06

10.6K 401 6
                                        

“Nona, apa yang nona lakukan?”

“Nona, itu seharusnya istirahat saja"

Merien yang langsung merebut kain lap dan juga sapu yang tengah di bawa oleh vannya,

“Bi...” pinta vannya

“Tidak, nona itu baru saja pulih, bahkan lukanya saja belum kering benar, dan sekarang sudah mau mengurus pekerjaan rumah. Tidak bisa! Nona harus kembali ke kamar dan istirahat,  jangan buat diri nona sendiri makin lemah" ucap Merien yang sama sekali tidak mau memberikan sapu dan lap itu pada vannya. Bahkan Merien tampak mengecam dua benda itu dengan kuat

“ ada apa ini kenapa rumah bisik sekali"

Nandini yang tampak jengkel ketika tidurnya yang berharga di usik dengan suara ribut-ribut. Nandini tampak jengah melihat Vannya yang lagi dan lagi ia lian ketika membuka mata “kalian tahu suara kalian itu sangat berisik” ucap Nandini masih di tangga paling atas masih dengan menggunakan piama tidur.

“Ada apa sayang....” Luna bertanya pada anak kesayangannya itu dengan nada yang sangat lembut

“Mereka berdua sang berisik mah, dan karena mereka tidurku yang berharga terusik “ adu Nandini pada Luna, Luna langsung menatap tajam pada vannya yang saat ini tengah menundukkan kepalanya

“ sudah jangan dipikirkan, biar mama yang akan urus mereka. Kamu tidurlah lagi, nanti akan mama bangunkan ketika makan siang “ kata Luna lembut. Meminta Nandini untuk kembali ke kamarnya tampak raut tidak puas dan rasa kecewa  karena tidak ada hal yang seru yang bisa Nandini lihat sebelum kembali ke kamar

Luna menatap dua orang yang ada di hadapannya secara bergantian. “Siapa yang menurutmu menggantikan pekerjaan dia” seru Luna ketika melihat sapu dan lap yang tadi di berikan pada vannya sekarang sudah berpindah tangan ke orang lain.

“ Jawab" bentak Luna di mama kalimat itu ia tunjukkan pada vannya

“o... sekarang kamu tidak mau jawab?!” suara bengis terdengar begitu jelas sambil menarik rambut Vannya, membuat Vannya mengerang kesakitan. Sedangkan Merien yang masih ada di tempat yang sama dengan  majikannya. Dan menyaksikan  langsung apa yang terjadi di depannya. Yang bisa ia lakukan hanya diam. Karena bisa saja jika Merien ikut campur, bukan meredakan masalah justru menambah masalah. Walaupun Merien diam, dalam hatinya ia terus berdoa agar vannya kuat.

“ Mah, sakit...” ucap Vannya sambil menahan rambutnya

“sakit....” bukannya melepaskan Luna justru menarik semakin kencang

“ Ini hukuman untuk anak yang tidak patuh sepertimu, aku menyuruhmu hanya menyapu dan membersihkan beberapa barang kau sudah tidak mau” Luna semakin keras menarik rambut vannya dan semakin keras juga vannya mengeluarkan jeritan kesakitan “ beberapa hari tidak bekerja, sekarang kau sudah berani melawan ya, seharusnya sejak awal aku membunuhmu saja” terlihat sebuah begitu jelas kebencian yang Luna perhatikan pada vannya

“Nyonya ini, ini bukan salah nona, saya yang memaksa nona-"

“Diam! Aku tidak bicara padamu “ bentak Luna

“Anak sialan, apa kau belum puas, tapi?!” ucap Luna penuh amarah saat melepaskan tangannya dari rambut Vannya. Membuat vannya hanya bisa tersungkur di lantai

“Kau belum puas, membuat keluarga ini malu! Dengan kelakuanmu yang suka pergi ke calb, bahkan tidur dengan pria yang berbeda setiap harinya, apa kau tidak malu pada dirimu sendiri yang seperti pelacur " ucap Luna sambil berteriak

“Mah, vannya enggak seperti itu....” Vannya mencoba menjelaskan

“Sepeti apa dirimu? Vannya diam “seperti apa dirimu” bentak Luna  “sudah jelas ada buktinya selain malah mau berkilah, dasar tidak tahu malu” Luna mencengkeram rahang vannya dengan begitu kuat

“ Aku tidak mau tahu, kau harus di hukum setelah menyapu dan mengelap semua, kau juga harus mencuci, tapi tidak boleh dengan mesin.  Mengerti “ sebuah peringatan yang di berikan Luna sebelum naik ke lantai atas.

Merien pun ikut bersimpuh dan memeluk tubuh vannya yang tampak tak berdaya sambil menangis tanpa suara setelah menerima amarah besar dari mama kandungnya. Padahal nonanya tidak salah sama sekali. Karena memang Merien yang salah karena memaksa. Tapi justru vannya yang harus menerima amarah serta hukumannya

“nona... maafkan bibi,  bibi yang salah “ Merien benar-banar merasa bersalah. Seandainya ia tak memaksa semua tidak akan seperti ini. Terlebih lagi Vannya baru saja pulih 

“Biar bibi bantu non, ya”

“Tidak usah bi, kalau mama tabu pasti, mama akan makin tidak senang yang akan membuatnya semakin marah. Vannya tidak bisa membuat bibi dalam masalah “tutur vannya yang coba mengembangkan senyum

“Tapi...”

“Tidak apa, ini hanya mencuci dan menyapu bukan hal berat “ujar vannya meyakinkan. Perlahan gerakan tangan Merien memudar.

Selesai menyapu dan mengelap beberapa pajangan, vannya langsung ke bagian belakang untuk melakukan pekerjaan selanjutnya yaitu mencuci.

Alangkah terkejutnya vannya ketika melihat begitu banyak cucian yang harus ia cuci. Ada sekitar 2 keranjang besar.

Vannya tampak menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. Kemudian mengikat rambut panjangnya menggunakan karet gelang. Hal pertama yang vannya lakukan adalah memaksakan pakaian putih dengan pakaian yang berwarna terlebih dahulu. Supaya kalau ada pakaian yang mudah luntur, baju yang warna putih tidak akan terkena nonanya.

Setelah selesai memilah baju barulah vannya menuangkan detergen ke dalam bak yang sebelumnya sudah di isi dengan air. Dam memasukkan pakaian tersebut satu persatu ke dalam campuran detergen dan air. Begitu juga dengan pakaikan yang berwarna putih yang sudah dipisah di letakkannya pada tempat yang berbeda.

Dan untuk curian yang ukurannya besar seperti selimut  serta seprei vannya juga meletakan pada wadah yang terpisah. Sambil menunggu rendahan cuciannya, vannya menyiapkan tempat untuk mencuci dan ember sebagai tempat air bilasan.

Barulah setelahnya vannya memulai mencuci, dengan berbekal papan cuci manual sikat baju dan sabun colek vannya pun memulai mencuci.

Pertama yang vannya cucu adalah baju yang berwarna putih, setelah selesai kemudian ia bilas dan tak lupa di masukan pada campuran air pewangi baru lah di jemur di halaman belakang yang memang di gunakan untuk menjemur pakaian...

Vannya terus melakukan itu sampai semua pakaian yang ia cuci selesai. Kalau di bilang lelah vannya sangat lelah. Bahkan beberapa kali Vannya merasakan  sakit di bagian punggungnya. Namun Vannya mencoba mengabaikan rasa sakit itu. Ia tidak ingin tugasnya tidak selesai, apa lagi sampai membuat mamanya marah.

Jadi meskipun sakit, lelah bahkan tak jarang Vannya merasakan pusing dan rasa mual yang menyerangnya. Vannya tetap melakukannya .

“Akhirnya selesai juga" senyum bahagia vannya terpancar menghiasi wajahnya yang manis ketika melihat semua pakaian sudah ia jemur,  mulai dari baju sampai dengan seselimut.

Kini hanya tinggal meletakan keranjang kosong ke dalam, tapi baru saja vannya ingin melangkah masuk tiba-tiba “ughkk... ughkk..” Vannya membekap mulutnya sendiri ketika ia mulai merasa mual yang tadi pagi itu muncul lagi. Rasanya ada sesuatu bergejolak di dalam perutnya.

9/2019

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang