari suster ana?" Tanya Lira. Aku kembali melirik sekilas pada makanan itu aku tau Lira pasti penasaran karena setau kami suster ana tidak mungkin memberikan makanan pada pasiennya.
" bukan" jawabku. Lalu Lira dan Abel saling tatap.
"Lalu dari siapa?" Tanya Lira lagi
" Levin" balasku malas menyebut si manusia Es itu.
Lira membelalakan matanya padaku sedangakan Abel menutup mulutnya dengan kedua tangannya seakan ekspresi mereka yang entahlah membuatku memutar bola mataku malas.
" Ya ampun Al itu beneran dari Levin astagaa Alyaaa" kata Lira
" oh my god Alyaa kok bisa?" Sambung Abel
" bisalah orang dia yang bawa aku kesini" kataku sinis mengigat bagaimana perlakuan Levin yang menjengkelkan.
" terus Levin mana? Kok gak ada?" Tanya Lira.
" mana aku tau tadi dia udah keluar" jawabku lagi.
" kamu pasti ngusir dia yah iyakan?" Kata Abel menuduhku. Aku menatapnya kesal dan Lira hanya tertawa melihat espresiku.
" sebelum aku mau ngusir dia eh dia udah peka makannya dia udah keluar"jawabku semakin kesal dan Abel hanya terkekeh.
"Aku mau istirahat udah sana kalian pergi nanti aku telvon kalau udah mau pulang" usirku kepada dua orang itu dan mereka berdua dengan santainya hanya terkikik geli dan lanngsung keluar memngabaikanku yang sudah naik pitam di atas brankar.

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
De TodoBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...