Tepat beberapa saat setelah pintu kamar Vannya tertutup. Sorot mata Julian yang bisanya teduh. Kini berubah drastis menjadi dingin. Jarinya mengetuk-ngetuk meja seirama dengan denting suara jam.
“Mau, sampai kapan menguping di sana?” nada bicara Julian tidak terdengar dia sedang marah atau pun jengkel. Suara pemuda itu terdengar bisa. Tapi, di saat yang bersamaan suaranya terdengar sedingin es. Di tambah dengan sorot mata yang tajam. serta caranya bersikap. membuat orang tahu jika saat ini suasana hatinya sedang tidak baik, membuat pemuda itu tidak terlihat menyenangkan.
“ jangan! Jadi pengecut keluarlah!" perintah Julian masih dengan wajah kaku bagai kayu, duduk di kursinya menyeruput air minum di gelasnya beberapa kali. Tapi, matanya masih menatap lurus ke arah di mana Achazia bersembunyi sejak tadi. Julian bukan tidak tahu ada orang yang menguping pembicaraan mereka. Tapi Julian terlalu malas untuk menegurnya. Julian lebih suka jika menganggap dia tidak melihatnya.
Achazia yang sudah ketahuan menguping, akhirnya keluar dari persembunyiannya dan berjalan ke arah Julian masih dengan membawa gelas kosongnya. Dengan sikap senormal mungkin di depan Julian, yang menatapnya dengan tatapan sinis dan tidak bersahaat sepertinya sebelum-sebelumnya.
“aku haus, aku hanya ingin ambil minum “jelas Achazia dengan tenang, tapi dalam hatinya di tidak setenang kelihatannya. Julian memasang wajah tidak peduli dengan penjelasan yang di berikan Achazia. Tapi tatapan matanya tidak berubah. Kebenciannya yang teramat jelas darinya untuk Achazia.
Saat Achazia selesi mengisi gelasnya dengan air dan ingin bergegas kembali ke kamar. karena dia harus menghubungi seseorang, tentu Achazia tidak bisa diam ketika mengetahui masalah apa yang sedang Vannya alami.
“ pasti rasanya senang, karena kamu pada akhirnya menang, bukan? “ ucapan Julian sukses membuat kaki Achazia tidak jadi melangkah sama sekali. “Dengan Anda tahu apa yang sedang terjadi pada kami saat ini. Akan mempermudahmu mendapatkan hak asuh Raja, kaisar dari tangan kakakku. “ kata-kata sarkas Julian membuat Achazia mengerutkan keningnya.
Apa di mata Julian dia Sepicik dan sejahat itu?
‘Hai! Bung Anda salah!’ Ingin rasanya Achazia mengatakan itu. Meskipun dia bukan orang yang suci, dan tangannya penuh dengan darah-darah orang yang mungkin saja tidak berdosa. Tapi Achazia bukan orang yang akan tega memisahkan anak-anaknya Sendiri dengan ibunya.
“Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti dengan ucapanmu. Aku cuma mau ambil minum dan kemudian kembali tidur" Achazia masih berusaha menyanggah tuduhan Julian
“Benarkah?”
“terserah maumu saja. Aku tidak peduli. Mau kau dengar semua atau seperti yang kau katakan. Aku hanya ingin mengingatkan satu hal padamu. Apa pun yang kau lakukan, aku akan selalu mengawaimu, dan jika sampai kamu menyakiti ponakanku dan juga Vannya akan aku pastikan aku adalah orang pertama yang akan mencari dan membuat perhitungan denganmu” Achazia tidak memberikan tanggapan apa pun atasan ancaman Julian. Karena baginya apa yang di katakan Julian hanya gertakan bisa. Dan lagi Achazia bisa pastikan bahwa pemuda itu tidak akan pernah bisa melakukan apa yang ia katakan. Karena jangan lupakan siapa dia, Dia adalah Achazia, seseorang yang punya caranya sendiri untuk mendapatkan apa yang dia mau tanpa harus terlalu banyak melakukan ini dan itu. Karena akan ada orang-orang yang akan melakukan apa pun yang dia mau hanya dengan satu perintahnya.
Bahkan jika saat ini dia memerintahkan seseorang untuk menghabisi Julian. Sudah bisa di pastikan saat pagi ini pemuda itu keluar dari rumah. Bisa di pastikan sebelum malam tiba maka hanya nama pemuda itu yang akan pulang. Tapi Achazia tidak melakukannya.
Selain Julian sudah menjaga Vannya dan anak-anaknya selama ini. Achazia sangat-sangat tahu kalau Vannya dan buah hatinya sangat menyayangi Julian. Jadi Achazia bisa bertoleransi dengan sikap pemuda itu. Achazia tahu Julian melakukan itu karena dia sangat sayang pada mereka.
Tapi sepertinya kali ini Achazia sedikit merasa perlu menguranginya rasa curiga pemuda itu padanya.
“kalau tujuan utamaku hanya mendapatkan hak asuh anak-anakku. Aku tidak perlu susah-susah seperti hari ini. Aku bisa secara langsung mengajukan gugatan ke pengadilan saat aku tahu mereka adalah anakku. Tapi lihat aku, Sampai saat ini aku tidak melakukannya. Karena yang aku mau bukan hanya anak-anakku tapi juga Vannya. Aku ingin mereka...”
“Oleh karena itu, semua yang berhubungan dengan Vannya entah itu hal yang membuatnya sedih, atau pun masalahnya sekalipun, itu juga akan menjadi masalahku juga tanggung jawabku. Aku janji padamu Apa pun masalah yang kalian hadapi jangan ragu untuk meminta bantunku kapan saja.” Tutur Achazia
“Terima kasih, tapi. Maaf bantuan Anda tidak di butuhkah, sama akan halnya 7 tahun lalu. Karena selama masih ada aku. Tidak akan pernah ada yang bisa menyakiti mereka tanpa terkecuali" tegasnya Sambil memberikan tatapan sinis pada Achazia, sebelum Julian beranjak dari duduknya. Karena setelah pagi nanti dia harus bertemu dengan Sheren untuk memberikan surat pengunduran dirinya sebagai Chef di restoran wanita itu. Dan juga menyiapkan surat lamaran baru yang akan dibawanya ke toko kelontong di dekat lingkungan mereka tinggal.
Mengenai keputusannya saat ini mungkin bisa di bilang bukan yang terbaik. Tapi setidaknya pilihan ini adalah yang terbaik untuk saat ini. Selain dia butuh tempat kerja yang dekat dengan rumah, Julian juga butuh pekerjaan yang memungkinkan dirinya tidak terlalu lama ada luar rumah. Apa lagi mulai saat ini mungkin Achazia akan sering datang berkunjung, itu juga salah satu alasannya. Apa lagi Julian belum bisa percaya dengan pria itu 100%. Selain karena perbuatan pria itu sudah membuat hidup Vannya begitu sengsara. Julian juga tidak terlalu suka dengan beberapa sikap pria itu di tambah lagi dengan perangai ibunya. Itu membuat Julian serasa melihat nyonya Luna. Yang selalu memandang orang dari status dan kekayaan.
“Setidaknya, biarkan aku kesempatan untuk membuktikan kata-kataku, bagaimana? “ kata-kata Achazia m4mbuat Julian terdiam sejenak, dan senyum mengejek lagi-lagi di tunjukan Julian.“ lakukan saja sesuakamu aku tidak peduli” kata Julian sebelum benar-benar pergi ke kamarnya.
Setelah mengisi gelasnya Achazia langsung bergegas ke kamarnya. Pria itu langsung meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang.
^^^^
Feran terbangun ketika mendengar ponselnya sedari tadi terus berbunyi. Membuat pemuda itu mencari-cari ponselnya yang ia selalu letakan di atas nakas dengan meraba-raba dengan mata yang masih terpejam.
“kalau mau menawarkan kartu kredit atau asuransi. Maaf saya tidak tertarik... dan ingat jangan hubungi saya lagi. Kalian itu menggagu istirahat orang tahu tidak!” Feran menjawab dengan kesal masih dengan mata terpejam
“ Kau mau di pecat"
“di pecat?” gumam Feran dan untuk sesaat pemuda itu termenung sejenak dalam pikirannya, dan tangannya tergesa-gesa mencari kaca mata yang juga di atas nakas. Dengan terburu-buru Feran mengenakan kacamatanya dan melihat siapa yang sedang bicara dengannya saat ini. Betapa terkejutnya Feran ketika melihat nama Big Bosnya tertera di layar ponselnya. Membuat pria berkacamata itu menepuk jidatnya sendiri saat mengetahui kebodohannya tadi.
mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menelepon, ini semua karena dia kelelahan dengan semua pekerjaan yang bosnya berikan. Dari urusan kantor sampai dengan urusan masalah percintaan serta urusan anak-anaknya, Feran juga yang harus mengurusi ditambah dengan urusan ini dan itu. Yang membuatnya benar-benar sangat lelah. Jadi saat bosnya itu menelepon Feran baru saja tidur selama 2 jam setelah hampir seharian dia berkutat dengan segala pekerjaannya.
Bahkan Feran sering mondar mandir ke rumah keluarga Praviz untuk bertemu dengan Tuan besar Praviz untuk mengurus perpindahan tugas Achazia ke cabang yang ada di Singapura agar si Bos itu bisa langsung bekerja besok. Bukan hanya mengurus tenang perpindahan Feran juga memilih beberapa orang yang bisa di anggapnya Handal, setia dan yang paling penting tahan dengan tekanan saat bekerja dengan Achazia. Itu semu baru selesai 2 jam yang lalu dam sekarang bosnya itu menghubunginya lagi di saat masih pagi buta seperti ini
“ Maaf, bos” ucap Feran canggung bahkan saking canggung dan takut jika bosnya marah tanpa sadar Feran mengusap panggung lehernya dengan gerakan aneh. pemuda berkacamata itu mengusap tengkuknya seolah dia sedang ketahuan melakukan hal yang salah .
“ tuan semua persiapan Anda untuk bekerja sudah saya siapkan dan saya juga sudah menyiapkan beberapa orang yang bisa di percaya sudah saya tempatkan di sana. Dan tuan besar juga sudah setuju dengan itu” Feran melaporkan pekerjaannya.
“bagus...” mendengar tanggapan sederhana dari Achazia sudah membuat Feran benar-benar laga. Feran berpikir setelah ini dia ingin meminta cuti setidaknya selama satu minggu. Feran benar-benar perlu istirahat
“Tapi, aku punya tugas baru untukmu, selidiki tentang Vannya semuanya tanpa terkecuali. Siapa ibunya. Siapa ayahnya atau siapa keluarganya dan bagaimana masa lalu keluarga itu tanpa terkecuali. Aku tidak ingin data yang setengah-setengah. Aku mau komplit dan terperinci“ tapi sayangnya sebelum Feran bisa mengajukan permintaan untuk cuti. Bosnya itu sudah bicara dan memberinya tugas baru yang dengan seketika mengubah wajah Feran menjadi sangat-sangat lesu dan lelah
“lagi...” keluhnya tanpa sadar.
“kenapa? Apa kau tidak mau bonus 10 milyar(pakai Rupiah) dariku jika bisa menyelesaikan tugas ini? Bukan hanya itu setelah itu. kau juga bisa berlibur selama 3 bulan dan semua akomodasi selama kau berlibur perusahaan yang tanggung apa kau tidak tertarik dengan itu Feran?” Tentu saja mendengar imbalannya membuat Feran tergiur. Siap yang tidak mau dapat uang 10 milyar dan juga liburan gratis!
“ atau pilihan kedua, kau berhenti bekerja denganku dan di saat kau keluar dari pekerjaanmu akan aku pastikan bahwa kau tidak akan bisa bekerja di mana pun” ucap Achazia yang semakin membuat Feran tentunya tidak ada pilihan lain selain menerima tugas ini. Dia sangat tahun tuan Bos yang satu ini. Dia bisa membuat seseorang menjalani hidup dengan sangat baik. Tapi dia juga bisa membuat hidup orang jauh sangat amat lebih dari kata sengsara hanya dengan satu kali unjuk. Yang tentunya Feran tidak ingin jadi salah satu dari orang yang mengalami hidup menderita karena orang itu
Setelah panggilan selesai Feran langsung menelepon seseorang yang sangat ahli dalam bidang ini. Tapi kali ini Feran tidak menyewa detektif seperti bisanya melainkan seseorang yang bisa memberinya detail lebih lengkap dari para detektif.
“ Ganesa, bos punya tugas untukmu.....” setelah mengatakan apa yang harus di lakukan Ganesa barulah Feran bisa sedikit bernafas lega.
Siapa Ganesa, Ganesa adalah salah satu anak buah Achazia, yang juga adalah kekasih Feran. . Yang dulunya adalah seorang mantan bos mafia, yang tidak sengaja Achazia dan Feran selamatkan saat wanita manis itu hampir terbunuh dan nyaris di perkosa oleh sekelompok pembunuh bayaran. Ganesa pula yang selama ini membantu bisnis Achazia dari belakang khususnya untuk mengalahkan musuh-musuh yang licik. Jadi jangan di tanya seberapa mahir wanita itu dalam mencari informasi yang tidak bisa di dapatkan oleh seorang detektif profesional.
----
Saat ini Achazia sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya yang baru. Setelah tadi mengantarkan anak-anak ke sekolah. Achazia juga sudah rapi dengan setelan jas mahal yang membalut tubuh tinggi dan kokohnya. Jangan lupakan kacamata hitam yang seolah menabah kesan ke misteriusnya.
Ketika mobil yang di kendarai Achazia sampai, sudah ada seseorang yang datang dan membukakan pintu untuknya sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.
Achazia keluar dari dalam mobil, tapi ia tidak langsung masuk, Achazia memperhatikan bangunan itu untuk sementara waktu.
“ Feran sudah mengatakan semuanya kan? “tanya Achazia dengan kesan tidak peduli dan bicara dengan sikap acuh tak acuhnya yang selalu ia tunjukan pada semua orang, bahkan saat Achazia sadar jika saat ini dia sedang menjadi pusat perhatian semua orang yang ia lewati.
Banyak dari mereka bertanya-tanya siapa dia, lalu untuk beberapa karyawan yang sudah tahu siapa Achazia mereka sedikit merundukkan kepalanya dan memperlihatkan sikap hormat saat melihat Achazia datang. Ada berbagi mata yang saat ini memandang Achazia, sebagian dari mereka yang memandanginya dengan pandangan kagum. Tapi tidak di hindarkan jika ada yang memandanginya dengan tatapan lapar dan mendamba seolah ia adalah daging segar di depan tatapan para karyawan wanita yang tidak sengaja Achazia temui saat akan menuju ke ruang kerjanya
Lalu saat Achazia baru saja duduk di meja kerjanya untuk beberapa saat. Dan melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan. Tatapan tajam dan dingin pria itu, seolah bisa membuat semua orang gemetar ketakutan apa lagi suhu ruangan seolah langsung turun ke titik terendah yang membuat orang jadi gemetaran ketakutan . Itulah yang saat ini dirasakan oleh Gema asisten yang akan menemani Achazia selama beberapa hari ke depan sebelum Feran datang.
“Jam berapa rapat semua Direksi di adakan?” pertanyaan Achazia berhasil membuat Gema tersadar dari lamunannya
“10 menit lagi” jawab Gema sedikit gugup
“Kalau begitu sebaiknya kita datang lebih awal untuk memberikan kejutan pada mereka “ Gema hanya bisa patuh dan mengikuti bosnya dari belakang.
lalu ketika saatnya rapat akan di mulai dan para direksi datang untuk rapat di dalam. Tidak ada dari mereka yang tidak terkejut saat masuk ke ruang rapat.
Di mana sosok pria muda duduk di kursi yang paling utama. Membuat para orang-orang itu langsung merasakan atmosfer yang mencekam ketika baru saja melangkahkan kakinya masuk ke ruang rapat, terlebih lagi tatapan pria muda itu terlihat begitu sangat tajam dan seolah memperhatikan mereka satu persatu dengan sorot mata yang mampu membuat merela semua serasa dititik beku.
Ketegangan itu masih tetap berlanjut bahkan saat semua staf itu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa terbebas dari suasana canggung dan mencekam ini. Terlebih pemuda itu masih terus diam dengan tatapan tajamnya membuat semua orang di sana merasa takut.
Bahkan ketika pemuda itu tersenyum bukannya membuat suasana semakin mencari yang terjadi suasana itu makin membuat semua orang rasanya ingin keluar dari ruangan itu, seolah oksigen di ruangan itu turun dengan sangat cepat. Membuat semua orang rasanya hampir mati tercekik karena kurang oksigen.
“Perkenalkan, dia adalah kepalan cabang yang baru, Tuan muda Achazia Praviz" suara Gema yang seharusnya menjadi pelepas ketegangan bahkan tidak berhasil. Hampir semua anggota rapat itu wajahnya terlihat semakin memutih ketika mendengar penjelasan Gema . Bagaimana tidak di depan mereka saat ini adalah putra tinggal tuan Praviz, tuan muda Achazia Praviz yang sangat terkenal dengan ketegasan dan juga tindakkanya yang tidak main-main dalam mengambil keputusan. Punya kebiasaan mengertak seseorang dan masih banyak lagi yang membuat semua orang mulai merasa makin takut.
Terlebih lagi orang-orang yang melakukan kecurangan selama ini. Wajah mereka benar-banar memutih bahkan di antara mereka ada yang beberapa kali menyeka keringat. Seolah kedatangan Achazia bagaikan malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang melakukan ke salah.
“Aku lihat, cabang ini merupakan cabang yang paling rendah dalam laporan ke untungkan setiap tahunnya, ada apa? Apa ada kendala?" saat Achazia bicara hampir jantung semua orang serasa berhenti berdetak. Seolah ini adalah akhir dari permainan mereka.
Apa lagi ketika mata hitam pemuda itu menyapu satu persatu semua orang dengan senyum misterius di wajahnya semakin membuat suasana di ruangan itu benar-benar suram. Bahkan Gema yang berusaha tetap tenang tidak bisa dipungkiri kakinya sekarang terasa melemah.
“Sepertinya ada yang tidak beres dengan cabang ini. Bagaimana bisa catatan yang di kirim ke perusahaan pusat berbeda dengan data yang ada di sini. “ Achazia berpura-pura serius ketika membandingkan dua data yang ada di tangannya.
“Laporan yang ada di data pusat dengan di sini sangat berbeda setidaknya ada selisih 60% keuntungan yang tidak tercantum, lalu ke mana perginya 60% keuntungan itu, apa kalian semua tahu? “kali ini kata-kata Achazia sukses membuat semua orang yang ada di sana merasakan jantung mereka berhenti berdetak untuk ke dua kalinya.
Mereka semua berpikir bagaimana bisa Achazia yang baru saja datang dan melihat data dengan sekali pandang bisa tahu bahwa data keuangan perusahaan sudah di manipulasi sebanyak 60% padahal mereka sudah mengatur ini dengan begitu teliti. Sampai tidak akan ada yang menyadari itu semua.
“ Jadi, siapa yang akan bertanggung jawab atas hilangnya keuntungan 60% yang perusahaan kita alami setiap bulannya? “ kali ini Achazia menatap dengan tajam pada 6 direktur utama yang memang sudah sejak tadi menjadi incarannya . Melihat wajah mereka yang kehilangan warna membuat Achazia merasa senang. Rasanya saat ini dia sedang bermain tikus dan singa dengan mereka. Yang tentu saja Achazia adalah singanya, yang sedang menantikan para tikus itu masuk perangkapnya.
Dan ketegangan itu makin berlanjut ketika sebuah gambaran adegan terlihat di depan mereka melalui proyeksi layar proyektor yang membuat semua orang di sana terkejut bukan main. Bahkan ada yang tidak bisa berkata apa-apa. Di mana di sana ada tuan Jang yang bersema dengan 5 rekannya dengan jelas melakukan tundakan korupsi dan tindakan pencucian uang perusahaan
Tentu saja wajah 6 orang itu benar-banar pucat dan makin memucat
“lalu, apa kalian bisa jelaskan ini?” Kali ini Achazia masih dengan sikap tengnya bertanya pada 6 orang itu seolah tak pernah terjadi apa-apa
“Tuan muda, apa yang ada di sana tidak benar! pasti kami di fitnah oleh seseorang" tuan Jang membela diri.
“ Fitnah?” Nada sinis Achazia membuat Jang Howen semakin gelagapan untuk membuat alasan lain.
“Bisa iau buktikan ucapanmu? “ tatapan mata Achazia seolah dia percaya sedikit membuat Jang Howen merasa tenang. Tapi itu hilang di saat berikutnya. “ kau tahu jam tangan yang kau pakai saat ini adalah model jam terbaru keluaran musim semi salah satu Brand yang seingatku harganya sekitar 1,5 milyar. Dan aku rasa gajimu sebagai wakil direktur dalam sebulan tidak sebesar itu bukan? Lalu kau dan keluargamu juga terlihat sering berlibur keluar negeri setiap bulannya, bukankah itu sedikit aneh jika kau mengatakan itu adalah hasil menabung atau meminjam uang dari perusahaan. Tentu perusahaan tidak akan mengeluarkan uang sebanyak itu untuk keperluan tersier pegawainya. Aku juga dengar istrimu sangat suka ikut arisan dengan satu kali Stor mencapai ratusan juta dan merupakan kolektor tasa dengan Brand rumah mode ternama dan juga suka mengoleksi berlian? Apa itu wajar bagi seorang wakil direktur yang hanya punya gaji kurang dari 150 juta sebulan” penjabaran Achazia benar-benar membuat Jang Howen kehabisan kata-kata. Karna secara tidak langsung Achazia sudah mengetahui yang sebenarnya dan ia sedang memberitahukan perbuatannya pada semua orang. Hal yang tak jauh berbeda terjadi pada 5 orang lainya.
“Gema...” panggil Achazia pada sekretarisnya. Membuat pemuda itu maju selangkah dan mulai bicara di depan semua orang
“ karena kalian sudah merugikan perusahaan dengan kerugian yang tidak sedikit. Makan kalian akan di pecat secara tidak hormat, masuk penjara, harta kalian akan di sita sepenuhnya, untuk di hitung apa bisa menutupi kerugian yang kalian ciptakan. Dan jika masih ada kekurangan, kalian berkewajiban untuk membayar. Selain itu juga kalian tidak akan pernah bisa bekerja lagi di anak perusahaan Praviz serta tidak akan di terima bekerja di perusahaan mana pun lagi. Bukan hanya itu, kalian juga akan di dakwa dengan penggelapan dana serta tindakan pencucian uang. Dan terhitung mulai hari ini kalian di pecat serta dalam waktu 30 menit ke depan akan ada orang-orang dari perusahaan yang akan menyita seluruh aset kalian. “penjelasan Gema membuat semua orang tidak percaya. Mungkin bukan maslah untuk di pecat secara tidak hormat dan di sita semua aset. Tapi tidak diterima di mana pun mereka melamar pekerjaan itu sama dengan membunuh secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Любовные романыdi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...