Happy Reading💕Melewati hari dengan segala macam masalah membuat aku bisa belajar bagaimana bertahan saat terluka berkali-kali dan dijatuhkan tanpa ampun. Hal terburuk bagiku adalah aku harus kembali menagis kala luka itu menghantuiku saat sepi dan disaat aku seorang diri.
"Al udah selesai?"
"Apanya?" Aku menatap bingung ke arah Lira
"Lah bukannya kamu dikasih remedial sama bu siska?" Aku membelalak terkejut aku sampai lupa aku sama sekali belum mengerjakannya.
"Ya Ampun lir aku lupa gimana nih?" Kataku cemas.
"Yaudah liat punyaku aja nih" Lira menyodorkan sebuah kertas padaku.
"Makasih" aku langsung menyalin semua isi didalam kertas itu.
"Yuhuyyy" aku mendongkak melihat Abel yang masuk kedalam kelas.
"Kenapa bel?" Tanyaku tanpa mengalihkan pandangan.
"Kenapa apanya?" Tanya Abel bingung
"Kamu kenapa?" Sambung Lira.
"Aku emangnya kenapa?" Tanyanya lagi kebingungan.
"Yah gakpapa" kataku sambil tertawa Abel hanya mencebik kesal.
"Ini dikumpulin ke siapa?" Tanyaku seraya mengangkat sebuh kertas ditanganku.
"Ketua kelas" jawab Lira.
"Yaudah aku antar ini ke Amel dulu bentar yah" aku juga mengambil kertas Lira dan meninggalkan mereka berdua di dalam kelas untuk mencari Amel si ketua kelas.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk mencari si ketua kelas karena tempatnya hanya di perpustakaan saja. Aku langsung menemuinya dan memberikan kertas remedial kami padanya.
Aku langsung keluar dari perpustkaan namun baru saja akan melangkah handphone ku berdering ada panggilan masuk. Aku segera mengangkatnya
"Halo Mba ada apa?" Tanyaku ketika sambungan telefon tersambung.
"Kamu udah selesai ngampus gak Al?" Tanya balik Mba Anes.
"Kebetulan Mba baru aja selesai kenapa?"
"Kamu bisa gak ke caffe sekarang soalnya caffe lagi ramai dan siti gak masuk hari ini bisa kan?"
"Oh iya yaudah Mba aku kesana" Mba Anes langsung mematikan sambungan telefon kami.
Sebelum pergi ke caffe aku mengirim pesan kepada Lira dan Abel agar mereka tak menungguku. Sesampainya di caffe aku langsung memakai celemek pelayan dan langsung membantu Mba Anes dan Rena.
"Eumm Mba aku dapat bonus kan?" Tanyaku malu-malu
"Iya tenang aja" aku terkikik dan kembali mengantar pesanan ke pelanggan.
Akhirnya aku bisa istirahat karena yang tadinya ramai kini mulai berkurang satu per satu. Baru saja aku ingin memenjamkan mataku suara teriakan Rena mengagetkanku.
"Apaan sih Ren" kesalku.
"Itu di luar ada yang nyari kamu" katanya kemudian
"Nyariin aku? Siapa?" Aku mengernyit bingung.
"Gak tau liat aja sendiri" katanya dan berlalu meninggalkanku.
Karena penasaran aku mencoba keluar dan mencari siapa orang yang menganggu waktu istirahatku.
"Siapa sih yang nyariin?" Gumamku.
"Alya" aku menenggang. Suara itu tak asing di telingaku. Dengan cepat aku berbalik untuk pergi namun cekalan kuat di pergelangan tanganku membuat langkahku terhenti.
"Levin lepasin aku" kesalku
"Mau kemana kamu? Mau lari kemana?" Tanyanya sinis.
"Bukan urusan kamu lepasin" jawabku jutek.
"Ikut aku" katanya memaksa dan menarik kasar tanganku.
"Gak mau lepasin aku Levin aku gak mau" teriakku.
"Diam" katanya membentakku.
Aku terdiam dan mengikutinya. Ia membawaku ke belakang caffe dengan kasar ia menghentakkan tanganku.
"Sakit" lirihku. Serasa air mata akan jatuh namun aku tahan aku tak ingin terlihat lemah dihadapannya.
"Jelaskan Alya ada apa tiba tiba kamu menghindar? Katakan Alya jangan diam" katanya datar.
"Sudah lupakan semua itu Lev aku capek" balasku lirih.
"Alya tolong katakan ada apa? Seandainya aku memang berbuat salah oke aku minta maaf"
"Kamu gak salah Lev aku yang salah"
"Alya jujur aku bingung tiba tiba kamu menjauh tanpa sebab"
"Karena itu lebih baik Lev lebih baik buat aku daripada aku semakin sakit dan kamu gak akan peduli kan?" Nada suaraku meninggi karena emosiku
"Aku gak pernah nyakitin kamu Alya"
"Terus wanita yang memeluk kamu dihari kelulusan kamu itu apa? Wanita yang bersama kamu di caffe yang sangat akrab dengan kamu itu apa kamu fikir semua yang aku lihat tidak akan menyakiti aku? Seandainya dia lebih dulu dari aku pergi dan bahagiakan dia Lev dan lupakan aku" air mataku menetes
"Jadi selama ini yang buat kamu menjauh karena bella?" Aku mengangguk.
"Kamu tau siapa dia? Kamu pernah cari tau tentang dia? Baru setelah itu kamu berfikir seperti sekarang ini?" Bentaknya lagi. Aku menggelengkan kepala dan Levin mengusap wajahnya kasar.
"Alya dia sepupu aku dia datang dari luar negri dia bukan pacar aku kamu salah paham Al" jadi selama ini aku salah? Astaga aku jadi malu sendiri.
"Benar?" Levin mengangguk yakin.
"Aku sayang sama kamu Al maaf kalau selama ini aku tidak bisa buat kamu bahagia" tanpa sadar Levin sudah memelukku erat aku balas memeluknya.
"Maafin Aku Lev aku cuma takut kehilangan lagi" kataku masih terisak.
"Sudah jangan menagis" ia balas mengelus pelan bahuku menenangkan aku yang menagis.
Hay hay gaess hehehe ini belum endingnya yahh ini masih ada konflik selanjutnya jadi stand by to reading okee🤗
Jgn lupa tinggalkan jejak💕
Fllw ig: lhalamamonto

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
De TodoBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...