Happy Reading🤗
Hari hari ku lalui kebanyakan bersama seorang pria yang selalu kusebut Si Manusia Es itu. Dari sifat baik dan sifat paling menyebalkannya itu sudah terbiasa bagiku. Tak jarang banyak yang bertanya kalau kami ada hubungan khusus yang sebenarnya sama sekali tidak ada hubungan apa-apa.
Aku terus memperhatikan Levin yang fokus mengemudi ia terlihat lebih tampan dan sangat dewasa dan manis tentunya apalagi ia tersenyum maka semua yang buruk tentangnya hilang begitu saja.
"Ehem" Aku buru-buru memalingkan pandangan ke luar jendela.
"Ada apa?" Tanya Levin tiba-tiba
"Gak ada" jawabku sekalian menahan malu. Pipiku memanas pasti sudah merah seperti kepiting rebus.
Levin membanting stir masuk kedalam perkarangan rumah yang aku sendiri tak tau ini rumah siapa aku hanya memperhatikan jalan akan menuju kemana mobil ini.
"Vin kita mau kemana?"
"Kerumah ku" Aku membelalakan mata tak percaya.
"Ngapain sih yaudah pulang aja ayo aku gak mau" Levin menatap heran ke arahku.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Pulang aja" kataku Lirih.
"Gakpapa ayo" Levin menarik tanganku keluar dari dalam mobil.
"Eh vin aku gak mau pulang aja yuk" Levin tak mengubrisnya malah membawaku masuk kedalam rumahnya yang bagiku super mewah ini dan itu yang membuatku minder untuk masuk kedalam.
Ketika kakiku berhasil masuk kedalam rumah mewah Levin lagi lagi aku tertegun menatap dekorasi rumah ini. Sekaya apa Levin ini? Itu yang ada di pikiranku saat ini sampai suara seseorang mengagetkanku.
"Eh halo tante" sapaku kepada tante salma yang tiba-tiba sudah ada didepan ku.
"Alya kan?" Aku mengangguk seraya tersenyum.
"Apa kabar kamu?"
"Baik tante"
"Syukurlah ayo duduk dulu" Aku mengikuti langkah tante Salma ke arah sofa dan di susul Levin juga yang duduk di samping ibunya.
"Mama kamu apa kabar Al?" Tanya tante Salma
"Baik juga tante"
"Kuliah kamu lancar?"
"Iya lancar tante" aku gugup sedari tadi karena sudah lama tidak bertemu dengan tante Salma sejak dirumah sakit itu.
"Ehm kamu sama Levin pacaran yah?" Aku terdiam dengan ekspresi yang sulit diartikan mendengar pertanyaan tante Salma.
"Aku ke kamar dulu sebentar" Levin beranjak dari duduknya meninggalkanku yang mulai kesal mungkin ia tak ingin menjawab pertanyaan mamanya dan menyerahkan semua padaku.
"Alya?"
"Eh iya tante kenapa?"
"Kamu sama Levin pacaran kan?" Aku terdiam lagi entah mau menjawab apa saking gugupnya.
"Aku sama Levin cuma teman kok tan" jawabku jujur.
"Padahal kalian kayaknya deket banget"
"Cuma temen kok tan" Tante salma tersenyum lalu mengangguk.
Tak lama kemudian Levin kembali dengan pakaian yang berbeda namun terkesan rapi.
"Ma aku pamit dulu" Levin mengambil tangan ibunya lalu menciumnya.
"Eh mau kemana lagi?" Heran tante Salma yang sama herannya juga denganku baru juga sampai dan mau pergi lagi? Sebenarnya apa mau si Manusia Es ini sih?
"Keluar jalan-jalan sama Alya" Aku menatapnya bingung.
"Tapi Lev-" Levin langsung menarik tanganku paksa menuju keluar rumahnya.
"Masuk cepat" aku menggerutu kesal namun dengan begitu aku tetap mengikuti kemauannya masuk kedalam mobil.
"Kita jalan-jalan" kata Levin santai.
"Udah tau" balasku judes. Levin menyunggingkan senyum tipis yang membuatku spechless.
Mobilpun berjalan menyusuri jalanan kota. Aku maupun Levin sama-sama diam tak ada yang membuka suara sampai mobil yang kami berhenti disebuah kedai yang terkesan elegan namun mewah dan ini bukan tempat nongkrong anak anak biasa tapi bisa dibilang ini tempatnya anak sultan dan Levin membawaku kemari?.
"Kesini?" Levin mengangguk mantap.
"Gaka ada tempat lain?" Levin mengacungkan bahunya acuh aku kembali memasang wajah cemberut.
"Ayo keluar" Levin menarik tanganku paksa dan menuntunku masuk kedalam kedai tersebut.
Kami duduk saling berhadapan dengan Levin dan wajah datarnya sedangkan aku dengan wajah jutekku. Pelayan datang menawarkan makanan beraneka ragam yang jujur aku sendiri rasanya ingin membelinya semua tapi uang dariman? Yahsudahlah.
Aku melirik ke arah Levin yang juga sedang menatap ke arahku dengan gemas.
"Apa?" Tanyaku jutek.
"Masih marah?" Aku hanya diam tak ada niat berbicara dengannya.
"Alya aku tanya jangan di cuekin" katanya dingin namun terdengar seram ditelinga.
"Gak" jawabku singkat.
"Alya" panggilnya sedikit lebih keras membuatku tersentak.
"Kenapa sih?" Balasku tak kalah kerasnya.
"Aku minta maaf" spechless yang kedua kalinya. Ditambah adegan Levin menggengam tanganku erat. Ya tuhan ada apa dengan jantungku yang berdetak dua kali dari biasanya?
"Aku minta maaf sudah membuat kamu marah maaf yah" katanya lembut sangat lembut bahkan sampai membuatku tak berkutik sama sekali.
"Alya jangan marah" nada suaranya jadi terdengar Lirih bukannya kasihan aku malah merasa lucu dan gemas sendiri pasalnya cowok yang terkenal dingin dan datar ini menjadi sok imut.
"Ahahah lucu" aku terbahak bahak tak mempedulikan ekspresi Levin yang terkejut.
"Alya" aku berhenti tertawa karena nada bicaranya menjadi dingin.
"Terus tertawa seperti ini jangan menagis lagi" lanjutnya.
Bahagia! Itu yang ingin selalu kucari dan kenapa bukan orang yang ku cinta yang duduk di hadapanku dan membahagiakan aku tapi orang yang selalu ku musuhi yang mampu membuatku merasa sebahagia ini! Dia Levin dan aku akui aku jatuh cinta dengannya meskipun rasa yang dulu belum ku lupakan sepenuhnya!
Gaess vote dan komen dari kalian yang author butuhkan😣 ayoo lah kerjasamanya😂
Okee deh see you next part yah🤗 jgn lupa lho yah gaess vomenntnya😁
Fllw ig: lhalamamonto

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
AléatoireBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...