59. Saudara sepupu?

8 5 0
                                    

Happy Reading🤗


Aku maupun Levin duduk berdiam diri dibawah langit malam di taman dekat kantor. Aku menunggunya bicara tapi dia malah ikut diam bersamaku sebenarnya apa yang akan dibicarakannya? Tentang hubungan kami atau ada hal lain? Aku sudah jenuh dengan sikap dingin Levin ini.

"Katanya mau bicara kok malah diam?" Sindir ku

"Bagaimana kamu sama Alvin?" Tanyanya datar.

"Aku sudah melupakan dia semenjak kamu pergi dan aku harap sesuai perkataan kamu bahwa kamu akan memaafkan aku kalau aku sudah melupakan Alvin"

"Kamu sudah benar-benar melupakan dia?" Tanyanya terdengar ada keraguan.

"Apa kamu masih belum percaya? Aku lakuin semua karena kamu Lev dan kamu masih raguin itu? Apa belum puas kamu ninggalin aku selama setahun ini?" Bentakku aku tak bisa menahan kekesalan terhadapnya ia terlalu egois.

"Alya aku tidak bermaksud seperti itu"

"Trus maksud kamu apa? Kamu mau nguji keseriusan aku seperti apa? Kamu tau Lev setiap hari aku selalu rindu dan selalu khawatir keadaan kamu disana dan saat kamu kembali kamu meragukan semuanya? Kamu jahat Lev kamu masih termakan masalalu aku yang sudah aku lupain kamu sengaja buat semuanya jadi lebih sulit" Aku tak kuasa menahan Air mataku.

"Alya aku minta maaf aku yang salah" Levin langsung membawaku kepelukannya dan aku semakin terisak sebab kesal dengannya.

"Sekarang aku percaya kamu sudah melupakan Alvin dan aku minta Maaf aku cuekin kamu kemarin sungguh aku masih sangat mencintai kamu Al" kembali ada rasa bahagia saat mendengar Levin mengatakan ia masih mencintaiku aku pikir semua tidak akan menjadi seperti ini.

"Kamu masih mencintai aku?" Tanyaku lagi.

"Kamu pantas dicintai dan kamu tidak pantas mencintai yang tidak ditakdirkan untuk kamu"  aku tersenyum dalam pelukan Levin.

"Kamu gak akan ninggalin aku lagi kan?" Tanyaku.

"Asalkan kamu tidak mencintai laki-laki selain aku" katanya membuatku mendengus kesal.

"Iya gak akan lagi" jawabku.

Tiba tiba handphoneku berdering tanda ada panggilan masuk dengan terburu-buru aku melepaskan pelukan kami dan mengangkat telfon dari Pak Ardi ia pasti sedang mencariku.

"Iya Halo Pak"

"Kamu kemana Al saya mencarin kamu tapi tidak ada" Kata Pak Ardi cemas.

"Oh aku gakpapa pak lagi keluar sebentar" jawabku

"Sekarang kamu balik saya tidak mau terjadi apa-apa sama kamu"

"Iya Pak aku kesana sekarang" Aku langsung mematikan sambungan telfon kami.

"Telfon dari Ardi?" Aku membelalak kaget kenapa Levin tau ini telfon dari Pak Ardi?.

"Kenapa kamu tau?" Tanyaku penasaran.

"Ada hubungan apa kamu sama dia?" Tanya Levin datar.

"Aduh Lev aku gak ada hubungan apa-apa sama dia kok" kataku membela diri.

"Akhir akhir ini kalian tampak dekat" balasnya tak mau kalah.

"Iya tapi sumpah Lev aku gak ada apa-apa sama dia" kataku mengelak.

"Ingat Alya jangan ulangin kesalahan yang sama" katanya lagi dengan nada mengancam.

"Apaan sih yah gaklah" jawabku malas.

"Yasudah ayo masuk" Levin menarik tanganku lembut dan membawaku masuk kedalam kantor lagi.

Aku dan Levin menghampiri Pak Ardi yang tampak cemas mungkin dia pikir aku sudah diculik kan gak lucu jadinya.

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang