Saat ini baik Nandini mau Vannya yang duduk satu meja yang sama. Tapi apa yang di pikirkan keduanya Bener-benar sangat bertolak belakang. Vannya yang terlihat ingin segera pergi dan terlihat tidak ingin bertemu. Sedangkan untuk Nandini dia ingin menahan Vannya tetap ada di depannya. , dan ketika melihat gelagat Vannya yang hendak pergi membuat Nandini yang sedari tadi duduk sambil sesekali mengaduk minumannya akhirnya bersuara “Kenapa aku merasa kakak itu sepertinya sangat tidak ingin bertemu denganku, padahal kan kotak itu sudah lama tidak bertemu dan lagi pula, situasi seperti ini rasanya sangat lucu, seorang saudara yang tidak pernah bertemu sekian lama dan, sekalinya bertemu benar-benar seperti orang asing& nada Nandini terdengar malas tapi di saat yang sama terdengar sangat jelas nanda kebencian di setiap kata-katanya.
“Tapi, selain itu aku juga merasa kalau dunia itu terasa benar-benar sekecil yang orang bayangkan. Di mana kita bisa bertemu dengan orang-orang yang kita cari dengan cepat” Nandini terlihat menyandarkan wajahnya pada telapak tangannya. Akan tetapi pandangannya masih tidak beralih pada Vannya. “ buktinya butuh waktu hampir 10 tahun untuk bisa menemukan kakak kembali, selain itu hal yang benar-benar tidak pernah aku sangka ternyata kakak adalah wanita yang tidur dengan calon suamiku. Bukankah itu terdengar lucu, kita kakak dan adik terjerat dengan satu pria yang sama...” senyum dan ekspresi wajah yang menghina di tunjukkan oleh Nandini untuk Vannya. Sampai ke tahap ini Vannya masih bersikap diam dan sebisa mungkin tidak terpancing dengan kata-kata adiknya. Apa lagi tadi Nandini kemari datang bersama dengan nyonya Sandra. Meskipun sampai sekarang Vannya masih tidak tahu apa tujuan dari pertemuan ini. Dan kenapa membawa Nandini? Di saat Vannya kira mereka akan bicara berdua saja. Akan tetapi melihat situasi sebelum nyonya Sandra itu pergi. Vannya merasa kalau wanita itu tidak tahu jika sebenarnya dia dan Nandini adalah saudara. Dan sepertinya Nandini juga tidak tahu kalau mereka akan di pertemukan hari ini.
Lalu barulah mereka bicara seperti sekarang ini setelah mereka hanya tinggal berdua. Sampai dengan saat ini meskipun Vannya merasa tidak nyaman di pertemukan kembali, Vannya tetap mencoba berpikiran positif. Walaupun sampai saat ini Vannya masih melihat dan merasakan dengan jelas bahwa kebencian Nandini padanya sepertinya belum hilang atau justru makin bertambah.
“Tapi kenapa ?”
“ Kenapa harus kakak yang 7 tahun lalu tidur dengan calon suamiku, kenapa? Apa tidak ada pria lain? “
“ Kenapa baik dari dulu dan sekarang kakak merebut semua yang ingin aku dapatkan! Kenapa? “
“ Entah itu cinta kakek dan nenek, teman, pujian orang dan bahkan sekarang orang aku cintai juga ingin kakak rebut Juga?!. “
“ asal kakak tahu bagaimana perasaanku ketika tahu pria yang aku cintai punya anak dari wanita lain. Kakak tahu betapa hancurnya perasaanku saat itu. Meskipun aku hancur dan sakit hati. Tapi aku untuk berusaha menerima anak-anak itu. Meskipun dengan itu impianku untuk bisa memberikan cucu pertama di keluarganya harus sira. Dan itu karena kakak!”
“ Bukan hanya itu! Aku masih diam dan menatap semuanya akan bauk-baik saja. Saat aku tahu dia sering berkunjung ke tempat wanita itu dengan maksud untuk bisa lebih dekat dengan anaknya, saat itu aku masih diam. Tapi. siapa sangka diamku itu justru membuat Achazia semakin lama semakin menjauh dariku” Vannya melihat perubahan emosi Nandini yang sebelumnya tenang yang dalam waktu singkat langsung berubah ke emosi yang meledak-ledak. Yang bahkan membuat mereka berdua saat ini tanpa sadar menjadi bahan tontonan pengujung yang datang di Cafe ini. Yang semakin membuat Vannya merasa tidak nyaman. Apa lagi melihat cara orang-orang itu menatapnya. Tatapan yang rasanya sama persis yang Vannya terima ketika orang tahu kalau ia hamil tanpa suami kala itu.
“Dini tangan kan emosimu” Vannya berusaha membuat Nandini menjadi tenang. Tapi bukannya tenang Nandini. justru semakin meledak-ledak. Membuat banyak pasang mata yang memperhatikan membuat mereka semakin menjadi pusat perhatian semua orang.
“ Tenang kau bilang! Apa aku harus tenang sekarang?!”
“ Kakak, kau sadar tidak orang yang akhir-akhir ini bersamamu, memperhatikanmu itu adalah calon suamiku, CALON SUAMI-KU!” Nandini sengaja mempertegas kalimatnya. “Di mana perasaanmu? Kita ini saudara tapi kenapa kakak tega melakukan ini pada adikku sendiri. AKU INI ADIKMU “ air mata semakin deras membasahi pipi Nandini. Tapi di saat vannya hendak bicara lagi dan lagi Nandini membuat kata-kata yang ingin Vannya katakan harus tertelan lagi.
“ Kak, sadarlah, kau sekarang ini salah, berhentilah mengejarnya. Jangan jadikan dirimu menjadi wanita simpanan “ kata-kata Nandini rasanya seperti guntur yang menyambar di siang hari ‘menjadi wanita simpanan’ kata-kata itu tidak tahu kenapa membuat tubuh Vannya menjadi kaku seketika pandangannya untuk sesaat menjadi kosong. Bahkan Vannya tidak tahu sejak kapan Nandini sudah menangis sambil memegangi kakinya. Lalu saat Vannya mencoba menekankan matanya sesaat untuk mengurangi rasa sesak yang tiba-tiba. Di saat yang sama air matanya pun ikut jatuh . Vannya bisa mendengar orang-orang membicarakannya. Ketika Vannya menutup mata. Lalu saat mata Vannya perlahan terbuka seolah ada belenggu kuat yang mengikat hatinya saat Vannya melihat Nandini yang masih menangis sambil memegangi kakinya. Hatinya terasa sakit seolah ada puluhan jarum menembus jantungnya di saat bersamaan.
“Apa yang kau lakukan!” terdengar suara marah dari seseorang yang seketika itu juga menjauhkan tubuh Nandini dari tubuh Vannya yang masih tidak bergerak pada posisinya.
Tubuh Vannya masih belum merespons apa pun bahkan seolah Vannya menjadi tuli dan bisa di saat yang bersamaan. Bahkan saat tubuh Vannya di tarik keluar Cafe. Vannya seolah seperti boneka.
“Vannya, kau dengar aku kan?” ucapnya sambil mengguncangkan tubuh Vannya saat sudah keluar cari Cafe dan ada dekat parkiran. Tapi Vannya masih diam dan pandangannya masih kosong
“Katakan sesuatu, atau apa yang di bicarakan mami dan dia padamu atau katakan apa saja. Jangan buat aku takut& Achazia masih berusaha membuat Vannya merespons dengan mengguncangkan tubuhnya tapi sayangnya Vannya masih seperti belum bicara tapi Vannya mengajar wajahnya dan menatap wajah Achazia dengan matanya terlihat seperti orang yang sangat terluka.
Yang langsung membuat Achazia merasa ada yang salah dan tanpa pikir panjang langsung menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
Memeluk wanita itu seerat yang Achazia bisa. “Maaf, Aku terlambat, maaf, maaf..& Achazia semakin memperkuat pelukannya dari waktu ke waktu. Lalu saat Achazia merasakan jika orang di pelukannya ini tiba-tiba lunglai. Achazia menjadi panik karena melihat vannya yang pingsan
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Romancedi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...