Achazia segera mengambil ponselnya saat nada notifikasi masuk. Feran cepat Achazia membuka email yang baru saja di kirimkan oleh Feran.
Ia melihat isi email itu sekilas, lalu senyum aneh muncul di wajahnya. Yang membuat pria itu terlihat tampak tapi juga mengerikan di saat yang bersamaan.
“ Aku kira aku akan sedikit kesulitan mengeluarkannya dari perusahaan ayahku. Karena aku pikir kau orang yang cukup jujur, apa lagi kau juga punya bakat yang bagus, tapi tetap saja. Semua orang jujur dan berbakat sepertimu masih belum bisa kuat menghadapi godaan akan uang dan wanita....”senyum mengerikan kembali terlihat di wajah Achazia.
“Rasanya pasti akan. Menyenangkan bermain dengan tikus nakal sepertimu, Jang Howen" Achazia menjalankan mobilnya menuju ke taman anak-anak.
Pada pukul 1 siang Achazia sampai di depan taman anak-anak. Tapi sayangnya pintu gerbang sekolahan sudah di kunci.
seorang satpam yang sejak tadi melihat mobil yang baru saja datang dan terparkir tidak jauh dari gedung sekolah. Akhirnya memutuskan menghampiri si pemilik mobil yang terlihat sedang bingung dan melihat ke arah gerbang sekolah.
“permisi pak, apa bapak membutuhkan bantuan “tanya pak satpam
“ apa semua anak-anak sekolah sudah pulang semua?”
“di gedung ini sudah tidak ada siapa-siapa, semua anak-anak sudah pulang sekitar 15 menit yang lalu” jelas satpam..
“apa bapak. Mengenali 2 anak di foto ini? Mereka anak kembar. Mereka juga anak saya dan hari ini saya sedikit terlambat menjemput mereka, apa bapak yakin mereka sudah pulang ? “Achazia Menunjukkan foto Kaisar dan Raja yang ada di ponselnya sekali lagi.
“ wah, pak saya tidak terlalu memperhatikan” satpam itu menjawab dengan sedikit rasa tidak yakin. Apa lagi saat pulang sekolah anak-anak selalu berkerumun membuatnya tidak terlalu memperhatikan semua anak-anak yang ada.
Achazia langsung masuk ke mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada satpam tadi. Dipikirkannya sekarang adalah bagaimana caranya dia harus bisa menemukan si kembar bagaimanapun caranya.
Achazia mencari ke sekeliling jalan yang mungkin saja di lewati oleh si kembar.
“Anak-anak kalian di mana?” gumam Achazia yang terus mencoba mencari dengan melihat ke kiri dan kana jalan siapa tahu ke temu.
Di saat Achazia bingung mencari keberadaan si kembar. Dua bocah itu justru tengah asyik menikmati es krim di sebuah kedai es krim yang letaknya tidak jauh dari sekolah
“Kalian yakin mau kembali ke sekolah setelah ini? “ Marcel memperhatikan ketiga bocah yang sedang begitu senang menikmati es krim di tangan mereka
“ apa tidak sebaiknya, paman antar saja? “
“Tidak perlu paman, orang iru bolang dia akan menjemput kami. Jadi biarkan saja dia menjemput kami. Lagi pula mami biang begitu “ Raja menjawqb dengan sedikit terbata-bata karena mulut kecinya sudah penuh dengan es krim
“Paman mengerti, makan pelan-pelan es krimnya “ tutur Marcel yang kini beralih mengambil es kopi.
Lalu setelahnya Marcel kembali mengantarkan mereka di dekat gerbang sekolah. “ Kalian yakin mau menunggu di sini?” Marcel kembali bertanya. Sebelum kembali masuk ke dalam mobil
Karena tidak tega meninggalkan mereka sendirian. Jadi, sebelum Marcel pergi dia menitipkan dua bocah itu pada satpam yang kebetulan berjaga di sana. Baru setelah itu Marcel pergi.
Achazia yang tidak tahu harus mencari ke mana lagi, pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke sekolah, dengan harapan kali ini setidaknya dia biasa menemukan petunjuk di mana kedua anaknya berada
Hingga pada akhirnya Achazia memilih untuk kembali ke sekolah untuk beratnya satu kali lagi pada satpam tersebut apakah dia benar-benar tidak melihat kedua anaknya.
“ apa kita tidak pulang saja, apa kakak yakin pria itu akan kembali lagi untuk menjemput kita, sedangkan kakak tadi dengar kan pria itu pergi ketika kita tidak ada di sini? Jadi apa kakak yakin" Raja yang sesudah kepanasan.
“Sabar saja. Kamu dengarkan apa yang satpam itu katakan “kaisar yang masih duduk dengan tenang sambil memainkan Rubrik yang tadi di belikan Marcel ketika mereka pergi makan es krim bersama
Karena merasa tidak ada gunanya berbicara dengan Kaisar yang sedang sibuk dengan mainan barunya. Jadi Raja hanya bisa bersandar malas di kursi sambil menunggu dengan tidak pasti kapan pria itu akan datang.
“anak-anak kalian pasti haus kan?” Satpam itu memberikan 2 botol air mineral
“Terima kasih pak" kata mereka
Tak lama kemudian suara deru mobil terdengar mendekati pos satpam. Tentu saja satpam itu langsung melihat ke arah sumber suara. Satpam tersebut langsung semangat ketika mobil yang datang adalah mobil yang mencari kedua anak ini
“Anak-anak sepertinya ayah kalian sudah datang” kata satpam tersebut
Raja dan kaisar langsung menoleh dan melihat ke arah luar dan benar saja di luar sana sudah ada mobil Achazia. Achazia yang melihat dua bocah yang berdiri di dekat pintu pos satpam ,seketika membuat Achazia merasa sangat lega. Achazia pikir dia tidak akan bisa menemukan anak-anaknya lagi, jika sampai hal itu terjadi Achazia pasti tidak tahu bagaimana kejelasannya pada Babnya.
Tanpa pikir panjang dan tanpa peduli bagaimana situasi saat itu Achazia langsung berlari dan memeluk kedua anaknya dengan penuh rasa syukur dan gembira. Semua perasaan cemas dan semacamnya lenyap seketika.
“Syukurlah kalian tidak apa-apa"
“Kalian, tahu tidak Deddy sangat cemas mengetahui kalian tidak ada” kata-kata yang diucapkannya tulus dari dasar hatinya. Karena Achazia yang selalu bersikap tidak peduli siapa pun pada orang lain dan mungkin pada dunia atau sekitarnya. Tapi untuk dia dan malaikat kecilnya, bagaimana Achazia akan bersikap seperti itu? Bagaimana pun Achazia akan selalu memedulikan mereka. Begitu pun pada untuk Vannya Achazia akan selalu peduli
Baik Raja dan kaisar mereka tidak bereaksi apa pun saat di peluk oleh Achazia . Tidak keberatan dan juga tidak menolak. “bisa kita pulang?” Achazia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika menghadapi pertanyaan dingin Kaisar.
“Tentu,”
“Tentu saja. Kalian pasti merasa sangat lelah hari ini" Achazia mengatakan kedua anak itu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Achazia juga mengucapkan terima kasih kepada satpam yang sudah menjaga kedua anaknya. Tidak lupa juga Achazia memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih.
Selama dalam perjalanan pulang kedua bocah itu tetap saja diam. Kaisar yang fokus mengutak-atik Rubrik sedangkan Raja bersandar dengan nyaman di kursi di samping Achazia. Menikmati dinginnya AC mobil .
Melihat sikap diam kedua putranya membuat Achazia memutar otak untuk menghilangkan suasana canggung di antara mereka. Achazia berpikir jika keadaan hubungan mereka terus dingin seperti ini akan jadi hal mustahil baginya untuk dekat dengan anaknya sendiri. Saat Achazia berpikir hal apa yang bisa membuat hubungan mereka menjadi dekat satu sama lain. Achazia teringat dengan apa yang cerah usulkan beberapa hari yang lalu. Di mana sebuah percakapan singkat bisa membuat hubungan seseorang yang dingin menjadi hangat.
“Bagaimana hari kalian di sekolah apa menyenangkan “dua, lima, dan sepuluh detik awal sudah berlalu dan belum ada satu pun dari keduanya yang berniat menjawab pertanyaannya. Achazia kira pertanyaannya itu terlalu standar . Jadi dia berniat untuk melemparkan pertanyaan lain. Tapi sebelum itu matanya sedikit melirik ke samping dan melihat ke arah belakang melalui spion mobil.
Perhatiannya tertuju pada mainan Rubrik yang saat ini sedang di pegang oleh Kaisar. Seingatnya tadi pagi anak itu tidak membawa mainan tersebut .
"Daddy perhatikan dari tadi kamu asyik sekali memainkannya, apa itu diberikan oleh guru di sekolah?"
"Itu tidak di berikan guru. Itu di berikan om Marcel untuk Kaisar"
"Aku juga di berikan satu lagi oleh om Marcel tadi" Raja memperlihatkan rubrik yang masih terbungkus dengan plastik pada Achazia. Achazia hanya bisa melirik mainan itu sekilas karena dia harus fokus untuk menyetir.
Sebenarnya Achazia tidak terlalu suka pria itu terlalu dekat dengan anak-anaknya. Apa lagi sampai memberikan mainan seperti ini. Apa lagi anak-anaknya terlihat begitu menyukai pemberian dari Marcel. Itu membuat Achazia merasa jika pria itu semakin dekat dengan anak-anaknya itu akan membuat Achazia akan makin sulit untuk dekat dengan mereka.
" kalian pasti lapar kan? Bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum pulang?"
"..."
Sebenarnya Achazia sudah memikirkan tentang mengajak kedua anaknya makan siang bernama. Jadi Achazia menanyakan pada Vannya tentang makanan atau mungkin Restoran yang anak mereka sukai. Jadi setelah melihat respons yang diam Achazia berpikir mereka tidak keberatan
" oke, karena kalian diam Dad anggap itu ia. Jadi kita akan makan dulu sebelum pulang" putus Achazia. Achazia memacu mobilnya menuju ke salah satu restoran yang menjadi favorit anak-anak ini. Dan ternyata tidak terlalu sulit untuk menemukan restoran tersebut.
Saat mereka sampai, dan itu baru saja turun dari mobil. Hal pertama yang di tunjukan dua anak itu adalah ekspresi terkejut, Achazia yang di hadiahi dengan tatapan penuh tanda tanya dari kedua anaknya. Dia hanya bisa tersenyum kikuk.
" Daddy, tadi bertanya pada mami kalian sebelum datang menjemput kalian. " Achazia berkata sejujurnya. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia hanya memilih sebuah restoran secara acak. Achazia tahu kedua anaknya ini sedikit lebih pintar dari pada anak seusia mereka. Jadi akan sulit untuk membohongi kedua anak ini. Maka jujur adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.
Setelah memilih tempat duduk. Achazia langsung memesankan beberapa jenis makanan yang Achazia tahu kedua anaknya sukai. Bahkan Achazia juga tidak melupakan hal-hal yang tidak di sukai kedua anaknya.
Raja tidak suka makanan yang banyak bawang, lalu untuk Kisar dia tidak suka makanan yang terlalu manis dan juga pedas. Jadi Achazia memastikan pelayanan mencatat 3 hal tersebut.
Dan saat makanan tiba, ketiganya makan dengan tenang dan hanya ada satu atau dua kali Achazia bertanya. 30 menit sudah berlalu. Dan semua makanan yang di sajikan semuanya habis tanpa ada sisa. Bahkan nasi di atas piring semuanya bersih. Barulah kemudian Achazia m4ngantarkan ke dua anak itu pulang.
Tak lama setelahnya mobil Achazia sudah ada di area apartemen. Tentu saja sebagai Achazia juga memenuhi kewajibannya untuk mengantarkan mereka sampai rumah.
Ting tong...
Satu... dua.. tiga... pintu Apartemen terbuka tapi bukan Vannya atau Julian yang membukakan pintu untuk mereka tapi orang lain
"Syukurlah kalian sudah pulang, tante harus pergi sekarang. Dan untuk kamu" wanita itu menunjuk pada Achazia" bisa tolong jaga si kembara sampai kak Vannya atau Julian datang" wanita itu langsung pergi begitu saja.
Dan sebelum wanita itu pergi terlalu jauh Achazia pun menanyakan di mana Vannya. " ke mana Vannya pergi"
"Aku tidak tahu! Tapi sepertinya bertemu dengan seseorang" jawab wanita itu sebelum benar-benar menghilang di balik koridor.
Karena tiba-tiba situasinya jadi seperti ini. Achazia tidak bisa menolak untuk menjaga si kembar sampai Vannya atau Julian pulang. Achazia tahu si kecil kurang merasa nyaman dengan kehadirannya, Achazia juga tidak mungkin meninggalkan mereka sendirian.
"Hari ini Daddy juga akan menjaga kalian. Jadi lebih baik sekarang kita masuk"
Karena hari ini Achazia juga harus menjaga si kecil dan itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya jadi Achazia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah meminta mereka untuk ganti baju. Terlebih lagi Achazia bukan orang yang terlalu akrab dengan sosok anak kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu seorang Achazia yang bisa di bilang sangat tidak bisa dengan merawat anak-anak dalam kehidupannya hari ini dia di minta untuk menjaga dua orang anak. Terlebih lagi itu anaknya sendiri. Membuat Achazia merasa sedikit lebih gugup dan bingung.
Sedangkan di tempat lain. Vannya saat ini terlihat berbicara serius dengan sorang pria di sebuah kafetaria.
"Apa harganya tidak bisa lebih tinggi lagi? Tempat itu sangat strategis untuk bisnis" Vannya terlihat mencoba meyakinkan pria yang ada di depannya. Yang merupakan penawar ke 7 untuk memiliki toko kuenya.
" ini adalah penawaran tertinggi yang bisa saya berikan" kata pria itu. Sebelum pergi
Dan ketika orang tersebut pergi Vannya membuka buku catatan kecil untuk menyimpan kartu nama yang pria itu berikan bersama dengan kartu nama penawar yang lainnya. Vannya menutup buku catatan tersebut, bersamaan dengan buku yang tertutup itu terdengar suara Vannya yang menghela nafas. Bagaimana tidak dari semua orang yang menawar tokonya belum ada satu orang pun yang Vannya rasa cocok.
Untuk alasan kenapa Vannya ingin menjual toko tersebut, Vannya punya alasan sendiri. Meskipun berat melepaskan toko itu. Karena bagaimanapun toko itu di rintis Vannya dari titik nol. Banyak kenangan di sana. Akan tetapi Vannya harus menjual itu sekarang. Karena bagaimanapun keselamatan si kembar dan orang-orang yang ada di sekitarnya lebih penting.
Apa lagi setelah Vannya tahu dari para pegawainya ada orang yang mencurigakan terus mengawasi toko setiap hari akan tetapi orang itu hanya mengawasi dari kejauhan. Awalnya Vannya menganggap itu hanya kebetulan. Tapi, ketika kemarin Vannya mencoba untuk melihat melalui CCTV. Vannya langsung terkejut. Karena Vannya secara tidak langsung mengenal orang itu. Karena orang itu adalah orang yang sama yang Luna kirim untuk melakukan percobaan pembunuh pada dirinya yang waktu itu sedang hamil 7 bulan. Dan bisa di katakan karena orang ini juga Vannya dengan sangat dengan terpaksa melahirkan si kembar di usia kandungannya menginjak usia 7 bulan.
Jadi, ketika melihat orang itu kembali. Rasa takut secara otomatis melanda Vannya. Karena itu berarti mamanya saat ini sedang berusaha mencarinya, Vannya sedikit banyak tahu tentang kebiasaan mamanya. Wanita itu tidak akan mencarinya jika dia tidak m4mbutuhkan Vannya melakukan sesuatu. Akan tetapi untuk kali ini Vannya bertekad dia tidak akan muncul atau bertemu dengan orang-orang yang punya hubungan dengan mereka semua. Bukan berniat memutuskan hubungan dengan mereka semua, tapi Vannya hanya ingin menjaga anak-anaknya dari mereka semua.
Karena bagaimanapun Vannya sekarang seorang ibu. Dia akan melindungi anaknya. Meskipun Ia itu harus dari keluarganya. Vannya tidak mau kedua anaknya tercemar oleh orang yang memiliki pikiran jahat dan berwatak kejam . Anak-anaknya hanya boleh hidup bahagia. Bersama dengan lingkungan yang baik dan juga sehat. Itu juga yang mendasari Vannya membiarkan Achazia dekat dengan si kecil. Selain terlepas dari ia ayah kandung si kecil. Vannya juga berharap bahwa pria itu akan mampu menyayangi dan melindungi si kecil. Vannya tahu, pasti akan ada saat di mana Vannya tidak akan bisa melindungi si kecil, karena orang itu bisa kapan saja menemukannya. Jadi Vannya hanya bisa berharap anak-anaknya bisa dekat l3bih cepat dengan pria itu.
◆◆●●◆◆
dan tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Seolah-olah antara siang dan malam seakan-akan terjadi begitu saja. Achazia memindahkan keduanya bergantian ke kamar. Kedua bocah itu baru saja tertidur beberapa saat yang lalu setelah menyelesaikan permainan pazel bersama, setelah makan malam. Untuk makan malam mereka kali ini sedikit berbeda. Karena Achazia memesan makanan langgeng dari hotel bintang lima. Sebenarnya Achazia ingin anak-anaknya bisa memakan masakan buatnya seperti yang di tulis di salah satu web. Tapi sayang Achazia bukan termasuk pria bisa masak. bisa di katakan untuk masalah bisnis atau semacamnya kemampuannya tidak perlu di ragukan. Akan tetapi untuk urusan memasak makanan atau sejenisnya. Itu bukan bidang Achazia selain tidak tahu cara memasak ia jyga tidak terlalu mengerti cara menggunakan beberapa alat dapur. Mungkin kalu hanya merebus air Achazia bisa namun untuk selanjutnya....
Jadi bisa di katakan hal tersulit baginya selain mendekat Vannya dan anak-anak mungkin memasak ada di dalamnya.
Itu karena dua Achazia, bukan jenis pria dalam novel yang bisa segala hal. Selain bisnis , mencari uang, mengintimidasi orang serta memberi perintah. Hal-hal lain cukup bisa di katakan tidak terlalu baik. Hanya sekedar cukup saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/199723714-288-k757141.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Romancedi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...