18

8.3K 503 20
                                    

Awalnya Vannya ingin berpikir ulang tentang kencan ini. Tapi melihat kebahagiaan yang  terpancar dari kedua mata putranya. Membuat Vannya akhirnya setuju.

“Marcel....?” Vannya menghampiri seorang pria yang tengah duduk sendirian di tengah-tengah meja. Mengenakan jas warna abu-abu dan membawa satu tangkai bunga mawar  di sebelahnya persis seperti yang di ciri-cirikan Julian sebelum Vannya sampai di tempat yang  janjikan.

“Vannya....” pria itu pun berdiri dan memastikan wanita yang ada di depannya. Menggunakan gaun selutut berwarna biru muda yang tampak pas dengan kulit putihnya yang bagaikan porselen, rambutnya yang di urai serta make up tipis, tampak pas di wajah mungilnya. Mata hitamnya yang bulat tampak begitu bersinar dengan cerah. Membuat Marcel atau siapa pun pasti tidak akan bisa memalingkan pandangannya  pada wanita yang begitu cantik bagaikan bidadari yang turun dari langit. Suaranya yang halus dan lembut. Membuat siapa pun yang di sampingnya pasti akan betah berlama-lama.

“Kamu kenapa? “ Vannya tampak bingung dengan sikap Marcel yang terdiam sejak Vannya datang

“Aa... silakan duduk “ Marcel sendiri tampak kikuk ketika ia ketahuan terbengong, seperti orang bodoh di depan Vannya. Dan siapa yang tidak akan terbengong ketika melihat wanita yang secantik dia. Bukan hanya cantik tapi juga lemah lembut. Rasanya Marcel tidak bisa percaya jika wanita secantik ini tidak mempunyai pasangan.

“Apa aku terlambat? “

“Tidak. Tidak sama sekali. Aku memang sengaja datang 20 menit lebih awal" jawab jujur Marcel.

“Aku kira, aku yang terlambat “

“ Kamu sudah pesan?” tanya Vannya

“Belum”

“ Aku menunggu kamu datang. Takutnya apa yang aku pesan nanti tidak sesuai dengan apa yang kamu suka “ tutur Marcel

“Bagaimana, kalai kita pesan makan dulu?” usul Marcel.  Vannya  hanya menjawabnya dengan anggukan. Marcel  mengangkat tangannya dan itu membuat seorang pelayan datang menghampiri meja mereka sembari membawa buku menu di tangannya.

“ satu pasta carbonara  dan juga lemon jus" Marcel menyebutkan makanan pilihannya.

“ Vannya  kamu mau pesan sapa?” Marcel  bertanya ketika melihat Vannya belum mengatakan pesanannya pada si pelayan.

“samakkan saja  dengan pesananmu" pelayan itu pun mencatat pasti lagi pesanan yang sama

“Mohon tunggu  sebentar pesanan anda akan segera kami antar" kata pelayan tersebut sebelum pergi sambil membawa buku menu kembali.

Marcel sedikit membungkukkan tubuhnya saat mengambil sesuatu yang ia kenakan di bawah meja. Yang sudah di bawanya dari rumah 

“Apa ini...?”Vannya menatap penuh tanda tanya saat Marcel memberinya sebuah kotak yang ukurannya cukup besar yang di lapisi dengan kertas kado di luarnya

“Hanya hadiah kecil yang aku siapkan “ jelasnya. “aku memang tidak terlalu tahu bayangan apa yang akan di sukai oleh anak-anak. Tapi semoga mereka suka dengan apa yang aku berikan “ Vannya  mengerti bahwa Marcel ingin memberikan kado ini pada kedua putranya. Dan Vannya yakin dua bocah  itu pasti akan senang saat mereka mengetahui hal ini.

“Terima kasih, atas perhatiannya pada mereka. Dan mereka pasti akan sangat senang mendapatkan hadiah darimu" Vannya  mengatakan tulus dari dalam hatinya. Hatinya tersentuh dengan apa yang di lakukan olehnya. “Aku akan menyimpan ini bersamaku dulu “Vannya meletakan kado tersebut di samping tempat duduknya.

Di mana tak lama kemudian pesanan mereka pun dagang. Di situ Marcel lah yang lebih banyak bertanya tentang Vannya dan sesekali menceritakan tentang dirinya sendiri. Sedangkan Vannya menjadi pendengar yang baik. Dan sesekali memberikan tanggapannya.

“Ada apa? “Vannya menujukan sikap waspada yang terlihat dari sorot matanya. ketika melihat Marcel mendekat ke arahnya dengan mencondongkan tumbuhnya ke arah Vannya. Membuat Vannya yang menggenggam sendok dan garpu di tangannya dengan begitu kuat. Hingga membuat jari-jari Vannya yang putih terlihat begitu pucat.

Vannya semakin waspada ketika wajah pria itu menurut Vannya terasa mulai terlalu dekat dengannya. Dan jika pria di depannya akan semakin dekat maka Vannya tidak akan senang lagi menggunakan garpu di tangannya untuk memaksanya mundur

“Ada noda di sudut bibirmu “ tutur Marcel yang menunukan sedikit noda yang ada di tisu yang tadi di gunakan untuk menyentuh sudut bibir Vannya. Yang membuat Vannya yang awalnya menunjukkan tatapan waspada pada Marcel, kini terlihat menunjukkan  tatapannya yang lembut bahkan senyum yang terlihat begitu menawan ketika mengucapkan terima kasih

Achazia yang sejak tadi memperhatikan mereka dari kejauhan, terlihat mengeluarkan senyum mengejek yang ia tunjukan pada laki-laki yang saat sedang makan bersama dengan Vannya.  Achazia melihat dengan jelas jika pria itu benar-benar mencoba untuk bisa dekat dengan Vannya. Bahkan saking ingin dekat dan mendapat kesan dari Vannya pria itu menggunakan trik noda di sudut bibir Vannya untuk meningkatkan kesan baik pada dirinya, setelah tadi memberikan sebuah kado. Melihat interaksi itu membuat amarah bergejolak di dalam diri Achazia.  Tapi ia tidak bisa bertindak gegabah. Sehingga rencananya akan ketahuan dan akan membuat Vannya curiga kalau dia tahu dirinya ada di tempat yang sama dengan  mereka.  Sedangkan Vannya sepertinya memilih bersikap bisa saja menanggapi  tindakan Marcel, walau terlihat sedikit gerak gerik tidak nyaman. Melihat Itu membuat Achazia tidak merasa terlalu takut jika Vannya akan tertarik dengan pria lain. Apa lagi pria itu adalah Marcel

Achazia benar-benar mengikuti ke mana pun Vannya dan Marcel pergi.

“Terima kasih sudah meluangkan waktumu untukku ”tutur Marcel “aku juga berharap kalau ini bukan yang terakhir kita makan malam. “ Vannya cukup terkejut mendengarnya . Apa itu artinya Marcel ingin mengajaknya kencan lagi? “aku harap lain waktu kamu bisa mengajak anak-anak untuk ikut. Apa kamu bisa?” mendengar permintaan Marcel. Vannya menjadi bingung harus menjawab apa. Membawa anak-anak! Apa pria ini serius? “Itu pun kalau kamu bersedia “ tambahnya.

“Aku tidak bisa janji. Untuk membawa anak-anak lain waktu. Tapi aku akan menanyakan pada mereka" Marcel langsung tersenyum ketika mendengar jawaban Vannya yang terdengar diplomatis. Di mana Vannya tidak menolak tapi juga tidak menerima permintaan itu secara langsung

“Aku pulang. Selamat malam. Dan istirahat yang cukup “ pesan Marcel sebelum pria itu kembali masuk ke dalam taksi dan meninggalkan Vannya yang ada di depan lobi apartemen

Tapi saat Vannya akan masuk, terdengar suara orang berteriak ketakutan. Mendengar suara teriakan itu semua orang berdatangan dan termasuk Vannya. Tapi Vannya belum bisa melihat dengan jelas siapa itu. Karena  saat itu dia sedang di ajak bicara oleh seseorang yang membuat Vannya tidak  bisa melihat dengan jelas.

“Anak muda kamu tidak apa-apa? Siapa mereka? “tanya seorang bapak- bapak sembari  membantu pemuda itu berdiri.

“Bara....” tutur Vannya yang membuat semua orang memandangnya

“Mona apa kau kenal pemuda ini?” tanya bapak-bapak itu

“Dia... karyawanku" jawab Vannya.

“Bagus lah. Nona. Kamu bisa bawa dia bersama denganmu. Dia baru saja dia pukul oleh orang-orang bernada besar. Dan lukanya harus di obati “ jelas bapak-bapak itu.

Tanpa banyak bicara lagi, Vannya meminta bantuan beberapa orang untuk membawa bara ke unitnya. Untuk mengobati luka lebam yang ada di wajahnya.

****

Di dalam apartemen. Kaisar, Raja ,Eldrich dan Julian sedang bermain. Sembari menunggu Vannya.

“ Paman kau kalah lagi....” raja yang terlihat paling senang melihat sang paman kalah untuk ke sekian kalinya. Julian hanya pasrah ketika harus merelakan wajahnya di coret menggunakan lipstik oleh 3 bocah itu secara bergantian. Akibatnya wajah Julian penuh dengan garis atau pola merah dari lipstik yang letaknya secara acak.

Dan dari mereka berempat hanya wajah Kaisar yang masih bersih karena bocah itu selalu saja memang. Beda dengan Raja dan saudara baru mereka Eldrich.

“kali ini pasti paman akan menang dan kau kaisar, paman pastikan wajahmu itu akan kami semua coret!”

“Buktikan saja" terdengar  nada meremehkan dari kalimat kaisar. Membuat   Julian  kesal dan dengan sungguh-sungguh mengocok  kartu yang mereka gunakan untuk bermain dengan penuh aura permusuhan yang  diarahkan  untuk Kaisar. Tapi kaisar sama sekali tak terpengaruh sama sekali.

Dan saat kartu itu di bagikan terlihat seringai jahat di wajah Kaisar yang terlihat samar sembari memperhatikan semua lawannya.

Tapi, saat mereka akan mulai bermain lagi. Suara bel yang terus berbunyi membuat permainan itu tertunda

“biar aku saja yang buka pintunya....” Kaisar bangun dari duduknya. Berjalan dengan santai menuju arah pintu.

Ketika pintu di buka, tepat sesuai dengan tebakan kasar kalau itu adalah Vannya. Tapi mata coklat bocah itu sedikit menutupi ketika mamanya pulang bersama beberapa orang. Dan ada satu orang yang di papah oleh orang yang datang bersama dengan Vannya

Belum sempat Kaisar bertanya tentang siapa yang di bawa maminya pulang, Vannya sudah meminta orang-orang itu untuk membawa bara yang hampir tidak sadarkan diri. Masuk dan di baringkan di sofa.

Tentu saja melihat begitu banyak orang yang masuk membuat Julian, kaisar dan Raja bahkan Eldrich bertanya-tanya tangan apa yang terjadi.

“Julian bantu aku merawat lukanya “ pinta Vannya yang saat ini sedang membenarkan posisi tidur bara. Sehingga membuat baik Kaisar atau raja tidak bisa melihat wajah pria yang di bawa mami mereka pulang

“Anak-anak kalian kembali saja ke kamar.  Biar orang ini mami dan paman yang akan menangani “ Julian meminta 3 bocah itu kembali ke kamar mereka secara paksa.

Jualan baru mendekati Vannya ketika melihat 3 bocah itu sudah masuk ke kamar. “ Bara?!”Julian cukup terkejut ketika melihat siapa yang Vannya bawa “Bagaimana bisa dia begini ?” Vannya tahu pertanyaan itu di ajukan untuknya..

“kakak juga tidak tahu apa yang terjadi. Tadi saat pulang sudah bertemu dia dalam keadaan seperti ini si depan lobi apartemen.  Tapi menurut orang lain yang melihat dia dipukul oleh orang berbadan besar “ tutur Vannya yang secara perlahan melepaskan jaket yang melekat pada bara, melepas sepatu dan juga kaus kakinya

“Ini kotak obatnya dan ini alkoholnya" Julian sudah memberikan semua barang yang Vannya butuhkah sebelum wanita itu memintanya .

Sepanjang malam Vannya mengobati luka Bara. Bahkan memantau suhu tubuhnya yang sempat naik dan membuatnya demam











See you....

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang