“ jangan terlalu di pikirkan apa yang aku kayakan tadi ”Achazia yang sudah menarik kursi roda yang ada di sampingnya untuk Vannya gunakan.
“aku jalan saja. Lagi pula sudah lebih baik memaki kursi roda ini membuat aku seperti seseorang yang terlihat sakit parah yang seolah akan segera mati.” Ujar Vannya
“aku tidak akan memaksa, kalau kamu tidak mau, kamu lebih tahu apa yang tubuhmu butuhkah, tapi. Ingat nanti kalau lelah katakan saja padaku aku” Achazia mengalah tapi. Nada bicaranya masih terdengar galak dan tidak ingin dibantah. Yang tanpa sasar membuat Vannya merasa perhatian yang di berikan Achazia padanya terasa sangat lucu. “kamu tahu, seperti apa kamu sekarang" masih tersenyum, dan satu telapak tangannya di letakan di pipi Achazia. Membuat mata keduanya saling memandang satu sama lain. “ menangnya seperti apa aku saat ini, di matamu?“ tanya Achazia dengan suara tenang tanpa meninggalkan kontak mata yang sedang berlangsung
Sedangkan Vannya yang di tatap begitu tajam dan intens merasa sedikit gugup dan mencoba mengalihkan pandangannya. Dengan menurunkan padangan matanya untuk mengurangi perasaan gugup yang saat ini muncul. Tapi sayangnya itu tidak terlalu berhasil. Karena Vannya masih bisa merasakan tatapan tajam yang Achazia arahkan padanya.
“seperti apa, aku sekarang di matamu “ Achazia yang kembali bertanya dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya dan itu diucapkan dengan cara berbisik. Membuat Vannya yang sejak tadi mencoba menghindari bertatap mata lagi dengan Achazia tanpa sadar mengangkat wajahnya.
“aku hanya bercanda jangan di anggap serius. Achazia mundur beberapa langkah membuat jarak di antara mereka lagi. “kalau begitu aku akan keluar dulu, kamu bisa siap-siap” ujarnya sebelum meninggalkan kamar Vannya.
Namun baru saja akan melangkahkan kakinya untuk melewati pintu, Achazia berbalik “oh iya. Aku sampai lupa ada hal penting yang ingin kusampaikan. Di bawah sudah ada Eldrick saat ini sedang menunggu untuk bertemu denganmu di bawah” tuturnya sebelum pwrgi dan menghilang dari balik pintu...
Di lantai bawah di ruang tamu. Eldrick saat ini sedang bermain bersama dengan si kembar, bermain dengan beberapa jenis mainan yang cukup rumit dimainkan oleh anak usia 5 tahun yaitu Rubrik.
“bagaimana kalian bisa melakukan ini?”
" ini mudah" jawab raja dengan Riang seolah permainan yang ia mainkan saat ini memang bukan hal yang sangat sulit.
"apa benar semidah itu? Aku samapi saat ini hanya bisa membuat 2-3 warna dari 6sisi warna rubrik, bagaiaman kalian berdua bisa mrmbuat 6 sisi di setiap rubrik senanda, bisa beritahu caranya? " wajah Eldrick penuh dengan harapan berharap bahwa Salah ia akan di ajati trik yabg mereka gunakan dalam permainan rubrik ini. Jujur saja sudah lama Eldrick berusaha mencoba tapi tetap saja dia tudak bisa, tebtu saja mrlihat 2 saudaranya yabg mrmaikan permaina itu tanpa kesulitan dan bahkan terlihat sangat mudah membuatbya mrmiliki rasa penasaran dan ingun tahu"
" tentu saja akan aku perlihatkan, tapi kakak harus perhatikan baik-baik karena aku hanya akan mrngajarkannya hanya satu kali" Raja mrngabil rubrik yang ada di atas mrja yang tentunya semua warnanya sudah tercampur
" perhatikan..."
Eldrick memperhatikan dengan sanfat serius setiap geeakan tangan dari Raja. Seakan saat ini dia sedang mencatat semu hal yang di kataka oleh raja dalam ingatnya. Dan tudak perlu waktu lama rubrik yang sebelumya memiliki warna yang saling bercampur di setiap sisinya kini sudah memiliki satu kesatuan warna di setiap sisinya.
" selesai, mudah bukan" Raja tersenyum penuh kebanggaan ketika menyerahkan rubrik itu kepada Eldrick. Sedangkan Eldrick sendiri tidak bisa mrngatakan apa-apa hanya mrnatap bergantian pada rubrik dan juga Raja. Karena ia sama sekali tidak paham bagaimama caranya, meskipun Raja sudah mengatakan harus seperti apa dan apa seyelah rubrik itu di putar karsna dan kari.
"daddy.... " wajah serius yang tadi sempat di tunjukan oleh Raja langsung berubah riang ketika melihat sososk Achazia yang sedabg menurunui anak tangga, Raja langsung turun dari kursi dan berlari menuju arah Achazia sambil merentangkan tangannya, berharap akan di gendong oleh pria iti.
Kaisar yang memperhatikan tingkah adiknya sejak tadi hanya bisa tersenyum sinis dan mengejak yang ia tunjukan dalam beberapa detik, " sadar keanak-anakan " gumam Kaisar pelan sebelum kembali memfokuskan diri pada buku yang ia baca.
Achazia yang mrndapat sikap antusias dari Raja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Baginya setiap Kesempatan harus di manfaatkan untuk membuat hubungannya dengan Vannya dan anak-anak semakin baik. Karena bagaimama pun, ia harus teribisa dengan adanya mereka dalam kesehariannya mulai sekarang
"daddy, mami mana? Kenapa tidak ikut rurun" Raja Bertanya dengan ekspresi lucu
" mungkin sebentar lagi"
"ohh... "
"Eldrick. Bagaimama istirahatmu? "
"dan kalau kamu ingin merubah atau mendekorasi kamarmu katakan saja. Pelayan di rumah ini akan melakukannya "
" el, suka dengan kamar yang paman berikan. Dan itu sudah lebih dari cukup" Achazia hanya mengagguk saat mendengarkan jawaban Eldrick yang sepertinya masih sungkan padanya. Terbukti dari caranya menjawab tadi. Terlihat sangt hati-hati dan juga gugup
sedangkan Vannya yang sejak tadi meperhatikan dari ujung tangga tidak bisa mrnyembyikan perasaan bahagianya mrlihat keakraban yang begitu cepat terjali. Seolah mereka sudah bertemu begitu lama.
Mungkin memang benar itu yang dinamakan darah lebih kental dari pada air. Mau seberapa besarpun Vannya berusaha agar anak-anaknya tudak terlalu dekat dengan Achazia. Itu sepertinya akan sia-sia. Apa lagi melihat Raja yang begitu tidakmau lepas dari dekapan Achazia. Itu membuatnya merasa senang karena setidaknya anak-anaknya bisa mendapatkan kasih sayang dari ayah.
"Vannya, kenapa di situ, saja. Ayo sini." Achazia yang melihat vannya yang hanya berdiri di tangga sambil memperhatikannya. Membuat Achazia memanggil wanita itu untuk turun dan bergabung bersama.
Malam itu di villa Achazia penuh dengan susana yang hangat. Apa lagi semenjak kedatangan Eldrick. Rumah itu menjadi semakin ramai dan hangat. Ada suara gelak tawa yang bisa di dengar di sana. Villa yang sebelumnya sepi kini benar-benar tarasa hidup.
Di rumah Sevre.
Malam ini rumah itu terasa hening kembali setelah beberapa hari terakhir penuh dengan suara keributan. Entah itu benda yang sengaja dibanting, suara triakan, tangisan dan segala hal yang akan membuat siapa pun yang tinggal disana tidak akan merasa tenang bahkan di malam hari.
Tapi itu berbeda dengan malam ini. suasananya tenang dan hening. Setidaknya itu bagus untuk sikologis beberapa orang yang tinggal Disana. Khususnya untuk beberapa pelayan yang masih memilih untuk tinggal setelah mendengar berita bahwa keluarga ini ada di ambang kebangkrutan. Ya, para pelayan yang masih tinggal sebagian adalah pelayan yang sudah memasuki usia lanjut. Mereka adalah orang-orang yang setia denga tuan Arkeana
"nonya, anda ingin Keman? Ini sudah malam" tanya seorang pelayan yang melihat Luna yang tampaknya hendak keluar secara diam-diam ditengah malam
"saya ada urusan sebentar di luar, jadi jangan banyak tanya " Luna berbicara dengan nada ketus
"tapi. Kalau tuan tahu, itu akan jadi maslah" nasihat pelayan itu.
"dia tidak akan tahu kalau kau tidak buka mulut " Jawabnya dengan nada sarkas, lalu melenggang pergi menunggalkan pelayan itu. Yang masih dengan wajah cemas. Ia takut jika samapai tuan tahu jika istrinya pergi di tengah malam. Kedamaian yang barus saja terjdi akan segera sirna
Ketemu lg sama aku....
Selamat membaca
04/12/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Romansdi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...