10

11.2K 501 3
                                    

“Paman “panggil  kaisar

“ hem... “ sahut Julian yang tampak sibuk mencuci piring di dapur

“ paman, kamu pasti tahu bagaimana papa kan?” Julian tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Kaisar

“Paman pasti tahu sesuatu tentang papi kan? Bagaimana dia? Seperti  apakah orangnya ?” Kaisar kembali bertanya dengan mimik wajah serius menari jawaban apa yang akan di katakan oleh Julian.

Sedangkan Julian tampak bingung harus menjawab apa. Jujur saja Julian tidak tahu seperti apa orang yang sudah membuat kakaknya itu hamil. Dan seandainya Julian tahu pasti sudah sejak awal ia meminta pria itu untuk tanggung jawab.  Tapi nyatanya dirinya pun juga tidak tahu.

Dan setiap Julian bertanya tentang hal mengenai pria itu pada Vannya. Vannya hanya menjawab “lupa akan ke jadian malam itu “

“ Paman...” Suara kaisar membuat Julian sadar dari lamunannya.

“Apa kau tahu sesuatu tentang papi?” kali ini kaisar mengulang pertanyaan yang sama

“ kenapa bertanya seperti itu? Bukankah kalian sudah tahu dari mami kalian tentang papi kalian berdua?” Julian yang kini membalik pertanyaannya. Julian tidak tahu harus memberi alasan apa lagi agar kedua bocah ini tidak terus bertanya tentang ayahnya.

“Tapi kenapa papi enggak pernah pulang kalau dia sedang bekerja? Ayah temanku saja selalu pulang tiap bulannya. Tapi kenapa papi tidak pernah datang untuk melihat aku dan kakak,  apa diam melupakan kita" Raja yang kali ini ikut bicara

Julian tampak mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh saat ini Julian sedang ada dalam keadaan canggung, kikuk  dan tidak tahu harus berkata apa. Terlebih lagi jika sudah kedua anak ini sudah mulai kritis dengan keadaan sekitar. Dan terkadang ia merasa kesal pada kakaknya

“Mungkin dia sedang sibuk, makanya belum sempat pulang “ jawab Julian setenang mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan kalau dirinya sedang berbohong

“Paman, mau sampai kapan kau berbohong pada kami? ”tatapan tajam. mengintimidasi yang di tunjukan Kaisar dan Raja membuat Julian makin terpojok

“ aku tidak bohong" Julian yang tampak membela dirinya

“paman, kau sudah mengatakan hal yang sama sebanyak 599 kali. Sejak usia kami 3 tahun. Apa itu bukan hal yang bisa dibilang bukan kebohongan? ”jelas  Raja yang kali ini memberikan tatapan membunuh pada Julian. Membuat Julian kesusahan hanya untuk sekedar menelan ludah.

“Dan hari ini paman mengenali kalimat itu menjadi 600 kali. “ kekeh Kaisar

“Sial!”Umpat Julian dalam hati. Ia tak menyangka ternyata kedua bocah  ini mengingatnya bahkan yang lebih gilanya lagi, mereka menghitungnya.

“Ku rasa  kau kesal pada kami paman” tutur Kaisar yang seakan bisa membaca apa yang saat ini di rasakan oleh Julian.

Sungguh kali ini Julian benar-benar kesal pada vannya Kenapa bisa melahirkan dua anak yang menakutkan ini. Masih kecil sudah bisa menindas orang yang lebih tua. Bagaimana kalau sudah besar.

“ .... Jadi paman kau tahu sesuatu kan?” Kali ini Raja yang bersuara “ jujur saja. Aku tahu paman bukan orang yang bisa berbohong" sambungnya.

Perkara Raja seakan seperti pukulan telak untuk Julian. Yang membuatnya dipaksa untuk menyerah.

“paman tidak tahu di mana papi kalian” Julian Kali ini Julian memberanikan menatap dua bocah itu secara bergantian. Karena Julian tabu ini bukan kapasitasnya untuk bicara. Karena orang yang lebih tepat dan pantas menjelaskan semua ini adalah vannya bukan dirinya...

“ Hanya itu yang bisa ku katakan pada kalian, terserah kalian percaya atau tidak. Hanya itu yang aku tahu “ Julian masih bisa melihat sorot mata yang masih tampak ragu dengan apa yang Julian katakan. Tapi memang itu yang Julian tahu.

“Kalau kalian masih pemasaran tangan pada mami kalian” ucapnya sebelum meninggalkan dua bocah itu di meja makan yang tengah menatapnya dengan tatapan sulit di artikan

Sore harinya...

Paman dan keponakan itu tampak diam-diam saja. Tak ada kegaduhan yang bisanya terjadi antara Raja dan juga Julian.

Ketiganya tenggelam dalam kesunyian masing-masing. Julian yang fokus monoton Youtube melalui ponselnya, sedangkan si kembar tengah fokus pada TV yang mereka tonton. Namun sebenarnya dua bocah kembar itu sedang berpikir apakah harus menanyakan tentang di mana papi mereka pada maminya saat maminya pulang nanti.

Tapi bagaimana jika pertanyaan mereka malah justru membuat maminya sedih, itu lah yang sedang di pikirkan si kembar

Sedangkan Julian mengulum senyum tipis ketika melihat dua keponakannya tampak sedang bimbang seperti saat ini. Apa lagi melihat wajah mereka yang terlewat serius. Seakan jadi hiburan tersendiri baginya.

Yang hampir setiap hari menghadapi pertanyaan mereka yang terlalu membuat pusing kepala.

Tak lama suara pintu yang di bukan pun terdengar. Membuat dua bocah itu langsung beranjak duduknya dan berlari menuju sumber suara tersebut dengan wajah yang tampak riang.

“Mami kenapa kau terlambat hari ini “ Raja yang sudah lebih dulu  memeluk pinggang vannya dengan maka sedangkan Kaisar hanya berdiri tak jauh dari adik dan Vannya sambil melipat ke dua tangannya di dada dengan tatapan dinginnya.

“Apa kau tidak mau memeluk mamimu ini kaisar? Padahal mami ingin di peluk olehmu" bujuk vannya pada putranya yang satunya. Yang pasti saat ini tengah merajut padanya karena hari ini ia pulang telat

“Seolah pelik mami...”bujuk vannya

Akhirnya mau tidak mau Kaisar pun mendekat, dan memberikan pelukannya pada vannya. Vannya membalas pelukan kaisar dengan hangat. Memang lah putra yang satunya ini selalu saja tidak bisa dengan mudah menujukan perasaannya dengan gamblang. Harus dengan sedikit usaha untuk bisa membuatnya mah menujukan sisi hangatnya. Berbeda dengan saudaranya yang terlihat mudah sekali menujukan perasaannya pada orang lain.

Setelahnya Vannya memberikan sebuah bingkisan makanan pada Julian, untuk tolong di hangatkan untuk makan malam mereka nanti.

Sedangkan vannya memilih  ke kamarnya terlebih  dahulu untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah selesai mandi dan merasa segar vannya tampak terlihat duduk di tepian tempat tidur Sambil menatap ke arah cermin yang memantulkan bayangan dirinya di sana

Vannya tampak menatap dirinya dengan tatapan kosong. Ia masih tak menyangka bahwa sekarang sudah  cukup lama ia meninggalkan tempat itu.

Dan memulai hidupnya di tempat ini..

Setidaknya vannya tidak begitu merasa menyesal dengan harus meninggalkan semuanya dam memulai hidup barunya. Meskipun tidak begitu mudah. Akan tetapi paling tidak ia sekarang tidak sendirian...

Ia punya dua malaikat kecil yang akan selalu membuatnya tersenyum ketika ingatan pahit menghampirinya. Punya Julian yang tak pernah meninggalkannya  dan selaku menjadi pendukung setianya bersama dengan  anak-anak dari belakang.  Memberikan semangat saat vannya lelah, mengulurkan tangan ketika Vannya terjatuh.

Meskipun  tak jarang Vannya rindu pada mamanya...

Tak peduli seberapa buruknya wanita itu memperlakukan dirinya.. Tapi mamanya tetap menjadi mamanya wanita yang memandangnya dan mempertaruhkan nyawanya saat melahirkannya...

Terlepas bahwa dia sayang atau tidak, tapi dia tetap ibunya. Dan sekarang vannya semakin menghormati ibunya ketika ditanya sendiri tahu bagaimana perjuangan selama mengandung dan juga saat melahirkan...

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang