05

11.8K 469 3
                                    

Tiga hari pun kini telah berlalu. Tiga hari yang sangat sulit untuk Vannya hadapi. Tapi vannya merasa senang mamanya tidak menambah hukumannya.

Dengan langkah lemas, wajah yang pucat tak bertenaga vannya di papah oleh Merien masuk ke dalam rumah. Merien terlihat begitu semangat hati-hati membawa Vannya masuk. Ia tahu gadis itu sedang terluka begitu parah, terasa dari suhu tubuhnya yang terasa panas serta air mukanya yang begitu pucat...

"Langsung bawa dia ke kamar " perintah Luna yang bahkan tak mau melihat keadaan vannya barang 5 detik.

" lian, bantu itu bawa nona ke kamar ya" julian yang langsung ikut membantu Merien ketika wanita paruh baya tersebut tampak kesulitan memapah tubuh vannya ketika berjalan

"Hati-hati, nona sedang terluka " Merien mengingatkan Julian atau yang bisa di panggil lian untuk berhati-hati dan tidak bertindak ceroboh, mengingat punggung Vannya masih terluka

Selepas lian mengantar vannya ke kamar Merien sayang sambil membawa kotak p3k untuk mengobati luka vannya. "Keluarlah, dulu" pinta Merien pada putranya. Lian mengangguk dan meninggalkan kamar vannya membiarkan ibunya merawat vannya.

Setelah pintu tertutup dan tidak ada orang lagu dikamar, hanya menyisakan mereka berdua. " nona, saya akan mengganti baju nona. Baru setelahnya akan mengobati punggung nona, nona pasti sangat kesakitan beberapa hari belakangan ini" Ucap Merien meminta izin

" Tidak perlu, saya baik-baik saja kok bi, lagian ini hanya luka kecil" ucap vannya dengan senyum getir " dan tidak terlalu sakit " tambahnya. Merien pun ikut tersenyum, tapi ia sangat tahu persis nonanya, ia mengatakan itu karena tidak ingin Merien khawatir padanya, oleh karena itu vannya selaku menujukan sikapnya yang seolah kuat di depan siapa pun. Tapi jauh di dalam sana bundanya itu seperti es yang begitu tipis yang begitu sangat rapuh.

" Tidak apa, biar saya obati..." ucap Merien memohon. Membuat vannya hanya bisa mengangguk dan menghembuskan nafas lelah. Ia tahu ia tidak akan bisa menolak permohonan wanita paruh baya tersebut, apa lagi melihat wajah kecewa dari wanita yang sudah merawat dan memberikan kasih sayang yang begitu tulus.

Setelah menanggalkan bajunya , vannya duduk menunggangi Merien yang sudah siap untuk mengobati lukanya. "Ada apa bi" tanya vannya ketika ke biduan terjadi di antara mereka berdua.

"Tidak, ada apa-apa, non" jawabnya sambil menghapus butiran air mata di kelopak matanya. Ia tidak habis pikir bagaimana nonanya ini bisa bertahan dengan luka yang sekarang ini. Dan luka-luka itu pasti sangat sakit sekali

"Aku, baik-baik saja bi. Luka ini hannyalah luka kecil, lagian aku sudah pernah merasakan yang lebih dari ini. Jadi bibi tidak perlu sedih " ucap vannya dengan suara lirih sambil mereka kasir untuk meredam suara tangisannya...

Ia tahu bibi kesayangannya saat ini pasti sudah melihat dengan jelas luka yang ada di punggungnya. Walau vannya tidak bisa melihatnya dengan matanya sendiri. Tapi vannya sangat yakin lukanya pasti sangat banyak sampai membuat Merien terdiam sebelum mengobatinya

Merien mengobati luka vannya dalam. Diam dengan mata yang seakan tak mau berhenti menangis. Hatinya sebagai seorang ibu merasa pedih, apa lagi melihat luka yang begitu banyak dan juga cukup dalam, bahkan masih ada berapa luka yang mengeluarkan darah segar....

Merien tidak habis pikir, bagaimana nyonya Luna dan tuan Sevre bisa sekejam itu pada vannya, padahal vannya juga anak mereka. Terlebih lagi bagaimana bisa seorang ibu kandung melakukan ini pada putrinya sendiri...

Seakan tak ada rasa bersalah atau pun iba, padahal vannya sudah di kandungnya selama 9 bulan, apa tidak ada rasa ikatan batin sama sekali? Itu lah yang tidak habis pikir

" nona istirahat saja dulu, saya sudah mengobati lukanya. Sebentar lagi saya akan meminta Lian membawakan bubur kemari" ucap Merien sebelum keluar dari kamar vannya setelah membantu mengobati luka dan membantu vannya memakai pakaiannya lagi

" saya permisi...."pamit Merien

"Bi, terima kasih..." kata vannya tulus yang di balas dengan seulas senyum oleh Merien " itu sudah tugas saya " imbuhnya

Sekarang hanya tinggal vannya di kamar sendirian. Matanya menerawang ke arah jendela yang menampakkan begitu caranya hari ini, bahkan vannya bisa mendengar suara burung dari kamarnya...

Entah mengapa vannya merasa begitu itu dengan burung-burung yang bisa pergi dengan bebas, terbang ke sana kemari menikmati alam yang indah. Yang tidak pernah bisa vannya nikmati...

Tok... Tok... pintu kamar kembali di ketik, membuat Vannya sadar dari lamunannya, yang ia sia-sia

"Masuk..." perintah vannya

Sosok Julian pun mungil dari balik pintu sambil membawa nampan yang berisi sebuah mangkuk dan juga segelas air " Aku bawakan bubur untuk kakak" lian meletakan bapak itu di atas nakas terlebih dahulu. Dan lian tampak menarik sebuah kursi untuknya duduk, lalu mengambil mangkuk yang berisi bubur tersebut

"Ibu bilang, kakak masih sakit. Jadi buatkan aku yang menyuapi kakak" tutur lian yang sudah siap untuk menyuapi Vannya " dan juga untuk mematikan kakak akan makan " imbuhnya

"Ya, aku akan makan. Apa lagi yang menyuapi aku adalah pemuda tampan sepertimu, sayang kalau aku lewatkan kesempatan ini" vannya yang mencoba memecahkan suasana dengan bercanda dengan lian. Yang hanya di respons dengan senyuman oleh lian.

Lian benar-banar membuat Vannya menghabiskan buburnya walau harus dengan sedikit paksaan dari lian, tapi pada akhirnya bubur itu habis juga.

"Kakak, istirahat lagi..." pinta lian sebelum keluar kamar vannya. Setidaknya dengan adanya Julian dan Merien membuat Vannya merasa masih ada orang yang peduli...

Setelah makanan juga minum obat rasa kantuk mulai di rasakan oleh vannya, yang perlahan membawa Vannya berjalan ke dunia mimpi..

"Jangan...." Vannya tampak begitu takut ketika membuka matanya.

"Mimpi apa tadi itu..." tanya vannya pada dirinya sendiri. Sambil terus mencoba menormalkan kembali pernafasannya.

"Menakutkan sekali..." tambahnya sambil melihat keadaan sekitar yang ternyata sudah menjelang sore. Vannya benar-banar merasa takut, apa lagi mimpinya itu terlihat begitu sangat nyata....

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang