39. Bimbang

10 5 0
                                    

Happy reading💕

Disaat aku mulai bisa melupakannya ia datang lagi memberiku sejuta harapan yang kutau memyakitkan sampai selalu gagal untuk kesekian kalinya. Jika ia tak ada niat sekalipun untuk mencintaiku setidaknya jangan datang lalu memberiku harapan lagi aku juga punya hati bisa merasakan sakit juga.

"Melamun lagi" Aku memalingkan pandangan ke arah Alvin yang saat ini duduk disampingku.

'' ah iya maaf vin" Alvin terkekeh pelan.

Saat ini Aku sedang bersama Alvin di taman dekat kampus hanya kebetulan saja bertemu dengannya dan ia mengajakku kesini tiba-tiba.

"Ada masalah?" Aku menggeleng pelan seraya tersenyum.

"Gak ada kok" jawabku.

"Atau kamu sakit Al?"

"Gak vin aku baik-baik aja"

Alvin mengeluarkan handphonenya dari dalam tas lalu mengetikkan sesuatu disana. Aku hanya memperhatikan gerak geriknya yang tampak sibuk dengan gadget ditangannya tanpa mau bertanya sedikitpun.

"Alvin?" Aku dan Alvin sama-sama menatap ke arah seorang wanita yang tadi memanggil Alvin. Itu bukannya wanita yang pernah aku liat waktu ke toilet itu kan? Benar dan dia mungkin kekasih barunya Alvin.

"Udah selesai?" Tanya Alvin pada wanita cantik itu yang tak aku tau namanya.

"Iya Ayo pergi" ajaknya.

"Al aku duluan yah" Aku tersenyum kecut lalu mengangguk.

Wanita itu menggandeng mesra tangan Alvin menuju ke parkiran. Rasa sakit kembali menghantamku begitu keras kenapa aku begitu bodoh mencintai seseorang yang tak peduli perasaanku yang hanya datang lalu menyakitiku berkali-kali tanpa ampun.

Aku memutuskan untuk pergi juga dari tempat itu. Kalau biasaya aku menunggu taksi atau angkot lewat kini aku memilih berjalan kaki menikmati pemandangan di jalanan. Kurasakan langkahku melemah moodku benar benar hancur dalam semenit yang lalu. Aku terlalu mendalami perasaanku padanya sehingga aku begitu sakit merasakan perbuatannya padaku. Sekarang yang aku butuhkan adalah Lira hanya dia yang bisa mengerti aku disaat sedih seperti ini.

Aku merogoh tasku mengambil handphone untuk menghubungi Lira.

"Halo Lir kamu dimana?" Tanyaku ketika panggilan tersambung.

"Aku di cafe mawar ada apa?" Katanya balik bertanya.

"Aku kesana"

"Iya aku tungguin"  Lira langsung mematikan sambungan telefon sepihak. Aku langsung memberhentikan angkot yang kebetulan melintas didepanku dan segera naik menuju ke cafe mawar.

15 menit kemudian aku sampai didepan cafe setelah membayar angkot aku bergegas masuk kedalam menari keberadaan Lira.

"Kenapa?" Tanya Lira saat aku baru saja mendaratkan bokong di kursi di depannya.

"Aku gak tau harus bagaimana lagi Lir aku ingin mundur dari perasaan ini tapi aku masih mencintainya"

"Soal Alvin lagi?" Aku mengangguk mengiyakan.

"Alya jika dia gak suka sama kamu jangan makin berharap hanya karena dia selalu bersikap baik dan perhatian sama kamu semua itu bukan artinya ia juga mencintai kamu Al" lanjut Lira.

"Bagaimana caranya agar aku bisa melupakan dia Lir? Aku sudah berusaha tapi semakin aku berusaha keras aku akan semakin mencintai dia"

"Coba kamu buka hati untuk orang baru dengan begitu kamu akan melupakan dia"

"Akan aku coba" Aku sudah memikirkannya jauh hari untuk mencoba membuka hati pada Levin agar aku bisa melupakan Alvin secepatnya.

"Kamu bisa Al dan Levin mungkin dia orang yang bisa membuat kamu melupakan semua sakit yang kamu pendam sendiri coba kamu buka hati untuk dia tidak ada salahnya kan mencoba"

"Tidak ada salahnya sih tapi apakah aku sanggup melupakan rasa yang sudah begitu lama aku simpan hanya untuk orang baru?"

"Itu tergantung kamu sendiri Al bagaimana cara kamu untuk mengubur rasa itu dalam-dalam dan menerima kenyataan bahwa cinta yang kamu kejar selama ini bukan yang terbaik bagimu"

"Makasih Yah Lir kamu selalu bisa ngertiin keadaan aku seperti apa" Lira tersenyum ke arahku.

"Kita bukan cuma seorang sahabat Al kita sudah seperti adik dan kakak jadi kalau ada masalah jangan segan untuk cerita sama aku yah" Aku mengangguk sembari tersenyum senang.

Benar apa yang Lira katakan dan aku tidak boleh berlarut-larut dalam cinta sendiri ini. Aku masih bisa bahagia walaupun tidak bersama Alvin meskipun kurasa akan sangat sulit melupakan semua rasa cinta ini padanya.

Tiba tiba handphone ku bergetar ada pesan masuk aku langsung mengeceknya.

Manusia Es

    "Kamu dimana aku jemput kita jalan"

Aku tersenyum penuh arti melihat pesan dari Levin.

"Kenapa lagi Al?" Tanya Lira yang menyadari perubahanku.

"Gak ada Lir eh maaf aku duluan yah gakpapa kan?"

"Iya Abel bentar lagi kesini kok hati-hati yah Al" aku mengangguk dan berlenggang pergi keluar cafe.

To Manusia Es

   "Aku didepan cafe mawar"  pesan terkirim.

Aku menunggu Levin dengan perasaan tak karuan entah bagaimana caranya aku meluluhkan perasaan Levin agar ia bisa membantuku melupakan semua tentang Alvin tanpa harus ia berfikir hanya kujadikan pelampiasa  saja.

Titt!

Aku tersenyum kala melihat mobil Levin. Dengan cepat aku segera masuk kedalamnya.

"Mau jalan kemana?" Tanyaku.

"Kemana saja" aku menatapnya jutek. Ia yang mengajakku tapi tak tau mau kemana.

"Dasar manusia Es" kesalku dan Levin hanya menyunggikan senyum.

"Sudah sampai turun" Aku melihat keluar dari dalam jendela mobil ini bukannya tempat waktu Levin membawaku makan kue yang ternyata isinya selai nanas kan? Aku tidak lupa kejadian itu.

"Aku gak mau" kataku malas.

"Aku tidak akan membuat kamu makan selai nanas lagi Alya jika itu yang kamu pikirkan" Aku menatap ke arahnya yanh menatapku datar.

"Benar?" Tanyaku meyakinkan.

"Hm" katanya mengangguk  dan akupun keluar dari dalam mobil berjalan beriringan dengan Levin. Saat sedih seperti ini selalu saja yang ada untukku hanya Lelaki yang selalu kupanggil Manusia es ini dan kenapa aku masih tidak bisa mencintainya? Jelas dia yang selalu ada bukan Alvin yang sangat ku cintai dengan sepenuh hati tapi menyakitiku sangat kejam.

Thankyou for reading🤗

Fllw ig: lhalamamonto
"

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang