44. Rindu namun Kecewa

10 5 0
                                        


Happy Reading💕


"Al kamu tau nggak" kata Lira antusias

"Nggak tau" balasku.

"Ih aku juga belum kasih tau" kesalnya.

"Apaan sih?"

"Levin dapet beasiswa Al di jerman" Aku tersentak kaget mendengarnya.

"Darimana kamu tau?"

"Dari Abel" kekehnya.

"Trus Abel taunya darimana?"

"Gak tau" jawabnya

"Abel kadang berita yang didapatnya bener semua sih" kataku ragu

"Terus perasaan kamu ke dia gimana?"

"Dia siapa?"

"Levin lah Alya"

"Gak tau biarin ajalah aku udah gak peduli lagi"

"Benar? Benar kamu udah gak peduli lagi? Dari sikap kamu ini aku sangat tau Al kamu belum bisa melupakan perasaan kamu ke Levin ataupun Alvin iyakan?" Aku menunduk sedih Lira sangat tau luar dalamnya sifat aku sehingga aku berbohong sekalipun ia akan tau.

"Harus ada satu yang kamu tinggalin dan yang akan kamu perjuangin Al kamu gak bisa suka dua lelaki sekalipun hati manusia itu cuma satu dan kamu gak bisa paksain untuk mencintai dua-duanya" Lanjutnya

"Tapi gimana caranya Al? Bagaimana caranya aku melupakan Alvin dan bagaimana cara aku memperjuangkan Levin sedangakan dia ada wanita lain dalam hidupnya begitu juga dengan Alvin yang tak akan pernah membuka hatinya untukku" kataku Lirih.

"Semua dari diri kamu sendiri Al jangan salahkan waktu atau keadaan tapi salahkan diri kamu yang selalu bersikap egois ini" kata Lira tegas.

"Aku capek Lir aku capek menagis setiap hari aku capek menahan perasaan ini sendirian aku capek memperjuangkan seseorang yang memperjuangkan orang lain aku capek" nada suaraku berubah menjadi sendu.

"Sudahlah Al buatlah ini sebagai pelajaran dalam hidup kamu" hibur Lira akhirnya.

"Terimakasih Lir" aku tersenyum hangat padanya yang dibalas senyum juga olehnya.

"Yaudah sekarang gimana kalau kita nyusul Abel ke mall" ajak Lira.

"Eumm iya deh ayo" aku dan Lira melangkah keluar caffe untuk menyusul Abel yang sudah ada di mall.

Sesampainya di parkiran mall Lira menyuruhku tunggu disamping mobilnya karena ia terburu-buru ke toilet. Tanpa Aku sadari Levin juga sedang berada di parkiran saat aku mengadahkan pandanganku ke seluruh penjuru tanpa sengaja aku bertatapan langsung dengan Levin. Sial!

"Alya" panggilnya aku pura-pura tak mendengarnya.

"Alya kita harus bicara" tiba tiba tangan kekar Levin menarik paksa pergelangan tanganku.

"Eh lepasin Lev"

"Alya kenapa kamu menghindari aku?"

"Bukan urusan kamu udah lepasin" aku  berusaha melepaskan genggamannya namun tenaga laki-laki jauh lebih kuat.

"Alya tolong jelaskan kenapa kamu berubah?" Tanyanya lagi.

"Lev biar aku sendiri dulu aku mohon lepasin tanganku" kataku pelan. Levin langsung melepaskan genggamanya aku buru-buru pergi menyusul Lira ke toilet.

"Ah sial" Lira menatapku heran.

"Alya ada apa?"

"Eh itu gak ada apa-apa" kataku berbohong.

"Beneran?"

"Iya ayo masuk Abel pasti nungguin kita" ajakku agar Lira tak curiga dengan kejadian barusan diparkiran.

"Itu Abel" Aku dan Lira menghampirinya di stand es cream.

"Lama banget sih" katanya kesal.

"Maaf tadi ada urusan bentar" kata Lira membela diri.

Setelah menemani Abel membeli ice cream kesukaannya kami   bertiga menuju ke toko buku untuk membeli beberapa buku referensi dan aku yang membeli 2 Novel terbaru.

"Aku ke toilet bentar yah" pamitku dan berjalan cepat menuju ke toilet.

Saat aku akan keluar dari dalam toilet aku melihat Levin yang berjalan menuju ke toilet ini juga aku tak mau bertemu dengannya lagi jadi aku memutuskan untuk masuk lagi kedalam toilet.

"Kalau saja kita hanya bertengkar kecil rasa rindu ini akan terbayar tapi ini rasa kecewa yang lebih besar dan bahkan rindu ini sangat sulit beradaptasi dengan kehadiran kamu" kataku seraya tersenyum hambar didepan cermin.

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari dalam toilet namun Levin juga baru saja akan keluar jadinya aku tak  bisa menghindarinya lagi terpaksa aku berjumpa dengan Manusia Es ini.

"Alya mau menghindari aku lagi hah?" Katanya datar membuat langkahku terhenti.

"Sampai kapan kamu mau seperti ini?" Lanjutnya.

"Katakan padaku apa yang membuat kamu seperti ini Alya" aku terdiam.

"Alya" panggilnya Lirih.

"Maaf aku permisi" dengan kecepatan langkah kaki aku berjalan meninggalkan Levin. Lelaki itu tak mengejarku ia menatap kosong kepergianku.

"Udah selesai yah? Ayo pulang aja" kataku dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Gak mau makan pizza dulu?" Tanya Abel karena sebelum kesini itu yang kurencanakan.

"Aku udah kenyang ayo pulang" ajakku lagi.

"Kenapa sih Al buru-buru kayak gini?" Tanya Lira kebingungan.

"Nggak ada apa-apa" jawabku. Tak mungkin kan aku berkata jujur kalau aku ingin menghindari Levin.

"Yaudah deh ayo" akhirnya mereka berdua mengalah denganku.

Kamipun langsung bergegas pulang. Moodku untuk berburu pizza mozarella sudah hancur karena Levin dan yang kubutuhkan sekarang hanya istirahatkan hati dan pikiranku lebih tepatnya aku ingin sendiri.

Don't forget to vote and commen gaes🎉 See U next Part

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang