02

14.9K 603 8
                                    

Pandangan mata yang mulai kabur dan  juga bersamaan dengan kepala yang mendadak menjadi pusing.

Namun Vannya masih sedikit sadar ketika ia merasakan ada seseorang yang datang dan membantunya berjalan. Tapi Vannya tidak tahu akan dibawa ke mana. Waktu itu tubuh Vannya benar-banar sudah terasa lemas jangankan untuk bertanya akan di bawa ke mana, mengambil satu langkah pun harus dengan terseok-seok. Setelahnya Vannya tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya waktu itu.

Yang Vannya tahu ketika bangun di esok paginya. dia Terbangun sendirian di sebuah kamar yang bagus dengan keadaan pakainya terlepas dari tubuh.

Tentu saja bangun dalam keadaan seperti itu membuat Vannya terasa hancur dan terpukul. Kenapa ada orang yang begitu tega berbuat jahat padanya...

Satu-satunya yang ia jaga. Harta yang paling berharga dalam hidupnya kini sudah hilang, diambil oleh orang yang tidak jelas.

Hampir 3 jam Vannya menangisi kemalangannya. Kalau saja ia tidak ingat ia belum kembali selama semalaman. Dan karena hal tersebut sebuah hukuman pasti sudah menanti ketika Vannya pulang.

Namun Vannya tidak punya pilihan, ia tetap harus kembali bagaimanapun dan seperti apa pun mama dan papanya mereka tetap orang tuanya...

Vannya bergegas membersihkan dirinya dan kakak pakainya kembali sebelum keluar dari kamar tersebut. Tapi matanya melihat secarik kertas yang di tinggalkan dengan beberapa lembar uang di atasnya.

Air mata Vannya meluncur begitu saja membaca pesan yang sangat menjijikkan tersebut. Apa lagi ketika melihat lembaran uang yang orang itu tinggalkan. Seakan-akan orang itu benar-banar menguap Vannya memang seorang pelacur...

Miris sekali hidupnya. Tidak pernah mendapat masih sayang orang tua, sekarang kehormatannya diambil paksa. Seakan penderitaan masih belum mau meninggalkan Vannya.

Entah akan sampai kapan penderitaannya akan berakhir. Terkadang Vannya berpikir apalah penderitaan ini akan berakhir kalau Vannya sudah tidak ada di dunia ini.

Vannya turun dari angkot ketika sudah sampai di depan rumah. Dengan rasa takut dan ragu Vannya membuka pintu gerbang rumahnya.

Vannya benar-banar terkejut ketika ingin mengetuk pintu ternyata pintu sudah di buka terlebih dahulu, dan menampakkan 3 orang yang menatap Vannya penuh tatapan marah dan juga benci secara bersamaan. Siapa lagi kalau bukan mama, papa dan juga Nandini yang entah kenapa Vannya merasa hari ini lah hari terakhirnya apa lagi melihat tatapan 3 orang yang ada di depannya yang seakan siap menyiksa Vannya sampai mati...

"Baru pulang " mama membuka suara masih sambil menyilangkan tangannya di dada. Yang entah mengapa Vannya merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi hari ini
"Bagaimana pestanya seru " tampak mama maju dia langkah mendekat pada vannya

"Ah..." pekik Vannya ketika rambutnya di tarik begitu keras oleh sang mama, sampai rasanya beberapa helai rambut Vannya terlepas

"Mah... ampun mah..." ucap Vannya memohon ampun, berharap mamanya akan melepaskan rambut Vannya. Tapi sayangnya tarikan itu semakin kuat dan membuat kepala vannya mendongak ke atas. Sedangkan papa dan Nandini diam saja melihat Vannya di siksa

"Mah, lihat ada tanda kemerahan " seru Nandini ketika matanya menangkap ada beberapa rasa merah yang menyebar di beberapa leher Vannya .

Tentu saja mendengar ucapan Nandini sang mama langsung mencek ke bagian leher Vannya dan benar saja ada lebih dari 5 tanda merah keunguan yang tercecer di leher Vannya.

Tentu saja itu semakin membuat kemarahan mama semakin tidak bisa dibendung  lagi, perempuan paru gaya itu langsung menyeret vannya masuk ke dalam rumah masih dengan menjambak rambut Vannya dengan kencang..

Lalu ketika sudah ada di dalam rumah, tubuh vannya di lemparkan begitu saja, membuat Vannya terjatuh dan membentur lantai.
"Aku tidak pernah mengajarimu untuk menjadi pelacur..."

"Dan sekarang kau masih berani pulang, dan menunjukkan wajah dan tubuh kotormu di depan kami" ujar sang mama penuh dengan tatapan kebencian yang di liputi emosi

"Kau tahu kelakuanmu yang seperti ini. Itu bisa membuat nama keluarga menjadi buruk, dan membuat Nandini tidak bisa menikah dengan keluarga yang baik dan kaya. Itu semua gara-gara perlakuanmu itu"

"Dan apa kau sadar, kelakuanmu itu bisa mempengaruhi pergaulan Nandini. " ucap sang mama yang memeluk Nandini

"Mah, bisa saja setiap malam wanita ini suka pergi untuk menjual dirinya selama ini. Dan kita baru saja tahu tentang keburukannya baru saat ini" Ucap Nandini

"Kamu benar sayang... Tapi apa yang harus kita lakukan untuk membuat jalang ini jera "tanya sang mama

"Nandini rasa kalau hanya dikurung di kamar dan tidak di beri makan itu bisa mah.." Nandini tampan berpikir sekiranya hukuman apa yang cocok untuk Vannya " pukul saja pakai rotan 50 kali dan kurung dia di gudang. Itu supaya dia tidak mengulangi lagi perbuatannya " usul Nandini

Vannya hanya bisa menggeleng sambil memeluk kaki ibunya berharap jika mama tidak akan setuju dengan ide Nandini.

" kamu benar, Nandini. Jalang kecil ini harus tahu apa yang dilakukannya itu salah " Tapi sayang harapan Vannya lenyap karena sang mama justru setuju dengan usulan Nandini.

"Mah ampun mah... "
"Vannya salah...." Vannya merangkak dan memeluk kaki mamanya untuk mohon ampun, tapi mamanya langsung mendorong tubuh vannya

"Jangan sentuh aku sedang tubuh kotormu" ujar sang mama yang menarik kakinya serta menghempaskah tubuh Vannya agar menjauh darinya

"Sevre, Ambil rotan " ucap mama yang meminta pada suaminya untuk mengabaikan rotan yang ada di Kamar.

Tak butuh waktu lama Sevre pun datang dengan satu buah akar rotan berukuran cukup besar serta panjang. Membuat Vannya susah payah menelan ludah. Ia masih ingat betapa sakitnya di pukul menggunakan rotan tersebut beberapa tahun lalu. Bahkan setiap melihat luka yang masih membekas di punggungnya, membuat Vannya merasa ketakutan. Meskipun sekarang luka itu sudah memudar dan tidak terlalu terlihat dengan jelas. Tapi memori atas peristiwa itu masih teringat dengan jelas di memori Vannya

"Mah... ampun mah... jangan pukul vannya mah..."

"Vannya salah mah...ampun Mah...." Vannya yang memohon ampun pada mamanya dengan linangan air mata... berharap mamanya akan luluh dan meringankan hukumannya. Karena sebenarnya ini tidak sepenuhnya salah Vannya siapa yang mau jadi seperti ini. Di sini vannya hannyalah korban tapi kenapa dirinya yang di persalahkan?

Namun sepertinya tangisan dan kata maaf dari Vannya tampak tak berpengaruh apa pun pada sang mama. Mengingat bagaimana tidak rasa tidak suka yang selalu di tunjukan pada vannya. seakan tangisan dan kata maaf itu tidak pernah ada artinya di mata sang mama...

Bahkan mungkin ini akan di jadikan mamanya sebagai kesempatan untuk bisa mengirim Vannya ke alam baka.

" Nandini pegang dia" perintah sang mama. Yang tentu saja langsung dilakukan oleh Nandini dengan senang hati. Dan ketika Nandini memegangi vannya agar tidak mencoba kabur. Nandini tampak mengucapkan satu kalimat " Bagaimana pusa" kalimat itu di ucapkan Nandini begitu pelan hingga membuat orang lain tak mendengarnya.

Seketika itu juga pikiran Vannya seperti di bawa mengingat kejadian malam itu. Berpikir apa semua ini ada hubungannya dengan Nandini? Apa Nandini sengaja melakukan semua itu dengan sengaja?

"Ahkkk..." teriakan vannya menggema ke seluruh ruangan ketika cambuk yang terbuat dari akar rotan itu mengenai punggungnya. Teriakan itu terus terdengar sampai hukuman tersebut selesai.

Tapi seperti apa yang di katakan, hukuman Vannya bukan hanya di cambuk. Tapi juga dikurung di gudang selam 3 hari tanpa diberi makan.

Dengan keadaan lemas dan penuh luka di bagian punggung. Bahkan ada beberapa luka yang mengeluarkan darah dan menembus sampai bagian luar baju.

Vannya yang pingsan kala itu di gotong masuk ke dalam gudang yang gelap sendirian. Lalu di kunci dari luar oleh mamanya.

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang