10 B

11.3K 496 4
                                    

Saat ini kaisar dan juga Raja tengah berdiri di depan pintu kamar Vannya, mimik wajah mereka terlihat bingung antara masuk atau tidak. Dua bocah kembar itu. Tampak sedang saling pandang satu sama lain. Seakan sedang berdebat memutuskan siapa yang harus masuk menemui ibu mereka

“ Kau saja, kau kan lebih tua dua menit dariku" kekeh Raja saat kaisar pemerintahannya untuk masuk dan bertanya pada maminya melalui gerak tubuh dan juga tatapan matanya.

“Selalu saja! Kalau urusan seperti ini baru aku!” Kesal Raja. Karena selalu saja tidak menang ketika berdebat dengan saudara kembarnya.

Kaisar tampak menggeser tubuhnya dua langkah dari posisi pintu, seakan memberikan ruang untuk kembarnya menjalankan tugas.

“ Mami....” Raja tampak mengetuk pintu sambil memanggil vannya. Tapi belum ada respons dari dalam.

Sesaat Raka tampak memandangi kaisar seakan meminta pendapat apa yang harus di lakukan? Mengetuk lagi atau tidak?

Kaisar hanya memberikan kode melalui anggukan kepala, meminta agar Raja mencoba mengetuk sekali lagi.

Raja tampak menarik nafas terlebih dahulu sebelum kembali mengetuk pintu kamar Vannya untuk kedua kalinya “Mami, apa Raja boleh masuk?!” Raja yang tampak kembali mengetuk pintu kamar Vannya.

Jika tadi tidak ada respons, di mana terdengar suara Vannya yang  memintanya untuk masuk. Sekilas Raja tampak kembali melirik pada Kaisar yang sejak tadi berdiri tak jauh darinya. Kaisar tampak mengangguk kecil seakan memberikan isyarat untuk masuk dan jangan ragu.

Tapi, tampaknya Raja memang sedikit ragu. Bagaimana ia tidak Ragu. Karena kali ini ia akan bertanya tentang hal yang sedikit sensitif untuk mamanya. Akan tetapi baik dirinya dan juga Kaisar tidak punya pilihan selain menanyakan hal ini.

****

Vannya yang tampak tersenyum menyambut kedatangan putranya yang manis. Tampak terheran dengan sikap putranya yang tampak jadi pendiam dan sekan sedang bingung terlebih bocah itu terus saja merunduk menatap ke lantai sambil terus memegang bolpoin dan secarik kertas di tangannya. Membuat vannya menyulitkan matanya.

Apa mungkin putranya itu ada kesulitan dalam  belajar?.

“Ada apa?”

“ Apa kau tidak bisa mengerjakan  PR-mu, hem" tanya vannya yang sudah menyejajarkan tingginya dengan sang anak. Raja tampak menggeleng. Itu Artinya tidak ada masalah dalam belajarnya. Karena memang ke dua putranya itu tidak pernah mengalami kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Walau pun saat ini usia mereka masih sangat muda dan terlalu dini untuk memahami mata pelajaran yang rumit. Akan tetapi itu yang sebenarnya. Saat anak seusia mereka sedang belajar menulis, membaca, menghitung dan menggambar. Ke dua buah hatinya ini malah sudah sibuk membaca buku yang begitu tebal, setebal buku telefon. Dan tentu untuk hal dasar seperti itu sudah dua bocah itu kuasai saat usia 1 tahun.

Jujur saja, vannya tidak tahu menahu dari mana otak cerdas anaknya. Kalau dari gennya itu sangat mustahil. Karena dalam silsilah keluarga tidak ada yang punya kepintaran semacam itu. Dan yang paling vannya tidak habis pikir kedua putranya itu sama sekali tidak ada kemiripan dengannya mulai dari wajah tak ada sedikit pun dari ke dua anaknya ini yang mewarisi gen darinya. Dari bentuk wajah, mata ,alis, hidung, bibir dan bahkan warna rambut pun tak ada yang mirip dengan vannya. Vannya yang mempunyai rambut hitam legam, sedangkan 2 biaya hatinya ini memiliki rambut coklat agak kehitaman.

“ Apa kakakmu menggagumu? Tanya vannya

Raja kembali menggeleng. Karena Kaisar tidak pernah menggagunya atau usil padanya. Karena justru dirinya lah yang sering mengusik kakaknya itu .

“Apa ini" tanya vannya bingung ketika Raja memberikan selembar kertas padanya beserta sebuah pulpen

“Tadi saat di sekolah, kami mendapat tugas untuk menceritakan tentang papa dan mama masing-masing...” tutur Raja

Tentu vannya tahu apa yang saat ini anaknya pikirkan.

“ Aku dan Kaisar bisa dengan mudah menceritakan tentang mami. Tapi.... aku, aku tidak tahu harus bercerita mulai dari mana tentang papi...”ujar Raja lirih. Dan di saat yang hampir bersamaan vannya memberikan pelukan pada putranya. Memeluk bocah itu, dengan begitu erat. Sambil memutihkan air matanya. Vannya tidak menyangka hal ini akan datang begitu cepat..

Vannya kira pertanyaan seperti ini akan ia dengar 5 arah 6 tahun lagi mulai sekarang.

“ Mami...” panggil lirih raja yang masih dalam pelukan vannya “ mami jangan menangis “tambahnya

“Mami, tidak perlu menceritakan tentang papi kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksa mami “ sambung Raja yang tampak mengusap punggung Vannya.

“Mami jangan sedih lagi...” tutur Raja “ Kalau mami tidak mau cerita pun tidak apa, kami nanti bisa mengarang cerita tentang papi.  Tapi mami tidak boleh sedih lagi “Ujar Raja sambil menghapus Air mata Vannya dengan ibu jarinya.

Lalu kembali mengambil kertas dan pulpen tersebut kembali. Namun sebelum pergi Raka tampak mencium pipi maminya agar tidak sedih lagi

^^^^

“ Lalu senang apa Rencanamu selanjutnya?” Kekeh Raja dengan mimik wajah malas setiap kali harus berhadapan dengan wajah serius Kaisar 24 jam dalam sehari.

“Aku belum ada rencana, tampaknya hal ini bukan hal mudah. Apa lagi melihat reaksi mami yang selalu saja sedih  saat membicarakan tentang papi. Begitu juga dengan paman, ia tampak mengetahui sesuatu tapi tidak mau menceritakan. “ jelas Kaisar “ tampaknya adsebuah rahasia “lanjutnya.

“Ya, kalau itu aku juga tahu. Kalau dua orang itu( paman dan mami) mereka punya sebuah rahasia yang sedang mereka tutur rapat “ ucap Raja

“Tapi, aku terasa ini rahasia yang sedikit rumit “ tambah Raja. Sedangkan Kaisar tampak masih saja membaca buku tebalnya sambil mendengarkan apa yang di katakan oleh Raja.

“ Apa kau punya ide?!” tanya Raja.

“Akan aku pikirkan, dan lebih baik kau pergi dari sini, suara game mu membuatku tidak bisa membaca dengan tenang “ Ujar Kaisar Dingin

“ya, baiklah ....” Akhirnya dengan wajah kesal. Raja meninggalkan Kaisar di ruang baca. Dan berlalu ke ruang makan, sambil menunggu makanan di siapkan 

"Sudah lapar" tanya Julian

“Belum “ jawab Raja yang masih terpaku dalam permainan gamanya

☆☆☆☆

Sedangkan di saat yang hampir bersamaan dengan latar yang keluar dari ruang baca. Vannya juga keluar dari kamarnya. Sekilas Kaisar memperhatikan wajah mamanya. Dan tak ada satu kata parah kata yang keluar dari mulutnya. 

Dan kini mereka semua sudah bergantung di satu meja makan yang sama. Akan tetapi suasana malam ini terasa sangat sunyi. Tak ada satu kata yang keluar dari mulut semua orang. Yang terdengar hanyalah suara piring garpu dan sendok

Begitu  pun saat selesai makan. Kaisar dan Raja langsung pergi ke kamar setelah memberikan ucapan  selamat malam

“Apa yang terjadi...” akhirnya Julian m4mberanikan diri untuk bertanya, tentu saja ia merasa aneh dengan situasi yang sekarang

“ Apa mereka bertanya tentang papanya lagi ”tebak Julian. Dari diam dan celengan kepala Vannya

“ bocah nakal itu....” geram Julian. Ia geram bukan karena marah tapi, ia lebih ke arah kesal. Karena bocah itu tampaknya memang sudah terlalu keluar dewasa dalam berpikir.

“ Terus  kakak jawab yang sebenarnya? ”tanya  Julian

Sekali Lagi, vannya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Terdengar helaan nafas lega keluar dari mulut Julian

“Aku tidak mau membuat mereka ke dewa kalau kenyataannya aku pun tidak  tahu ayah kandung mereka. Jangankan nama dan wajahnya aku bahkan tidak bisa ingat kejadian malam itu" ucap vannya.

Yang tampan di sadari oleh dirinya percakapannya dengan Julian saat ini tengah di dengar oleh Kaisar dan Raja melaku ruang belajar menggunakan alat penyadap yang di katakan Kaisar di bawah meja

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang