Achazia, tidak pernah menyangka orang yang selama ini, ia cari dengan berbagai cara, bahkan membuatnya harus memutar otak. Ternyata ada di negara yang sering Achazia kunjungi. Entah itu hanya urusan bisnis semata atau berlibur, mencoba menjauh dari segala kesibukannya dalam dunia bisnis.
Tak butuh waktu lama bagi Achazia untuk tiba ke negeri singa ini. Setelah mendapat data lengkap dari anak buahnya Achazia langsung memerintahkan Feran untuk mencarikan penerbangan tercepat ke negara tersebut.
Tentu bukan tanpa alasan, Achazia sungguh tidak sabar bertemu dengan wanita itu. Ia ingin melihat wanita yang membuatnya hampir gila dan kehabisan akal hanya untuk mencari dirinya. Dan yang lebih penting Achazia ingin mencocokkan wanita itu dengan bayangan wanita yang selalu muncul di dalam ingatannya, yang seperti pecahan pazel yang berantakan. Karena dengan melihat dan memastikannya secara langsung Achazia baru bisa percaya. Walau sebenarnya Achazia sudah mendapat foto wanita itu. Tapi Achazia belum bisa percaya jika belum mencocokkan dengan data di dalam ingatannya.
Singapura Changi Airport. Achazia baru saja menginjakkan kakinya di bandara. Dan baru saja melewati bagian transmigrasi, Achazia sudah langsung di sambut dengan 10 pria berbadan tegak dan berseragam hitam berjejer di kanan kirinya sambil sedikit membungkukkan badanya memberi hormat padanya, sedangkan di bagian ujung sudah ada mobil limosin warna putih yang sudah menunggu Achazia, mengantarkan sang pengusaha muda itu ke mana pun dia pergi. Dan yang pasti, yang tidak pernah Absen dan selalu setia bersama dengannya, siapa lagi kalau bukan Feran. Pria itu yang mengurus semua ini dan juga memastikan kenyamanannya. Dan Achazia tidak pernah kecewa dengan kerja yang di lakukan Feran. Pria itu selalu tahu apa yang Achazia butuhkah.
Feran, tampak membukakan pintu uruk Achazia masuk terlebih dahulu, dan seperti biasa Achazia masuk tanpa banyak bicara. Setelah Achazia masuk barulah Feran yang masuk.
“Tuan, Achazia. Kita akan langsung pergi ke hotel atau ke suatu tempat ingin tuan kunjungi terlebih dahulu?” Achazia tampak terdiam cukup lama mendengar pertanyaan Feran, pria itu tampak menggoyangkan gelas anggurnya seraya berpikir, dan Feran masih setia menunggu jawaban Achazia dengan begitu serius. bahkan pemuda berkacamata itu memang selalu serius setiap waktunya. mungkin karena terbiasa bersama Achazia yang selalu bertampang serius itu juga berefek padanya.
“Kita ke hotel” putus Achazia setelah sekian lama. Feran langsung mengabarkan pada sopir yang ada di bagian kemudi dengan menggunakan HT (hoki talki) untuk menjalankan mobil ke hotel.
Feran tampak mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat dari dalam tas “saya semalam mendapatkan informasi baru dari mata-mata kita yang ada di sini tentang dia" Feran tampak menyerahkan amplop tersebut.
Achazia tampak membolak balikan map tersebut sebelum m3mbukanya, dengan sangat hati-hati karena informasi apa pun di dalamnya pastilah sangat berharga untuknya, terutama untuk Achazia mengambil langkah selanjutnya.
“Siapa laki-laki ini, apakah punya informasi tentang dia “tanya Achazia yang menujukan wajah ke tidak sukaan dari foto-foto yang ia lihat dari dalam amplop tersebut. Dimana wanitanya tampak begitu dekat dengan sorang pria. Dan bahkan dari beberapa foto yang ada mereka tampak begitu dekat dan begitu akrab, bahkan tersenyum lebar dan ada di berapa foto terlihat pria itu menggandeng tangan wanitanya dan juga berapa kali terlihat di foto pria itu juga tampak membawakan belanjaan wanitanya, berboncengan sepeda berdua.
Feran yang melihat ekspresi tidak biasa dari bosnya untuk pertama kali terlihat seperti orang yang sedang cemburu membuat Feran ingin tertawa dan bersorak. Ini mungkin pertanda yang bagus tentang Achazia yang mulai membuka diri pada wanita. Dan juga bisa mengeluarkan semua perasaan yang selama ini di sembunyikan di balik sikap dinginnya
Achazia tampak menatap asistennya yang saat ini melamunkan entah apa itu “apa kau tahu sesuatu" Feran tampak gugup ketika mendapat tatapan tajam dari Achazia, saat ketahuan sedang melamun saat bertugas
“Menurut informasi yang saya dapat, nona vannya saat ini tinggal di sebuah Apartemen sederhana, bersama dengan pria tersebut, yang kemungkinannya bisa jadi suami, nona Vannya “ jelas Feran. Dan saat bersamaan Feran merasakan hawa buruk ada di sekitar sirinya, membuatnya seketika merasa gugup, apa lagi melihat tatapan aneh Achazia serta aura dingin yang seketika muncul, biasanya kalau seperti ini biasanya Achazia sedang kesal atau tidak suka akan sesuatu.
Apa mungkin Achazia tiba-tiba kesal karena apa yang baru ia katakan. Tentang wanita yang ia cari ternyata tinggal dengan pria lain. Atau tentang ia yang tidak fikus tadi. Tapi apa pun itu Feran hanya bisa berharap ia tidak akan mendapatkan hal buruk setelah ini.... semoga...
Sesampainya di hotel, Feran langsung mempersilahkan Achazia untuk istirahat terlebih dahulu di kamar yang suda ia pesankan sesuai dengan selera Achazia. Sedangkan Feran masih tampak sibuk menerima telefon dari beberapa kolega Achazia, yang mendengar tentang kedatangan Achazia ke singapura.
Achazia, tampak baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan hadku yang menutupi bagian pinggang ke bawah, sedangkan bagian atas tubuhnya di biarkan terbuka begitu saja. Memperlihatkan tubuh indah dan kulit putihnya pria itu tampak terlihat lebih segar dari sebelumnya, rambut yang masih basah dan sesekali meneteskan air sisa ia mandi dari helai rambutnya, ditambah aroma jeruk yang begitu kuat berasal dari sabun yang ia kenakan.
Namun, matanya langsung tertuju pada Amplop yang tadi di berikan Ferena padanya. Dan mengingat penjelasan Feran tadi membuat ada rasa tidak rela atau lebih tepatnya tidak suka, jika ada orang lain selain dirinya dekat dengan sesuatu yang sudah ia anggap adalah miliknya.
Tapi, jika apa yang di katakan Feran benar, bagaimana jika pria itu adalah suaminya. Achazia harus melakukan apa? Satu sisi ia tidak suka ada orang lain memilku apa yang seharusnya jadi miliknya. Tapi satu sisi dirinya tidak mungkin merebut seorang istri dari suaminya.
“Harus kupastikan sendiri" Achazia langsung berganti pakaian yang paling santai dan juga topi serta masker untuk menutupi wajahnya, karena kali ini Achazia akan melakukan penyelidikannya secara sendiri dan tanpa di ketahui oleh Feran .
Dan dengan sangat hati-hati akhirnya Achazia bisa lepas dari Feran dan juga beberapa para penjaga. Achazia pergi dengan menggunakan taksi menuju lamat yang sudah ia hafal di luar kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Romancedi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...