62. I love you

15 3 0
                                    

HAPPY READING🤗


Selesai kampus hari ini Levin memintaku untuk kerumahnya katanya ada urusan penting. Aku sudah menolak dengan berbagai macam alasan dan ujung-ujungnya aku yang akan kalah dengan ancaman-ancaman mautnya itu.

"Aku duluan yah gaes ada urusan" pamitku pada Lira dan Abel.

"Eh Al emangnya kamu gak masuk kerja?" Tanya Lira.

"Aku izin dulu hari ini" jawabku.

"Oh yaudah deh"

Aku berjalan keluar kantin. Saat aku melintas di tempat parkir aku terkejut dengan Pak Ardi yang sudah berdiri di samping mobilnya. Akupun pergi menghampirinya

"Eh Pak Ardi kok ada disini mau ketemu pak Doni yah?" Tebakku.

"Aku mau jemput kamu" katanya.

"Tapi Pak aku masih ada urusan" kataku menolak.

"Ayo aku antar" katanya memaksa.

"Aku mau kerumah Levin" jawabku.

"Oh yahsudah ayo aku antar kesana" Aku mengangguk lalu mengikutinya masuk kedalam mobil.

Tak sampai setengah jam mobil Pak Ardi sudah tiba di depan rumah Levin. Security pun langsung membukakakan gerbang agar Mobil Pak Ardi bisa masuk ke perkarangan.

Tok!

Tok!

Ceklek!

"Hay tante" sapa pak Ardi saat tante Salma yang membukakan kami pintu.

"Eh ada Ardi sama Alya ayo masuk dulu" Aku dan Pak Ardi masuk kedalam menyusul tante Salma keruang tamu.

"Eh tumben kamu kesini Ar sama Alya lagi ada apa?" Tanya tante Salma seraya tersenyum ramah.

"Itu tante Ardi mau anterin Alya kemari" jawab Pak Ardi sembari melirik ke arahku.

"Iya tante Alya disuruh kesini sama Levin katanya ada urusan" ujarku menimpali.

"Oh kamu mau ketemu sama Levin?" Tanya Tante Salma lagi padaku.

"Iya tante" jawabku dengan cengiran. Aku malu saat berhadapan dengan mamanya Levin meskipun orangnya ramah tapi aku masih agak risih apalagi saat ini aku kemari karena ingin menemui anaknya yang menyebalkan itu.

"Kamu samperin aja kayaknya dia masih dikamar" aku menatap tante Salma tak percaya dia menyuruhku ke kamar Levin? Yang benar saja.

"Sudah tidak apa-apa sana pergi" lanjut tante Salma.

"Tapi tante"

"Tidak apa-apa" katanya lagi dengan lembut.

"Pak tunggu sebentar yah" pamitku pada Pak Ardi.

Aku menaiki tangga menuju ke lantai dua ke kamar Levin. Disini banyak ruangan dan aku bingung yang mana kamar si Manusia Es ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu yang kurasa adalah kamar Levin.

Tok!

Tok!

Tok!

Tok!

Tak ada sahutan atau apapun itu sampai akhirnya aku memutuskan membuka handle pintunya dan yups pintunya tidak dikunci aku dengan segan masuk kedalam. Mataku menelusuri setiap detail kamar ini sangat mewah dan elegan gaya interiornya khas Amerika dan bau makulin yang menyeruak ke indra penciumanku.

Seketika pandanganku tertuju pada satu orang yang tertidur pulas di atas ranjang king size yang mewah siapa lagi kalau bukan Levin. Dia yang menyuruhku kesini hanya untuk membangunkannya begitu? Dasar.

"Levin heyy Lev bangun" aku menggoncangkan tubuhnya pelan namun lelaki itu masih pulas dalam tidurnya.

"Levin bangun ayoo bangun Leviiiinnn" aku berteriak kesal namun lagi-lagi ia masih tertidur.

Aku mengambil gelas di atas nakasnya dan menyiramkan sisa Air minum ke wajahnya sambil terkikik geli.

Byurr!

"Haaa apa ini apa ini" kaget Levin.

"Hahahahahah rasain" kataku tertawa melihatnya.

"Alya?" Kagetnya melihatku ada didalam kamarnya.

"Kenapa" balasku sinis.

"Kamu nyiram aku pake air yah" katanya.

"Yaiyalah abisnya kamu susah dibangunin yaudah aku siram aja" balasku acuh.

"Kemari" perintahnya. Aku menghampirinya dan duduk berjauhan dengannya.

"Sini mendekat jangan takut aku tidak akan macam-macam" katanya langsung peka.

Baru saja aku akan menggeser dudukku dengan cepat tangan Levin menarik tanganku alhasil aku tertidur di atas perutnya.aku tersentak kaget bahakan jantungku memompa lebih cepat keadaan ini tidak bagus sekali aku takut apalagi ini dikamar dan kalau ada yang melihat kami bagaimana? Akan timbul fitnah nantinya.

"Ehem!" Aku membelalak kaget cepat cepat aku bangun dan melihat Pak Ardi sudah berdiri di ambang pintu. Astaga pasti pipiku sudah memerah karena malu ini semua ulah Levin sialan ini.

"Eh Pak Ardi ini bukan seperti apa yang bapak liat tadi aku cuma jatuh aja kok" kataku membela diri takutnya Pak Ardi berfikiran aku wanita tidak benar.

"Ngapain kamu kesini? Menganggu saja" kata Levin sinis.

"Nggak usah dimasukin ke hati yah Pak kata Levin kita nggak ngapa-ngapain kok" balasku seraya melotot garang ke arah Levin.

"Aku tunggu dibawa" kata Pak Ardi dan berlalu dari kamar Levin.

"Kamu ngapain sih pake acara tarik-tarik aku malu dipergoki kayak tadi" kataku mengomeli Levin.

"Kamu suka sama Ardi?" Tanyanya tiba-tiba.

"Siapa yang suka sama dia gak ada" jawabku jutek.

"Trus kenapa kamu harus merasa bersalah sama dia?" Tanya Levin lagi.

"Aku cuma gak mau Lev Pak Ardi berfikir aku wanita yang gak bener itu aja" jawabku lirih.

"Trus kenapa Ardi juga ada disini?"

"Dia anterin aku kemari" jawabku.

"Tunggu disini" suruh Levin. Ia beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Aku membereskan kasurnya dan tak lupa juga membuka tirai kamar agar matahari  dapat masuk.

"Ehem!" Aku membolak menghadap Levin yang berdiri dibelakangku.

"Kamu ngagetin aja deh" kataku jutek.

"Al?" Panggilnya lembut.

"Apa" jawabku agak sinis.

"I Love you" Aku tersenyum mendengarnya kata yang tak akan pernah hilang dari Levin.

"Terimakasih sudah mencintai aku memberiku 1 kesempatan lagi bersama dengan kamu dan bahagia lagi seperti apa yang aku inginkan sekali lagi terimakasih untuk semuanya" Levin tersenyum padaku dan langsung membawaku kedalam dekapannya.

"Karna kamu pantas untuk bahagia" katanya membuat pelukannya semakin erat. Tak terasa air mataku menetes dalam pelukan Levin ini air mata bahagia air mata kebahagiaan bukan lagi kesedihan seperti dulu.

Hayy hayy gaess I'am comeback to Update😂 aduhh gak kerasa udah di penghujung cerita yah🤗 stand by terusss yang mau tau kelanjutannya okee.

See you next part gaesss😗🤗🤗
Dan jangan Lupa VOTE yee😅

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang