22. A

5.2K 398 17
                                        

"Cukup! “ seketika suasana kembali tenang dan pertikaian antara Julian dan nonnya Sandra juga terhenti seketika.

“Baik. Saya akan mengizinkan Bara. Bukan maksud saya tuan Achazia untuk membawa anak-anak tapi,”  sebelum Vannya menyelesaikan kata-katanya Julina menyela.

“ kakak! ”Julian yang pertama langsung bereaksi ketika mendengar keputusan Vannya yang di nilainya terlalu gegabah dan di luar dugaan. Julian hanya bisa memasang wajah tidak senang ketika Vannya mengisyaratkan untuk duduk dan menenangkan amarahnya. Jadi Julian hanya bisa menurut dan patuh meskipun sebenarnya dia tidak ingin patuh untuk saat ini. Ia ingin tahu apa alasan Vannya bicara seperti tadi. Apa benar dia mau begitu saja menyerahkan anak-anaknya dengan begitu mudah.

“ tapi, dengan syarat.” Vannya melanjutkan ucapannya yang sempat di sela oleh Julian.

“Syarat apa?” Achazia masih memasang wajah tentangnya di depan semua orang ketika Vannya meminta sebuah syarat. Di dalam hatinya Achazia sedikit merasa cemas. Akan syarat apa yang akan Vannya ajukan.

“Tenang saja tuan, syarat saya tidak akan membuat Anda kesulitan atau bahkan mengeluarkan uang. “Vannya sengaja menekankan suaranya pada bagian ujung-ujung kalimat. Membuat Achazia merasa terkekeh dan tidak bisa tidak memuji Vannya di dalam hatinya.

“Wanita ini....”

“Anda bisa membawa anak-anak pergi, jika anak-anak itu mau ikut dengan Anda. Tapi Anda dilarang untuk memaksa kehendak Anda. Itu harus atas dasar keinginan mereka sendiri” Vannya kembali duduk dengan tenang kembali ke kursinya.

“Bagaimana bisa kamu mengajukan syarat seperti itu. Kamu sengaja mengatakan itu karena kamu tahu anak-anak tidak akan memilih ikut dengan putraku...” mendengar kata-kata itu Sandra langsung merasa tidak senang seolah dia sedang di permainkan oleh wanita itu.

“dasar wanita licik “ gumam Sandra yang masih bisa di sengar Julian ataupun Vannya. Tapi dengan cepat  Vannya menahan pergelangan tangan Julian meminta pemuda itu untuk duduk kembali dan tidak terprovokasi oleh kata-katanya.

“ saya tidak berniat mempermainkan siapa pun di sini. Saya hanya bicara yang sesungguhnya. Karena tuan muda Achazia mengatakan beliau adalah ayah kandung mereka. Saya tidak akan tidak mengakuinya. Tapi untuk masalah membawa anak-anak itu hal berbeda. Karena kalau Anda membawa mereka secara tiba-tiba mereka pasti akan berontak dan tidak akan mau. Terlebih lagi mereka bukan anak-anak yang  mudah beradaptasi dengan orang asing. Jadi saya sarankan pada Anda untuk lebih dulu dekat dengan mereka. Saya juga tidak akan melarang Anda. Jika Anda ingin menemui mereka” tutur Vannya.

Yang  membuat reaksi tak terduga dari dua orang yang ada di kana dan kirinya. Mereka sangat ingin mempertanyakan keputusan Vannya ini tapi mereka hanya bisa menelan kata-katanya kembali. Ini adalah pertama kalinya Vannya benar-banar terlihat tidak ingin ada yang mengganggu dalam diskusinya dengan Achazia. Itu membuat dua pria yang ada di sampingnya mengerti.  Karena bagai mana pun ini urusan mereka berdua selaku orang tua si kembar yang terutama lebih mengerti apa yang terbaik.

“Baik. Aku terima, tapi apa itu Artinya aku juga bisa menemui mereka di rumahmu? ” Achazia kali.ini sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Vannya. Membuat wajah mereka lebih dekat dari sebelumnya. Membuat Vannya sedikit gugup melihat tindakan Achazia yang kali ini.

Achazia menunggu Vannya menjawab pertanyaannya yang ini dengan sungguh-sungguh, apa lagi ketika melihat Vannya yang terlihat butuh waktu untuk menjawab pertanyaannya ini. Itu semakin membuat Achazia semakin penasaran

“pintu rumahku akan selalu terbuka, selama anak-anak ingin menemuimu. Aku tidak akan keberatan" meskipun cukup sulit untuk mengizinkan Achazia masuk ke rumahnya meski dengan alasan apa pun pada awalnya. Tapi Vannya berpikir sekali lagi, jika Achazia tidak  diperbolehkan masuk itu akan membuatnya pasti merasa di persulit saat akan bertemu dengan anaknya sendiri. Dan pasti jika pria itu merasa ia di sulitkan ia pasti akan bertindak nekat dan itu akan memperbesar kemungkinan untuk Vannya akan kehilangan anaknya. Jadi meskipun agak sedikit enggan memberikan. Tapi, mungkin ini yang terbaik.

Selain anak-anak mencoba untuk  dekat dengan ayahnya di satu sisi Vannya bisa mengawasi interaksi mereka jika secara tidak langsung.

Achazia tentu saja merasa sangat puas dengan jawaban yang Vannya berikan. Meskipun dirinya tahu pasti Vannya memiliki hal lain di baik itu semua. Terlepas apa yang di pikirkan Vannya Achazia itu bukan masalah yang tidak bias ia lewati. Toh ini hanya urusan membuat hubungan dekat antara dirinya dan kedua anaknya. Achazia optimis jika dalam waktu kurang dari 1 minggu dia pasti sudah bisa membuat si kembar dekat dengannya, terlebih lagi mereka terhubung dengan darah. Jadi,  bisa di pastikan itu akan lebih mudah.

Jadi.  Ketika sampai rumah Achazia langsung mencari tahu hal apa saja yang bisa membuat hubungannya dengan anaknya dekat di internet. Akan tetapi hal-hal yang di temukannya di internet terlalu berbelit dan cukup biasa saja membuat Achazia hal itu tidak akan terlalu efektif.

Kemudian Achazia memberanikan diri bertanya pada pelayan tua Pak An (lupa nama pelayannya) yang ternyata tidak jauh bedan itu membuat Achazia merasa tidak bahagia karena ia bertanya kepada orang yang salah sebab sampai saat ini pak An masih melajang.

Kemudian di saat Achazia bingung harus bertanya pada siapa secara tiba-tiba dia teringat dengan Feran yang kebetulan dia punya keponakan yang  kalau di pikir-pikir usianya tidak jauh beda dengan anak-anaknya.

Membuat Achazia  langsung menghubungi Feran bahkan tidak peduli jika saat ini sudah tengah malam.

Sedangkan Feran yang sedang tidur tentu saja di kejutkan dengan panggilan Achazia sampai membuat Feran jatuh dari tempat tidur akibat terlalu terkejut ketikan mendapati bos besarnya itu menghubungi di tengah malam buta. Membuat Feran merasa gugup takut membuat sekretaris malang itu berpikir apakah pria membuat  kesalahan dalam bekerja.

“ tuan....” Feran berusaha berbicara senormal mungkin meskipun tangan dan kakinya tidak berhenti gemetar apa lagi setelah cukup lama pria yang menghubunginya itu belum bersuara sejak panggilan itu ia angkat.

Dan malam itu ternyata bukan hanya Achazia yang terpaksa harus mengganggu Feran dengan diskusi tentang cara mendapatkan hati anak-anaknya.  Sedangkan di sisi lain Nandini sedang menceritakan  apa yang terjadi tanpa melewatkan saru kata pun pada Luna dengan sangat detail. Bahkan Nadini tidak menahan  emosinya seperti yang ia lakukan saat bersama dengan Sandra tadi.

“Mama, apa yang harus aku lakukan. Kalau seperti ini. Bisa-bisa semua yang aku lakukan akan sia-sia “ Nadini berjalan mondar-mandir sambil memainkan ujung kukunya ketika dia merasa gelisah.

“Tenang, jangan panik, pasti akan ada cara. Dan lagi kita saat ini benar-benar membutuhkan uang dari keluarga itu. Itu sebabnya kamu tidak boleh menyerah. Ingat kenyamanan yang akan kita dapatkan” Luna terus memberikan motivasi dan juga menenangkan Nandini.

“tapi apa? “

“waktu kita tidak lama, terlebih lagi, aku dengar dia tadi bicara pada sekretarisnya cara mengambil hati anak kecil" kata Nandini “Apa yang harus aku lakukan mama" Nandini duduk di tepian tempat tidur

“Begini dulu, karena kita ingin membuat pendekatan mereka gagal.  Pertama kamu harus tahu siapa ibu anak itu tapi, sebelum itu kamu harus bisa melihat anak-anak ini. Pokoknya lakukan segala cara. Lalu setelah itu kita pikirkan rencana selanjutnya"

“apa lagi saat ini mama belum bisa menemukan anak sialan itu, dan si tua bangka terus menagih untuk  bisa menikahi Vannya. Sedangkan sampai saat ini mama belum tahu di mana anak sialan  itu bersembunyi” keluh Luna

“kenapa mami terus mencari dia! Dia itu hanya membawa masalah untuk kita" Nandini merasa tidak senang jika mendengar nama Vannya di sebut-sebut. Itu seolah seperti mengorek luka lama

“ Jangan marah, kamu tahu kita sudah punya bayak hutang, jadi kita tidak punya pilihan lain. Meskipun mama tidak suka anak itu ada. Tapi kit butuh dia saat ini" Luna memberikan penjelasan yang menurutnya paling masuk akal

“Tapi kenapa dia? “

“sekarang mama tannya, Memangnya kamu mau menggantikan dia menikah dengan pria tua itu”

Nandini terdiam, tentu saja dia tidak sebodoh itu mau menggantikan posisi Vannya. Di saat dia bisa meraih berlian kenapa mau lompat ke tumpukan sampah?

“kalau tidak mau jangan mengeluh terus, itu membuat mama makin sakit kepala" Luna  mematikan telepon secara sepihak yang tentu saja itu membuat ia kesal.

^^^^

Saat ini hal saru-satunya yang  di lakukan Vannya hanya memegang album foto dengan nuansa hitam putih. Di mana di dalamnya ada gambar bocah berusia 7 tahu tengah meniup sebuah kue dengan lilin di atasnya dengan seorang laki-laki. Di gambar itu mereka terlihat bahagia meskipun hanya berdua. 

“Apa kakak rindu tuan tua?” suara Julian membuat Vannya tersadar dan dengan cepat meletakan bangkai foto itu ke tempat semula.

“Hanya sedikit, merindukan kakek “ jawab Vannya

“dulu hanya kakek yang merayakan ulang tahunku. Beliau selalu melakukannya, meskipun itu hanya kue sederhana ataupun sebuah donat . Tapi aku selalu merasa bahagia. Karena kakek bilang karena tepat di hari ini 14 Februari kakek selalu mengatakan jika semua orang merayakan hari ulang tahunku dengan perasaan kasih sayang. Dan apa  kamu tahu apa yang dulu aku inginkan? hampir setiap tahu di hari itu aku selalu berharap jika suatu saat hari aku bisa merayakan ulang tahun bersama dengan mama dan papa....” Vannya terdiam sejenak lalau pandangannya beralih pada bingkai foto si kembar.” Julian, aku tahu kamu penasaran kenapa dan mengapa aku mengizinkan pria itu dekat dan bahkan boleh datang ke rumah ini,” Vannya  memperhatikan ekspresi Julian sesaat “ itu semua sengaja aku lakukan agar si kembar tidak merasakan apa yang aku rasakan waktu aku masih seusia mereka. Aku tahu bagaimana rasanya ingin merasakan pelukan hangat dari orang yang kita panggil ‘ibu dan ayah ‘. Maka dari itu meskipun aku ibunya, aku tidak punya hak merampas hak mereka untuk bertemu ayah mereka sendiri. Begitu pun juga dengan dia. Semarah atau sebenci apa pun kita padanya. Itu tidak akan mengubah fakta yang ada, bahwa dia adalah ayah mereka. Sama seperti aku yang tidak bisa memilih di lahirkan di orang tua yang mana begitu pun mereka.  Jadi....”

“ Bisakah kamu memahami apa yang aku katakan ini Julian?”

“Ia, aku mengerti" tentu saja Julian mengeti apa yang Vannya maksud di sini

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang