17 b

8.4K 484 23
                                    

Ada hal yang mengejutkan baru-baru ini terjadi di toko.  Karena hampir lebih dari 1 minggu belakangan ini, akan selalu ada orang dari toko bunga yang ada di seberang. Mengirimkan satu buket bunga mawar merah setiap harinya. Dan bunga itu selalu ditujukan untuk Vannya . Dan itu selalu dari orang yang sama setiap harinya.

“ Mawar yang indah untuk bunga yang indah- Marcel ” itulah nama yang  tertera pada buket bunga yang Vannya terima pagi ini.

Terlihat  senyum muncul   di wajah cantiknya.  Vannya juga tak lupa meletakan bunga itu ke dalam vas yang ada di samping meja kasir.

Sesekali Vannya terlihat serta  menghirup wangi aroma bunga mawar segar yang ia terima pagi ini.

Tapi. Satu hal yang tidak Vannya sadari. Jika saat ini ia sedang di tatap dengan mata tajam Achazia.  Yang bahkan tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari  Vannya.  Amarah terlihat jelas di balik iris matanya yang hitam. Tangannya mengepal  di balik meja.

Tapi, Achazia secepat mungkin mengatur amarahnya kembali. Ketika melihat kedatangan Julian.  Yang baru sekitar 1,5 bulan lalu Achazia tahu ternyata dia, bukan saingannya untuk mendapatkan Vannya. Tapi tidak bisa di benarkan jika Achazia masih tidak suka dengan pemuda itu. Terlepas dia adalah adik atau apa pun namanya itu.

Terlebih lagi interaksi keduanya yang intens. Membuat Achazia merasa tidak bisa menerima kedekatan mereka dalam bentuk apa pun.  Vannya adalah Wanitanya. Miliknya dan hanya Achazia seorang yang di izinkan untuk membuat wanita itu merasa bahagia.

Rasa tidak suka, Achazia pada Julian makin bertambah. Ketika 1 minggu yang lalau pemuda itu datang kembali  dan meminta Vannya mau untuk melakukan kencan buta lagi,  dengan seorang pria. Seolah pemuda itu  belum jera dengan usahanya yang satu bulan terakhir yang selalu gagal dalam kencan buta yang ia buat untuk Vannya.

Selandainya Julian tahu, orang yang selalu berusaha untuk  menggalakkan semua acara  kencan buta yang sudah Julian rencanakan  dengan sangat rapi adalah dirinya. Kali ini  pun Achazia akan melakukan hal yang sama. Membuat acara itu gagal lagi dan lagi, sampai  membuat Julian akhirnya memilih untuk menyerah mencarikan Vannya jodoh, dan sampai saat itu Achazia tidak akan menyerah menghancurkan segala upayanya. Achazia tidak membiarkan itu terjadi! Ia menggunakan segala untuk bisa menggagalkan untuk kencan yang kali ini.

Sayangnya Achazia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Achazia hanya tahu. Jika nanti malam Vannya akan bertemu dengan seseorang yang memberikannya bunga pagi ini. Di sebuah Hotel.

Achazia semakin menajamkan pendengarannya.  Tapi jarak yang cukup jauh dari tempat Julian dan Vannya bicara membuatnya tidak bisa mendengar dengan jelas. Achazia hanya tahu mereka akan makan malam di restoran hotel tersebut. 

Itu berarti Achazia harus mencari satu demi satu restoran dan hotel di negeri ini. Mencari tempat di mana kencang itu akan terjadi.

“Xua, bisa gantikan aku sebentar.” Achazia langsung menghilang di balik ujung tangga yang menghubungkan lantai dua.

“Aku yakin! kali ini dia akan datang” julian berkata dengan begitu yakin. Sorot matanya terlihat begitu percaya diri. Jika rencananya kali ini tidak akan gagal lagi. Dan kali ini Julian sangat yakin pria pilihannya ini kan sampai ke tempat yang sudah disetujui.

“Semoga saja. Apa yang kamu katakan benar. Jika, mereka akan muncul dan tidak akan membuat waktuku terbuang percuma. seperti yang sudah-sudah.” Vannya tidak menanggapi dengan serius perkataan julian Kali ini. Berkaca dari kejadian yang sudah-sudah. Di mana semua pria itu tidak jadi datang.  Tentunya dengan sederet hal yang membuat mereka akhirnya menunda pertemuan itu. Dari ada yang mobil atau taksi yang mereka gunakan mogok, Terjebak macet, Ada penutupan jalan, tiba-tiba ada masalah keluarga, masalah bisnis , binatang kesayangannya mati. Atau bahkan ada yang berhasil sampai ke tempat mereka janjikan. Tapi belum berapa lama pria itu , tiba-tiba  mengeluh jika ia, merasa tidak enak badan, dan masih banyak lagi yang membuat semua itu gagal.

“Sungguh kak! Aku kali ini  akan meminta dia untuk memastikan kalau dia bisa menemui kakak nanti malam. Kalau perlu aku akan mengingatkan dia setiap saat " tuturnya.

Vannya hanya menghembuskan nafas berat lalu menganggukkan kepalanya. Seolah mengatakan kalau ia. Percaya dengan apa yang kali ini Julian rencanakan.

Walau pun sebenarnya Vannya cukup malas menghadiri kencan kali ini. Selain selalu tidak berjalan dengan mulus. Vannya juga merasa apa yang di lakukan Julian akan berakhir dengan sia-sia. Karena Vannya merasa sadar diri. Tentang siapa dirinya. Dan juga ia tidak bisa menutup matanya tentang kenyataan si kembar.

Mungkin bayak pria yang bersedia menjadi pasangannya. Tapi, tidak akan banyak  pria yang cukup mau berbesar hati untuk  menerima si kembar dengan sepenuh hati, bersamaan dengan seluruh masa lalunya yang bisa di bilang cukup kelam.

Jadi. Vannya tidak pernah menaruh banyak harapan pada pria-pria itu. Begitu juga dengan keinginan untuk punya pasangan, vannya bahkan bisa di bilang tidak pernah lagi memikirkan pasangan. Vannya hanya ingin fokus pada si kembar dan toko kuenya saja.

Tapi, siapa sangka. sikap Vannya yang seperti itu justru membuat Julian cemas. Seolah, dia takut jika Vannya akan merasa kesepian karena tidak punya tempat untuk berdasar. Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas Julian yang selalu mencemaskannya. Vannya tidak menolak ketika Julian ingin mengenalkannya pada seseorang. Meskipun sepertinya Tuhan belum merestui jika Vannya menemukan jodohnya saat ini.

“Temukan tempatnya sebelum jam 8 malam. Apa pun caranya “ wajah Achazia sidingin es. Sorot matanya yang gelap dan juga tajam. Mengisyaratkan jika dia tidak sedang dalam suasana hati yang baik. Seolah kabut hitam terpancar dari tubuhnya. Yang seolah siap mengibarkan bendera perang pada siapa pun.

Sosoknya seolah berbeda dengan beberapa saat yang lalu. Sosok menakutkan itu kini berubah menjadi sosok yang tampak bersahabat dengan sekitar. Ketika ia kembali turun ke lantai bawah menemui yang lain..

“Bara.... “

“Bisa bantu aku sebentar?” Achazia langsung menoleh ketika suara Vannya yang meminta bantuannya. Dia dengan cepat menghampiri Vannya tak lupa dengan senyum tipis menghiasi wajah tampaknya.

“Bantuan apa yang bisa saya bantu. Untuk ibu bos yang satu ini" ujarnya dengan sedikit aksen menggoda ditambah dengan kedipan  mata. Yang pasti akan membuat para wanita menjerit jika melihatnya. Tapi Vannya. Berbeda, wanita itu justru tampak terheran-heran karenanya.

“Ikut saja. Nanti kamu, juga akan tua" Vannya  keluar dari tempatnya dan melepaskan celemek yang ia ikatkan di pinggang lalu mengambil tasnya. Achazia yang tahu bahwa Vannya akan pergi pun ikut melepaskan celemeknya

“Xua. Hari ini toko kamu yang bertanggung jawab “ ujar Vannya sebelum menghilang dari balik pintu toko.

Achazia  mengikuti langkah Vannya dari belakang. Banyak pertanyaan di dalam benaknya, apa yang membuat wanitanya itu samapi memerlukan bantuannya. Apa ada hal yang begitu penting?.

Atau.... Vannya akan meminta pendapatnya untuk memilih hadiah yang akan dia Berikan pada teman kencannya?. Dan jika ia. Achazia tidak akan membiarkan hadiah itu akan sampai ke tangan pria itu dengan mudah.

Karena, hadiah yang di beli Vannya hanya boleh di tunjukan untuk dirinya seorang!

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang