15

9.9K 448 13
                                    

“ kau yakin mau terima dia? Di sini?”  Pertanyaan yang sudah ke 4 kali pria itu tanyakan pada vannya. Mengenai keputusannya menerima begitu saja pria asing Bernama Bara, bekerja di toko mereka.

“ tapi kita tidak tahu siapa dia, bisa saja dia itu orang jahat. Atau bisa saja dia dikirim mereka untuk mencelakimu lagi. Bagaimana?!”  Julian masih mencoba untuk membujuk wanita yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu, berpikir kembali. M3meng buka wewenangnya untuk menentukan siapa saja yang berhak keluar masuk tempat ini...

Tapi, sebagai seseorang yang ditugaskan untuk melindunginya. Ia akan terus berusaha yang terbaik. Apa lagi, ia pernah 1 kali kecolongan yang hampir saja membuat Vannya benar-banar hampir jatuh ke jurang KEMATIAN.

Kejadian itu bahkan tidak bisa hilang dari ingatannya masih sudah hampir 5 tahun terjadi. Ia masih mengingat dengan jelas setiap detik kejadian itu. Hal yang membuatnya menjadi begitu khawatir ketika harus meninggalkan vannya terlalu lama apa lagi sendirian. Itu juga yang membuat Julian lebih memilih bekerja patuh waktu di restoran kecil di dekat apartemen mereka cari pada menerima tawaran bekerja di sebuah restoran ternama, yang merupakan impian hampir semua koki di dunia ini untuk bisa bekerja di sana. Begitu juga dirinya. Namun sekali lagi, ia tidak bisa meninggalkan vannya sendirian dan melanggar janjinya pada sang ibu. Janji uruk tetap bersama wanita itu, memastikan bahwa dia aman dan terlindung dari orang-orang jagat dan kejam seperti mereka.

“ Aku bisa pastikan dia orang baik. Kamu jangan terlalu cemas “ nasehat vannya" dan ingat  sekarang aku bukan vannya  yang lemah seperti dulu, sekarang aku susah bisa menjaga diriku sendiri. Jadi jangan terlalu cemas" tambahnya

“Tapi, bagaimana kalau dia, itu...”

“tidak mungkin, dan kalau pun memasang ia kenapa? Toh mereka pasti sudah tidak akan peduli, apa lagi... “ vannya  tampak menjeda ucapannya dan terdiam serta melamun beberapa saat menatap cangkir kosong yang  ada di tangannya. Lalu menatap Julian sembari  tersenyum.

“ sudah lah.... lebih baik kamu berangkat saja sama ke tempat kerja. Ingat aku tidak mau mendengar Sheren mengeluh padaku, karena kamu malas-malasan bekerja “ vannya mendorong Julian untuk keluar dari tokonya dengan paksa hingga sampai ke depan pintu. “ingat, jangan membuat aku mendengar keluhan Sheren lagi tentangmu" ucapnya sebelum menutup pintu tokonya dengan cukup keras, membuat Julian terkejut.

Sedangkan vannya wajahnya langsung berubah murung ketika baru dua langkah menjauh dari arah pintu.

Vannya tidak bisa pura-pura tidak mengerti apa yang di cemaskan oleh Julian. Tapi vannya tidak bisa terus membuat Julian selalu menjaganya. Vannya  sadar Julian terlalu dibuang memikirkan kebahagiaannya dan juga dua putranya. Sampai membuat pria itu lupa, jika ia juga harus mencari kebahagiaannya dan masa depannya.

Oleh karena itu pula sejak 1 tahun yang lalu vannya  mencoba untuk berlatih bela diri. Selain untuk menjaga dirinya sendiri dari orang-orang yang Handal berbuat jahat, vannya juga harus bisa melindungi 2 mutiara hatinya. Karena mau tidak mau, suka tidak suka dan terpaksa mau pun tidak, ia harus menjalani 2 peran sekaligus sebagai ibu dan ayah bagi putranya.

“Hapus air matamu" Achazia memberikan sapu tangannya pada Vannya untuk menghapus air mata perempuan itu. Meskipun Achazia tidak tahu apa yang di pikiran wanita itu saat ini sampai membuatnya menjadi sedih dan membuang air matanya yang berharga.

“ Apa kau punya masalah? Cerita saja padaku, mungkin aku bisa membantu “ entah dari mana asal kalimat itu, tiba-tiba saja keluar dari bibirnya. Tapi, ia tidak bisa berbohong kalau dia seolah bisa merasakan apa kesedihan yang wanita itu rasakan. Seolah ada ikatan tak terlihat yang seolah menghubungkan perasaan mereka.

“simpan saja, aku tidak apa-apa ini hanya bulu mataku saja yang masuk jadi agak pedih" ucapnya, yang seakan menolak secara halus bantuan dari Achazia.  “dan terima kasih untuk simpati yang kamu tunjukan. Tapi, aku baik-baik saja “ Vannya berlalu meninggalkan Achazia begitu saja, dan menuju ke arah dapur

Setelah bayangan vannya menghilang di balik pintu, Achazia tampak mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Ponsel dengan edisi terbatas yang hanya di jual beberapa buah saja di dunia. Dan Achazia adalah pemilik 1 dari 8 unit ponsel tersebut. Yang harganya setara dengan 1 buah rumah beserta isinya

“Tuan, anda dimana? “Feran yang langsung menanyakan keberadaan Achazia ketika mendapatkan telepon sari pria itu

“Aku ada di suatu tempati “jawab Achazia santai

“Anda di berada di tempat Itu?”

“Ya...”

“Kalau, begitu akan saya jemput. Karena kita hampir tertinggal pesawat “ujarnya.

“Tidak perlu menjemputku. Karena sudah aku putuskan untuk tinggal di sini beberapa waktu lagi,  jadi, kalau kau mau pulang, pulanglah. Tapi, sebelum itu Feran, tolong selidiki sesuatu tentang dia untukku. Aku ingin tahu semua tentang dia. Siapa keluarganya dan apa yang terjadi, dan harus semuanya...” Lalu menutup panggilan begitu saja membuat Feran tak punya kesempatan untuk menyela ucapan dari Achazia.

Sedangkan Achazia pria itu langsung mematikan ponselnya membuat Feran tidak akan bisa menghubunginya kembali.

Siang harinya di toko roti tanya tampak begitu ramai. Banyak pengunjung yang datang silih berganti. Sampai membuat beberapa karyawannya jadi terlihat kewalahan.

Dan sumber keramaian itu berasal dari pegawai baru vannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bara/Achazia. Dimana saat ini pria itu tengah di dikerubuti oleh beberapa wanita yang jika di perhatikan dari kejauhan adalah siswi dari sekolah menengah atas (SMA) yang tak jauh dari letak toko roti vannya.

“Gege(kakak) sudah punya pacar belum?” Tanya salah satu siswi

“belum...”Dan jawaban Achazia sukses membuat kerumunan siswi yang jumlahnya sekitar 8 orang tersebut berteriak kegirangan

“ tapi mana mungkin orang setempat Gege tidak punya pacar “ tanya salah satu siswi

“ Memang benar saya tidak punya pacar, apa lagi saya hanya pelayan. Jadi tidak mungkin ada yang mau “ Achazia yang seolah tengah merendah

“Kalau begitu, apa boleh salah satu diantara kami jadi pacar Gege?” tanya salah satu siswi

Achazia tampak tersenyum, ia tidak menyangka baru saja di tembak oleh anak SMA yang baru saja bertemu. Sesuatu yang terdengar lucu. Dan juga mengejutkan. Ia baru tahu bahwa anak perempuan jaman sekarang terlalu terang-terangan dalam mengatakan sesuatu

“ Kenapa ge? “ tanya gadis yang tadi mengatakan ingin jadi kekasih Achazia. Sedangkan Achazia sendiri sempat beberapa kali memandang pada rekan-rekannya dam juga Vannya seolah minta bantuan dari pertanyaan itu.

“ maaf, tapi saya tidak bisa jadi pacar kamu... “ Achazia memilih kata-kata yang sekiranya tidak terlalu menyakitkan

“Kenapa? Apa saya kurang cantik ge?” tanya gadis itu

“ tidak, kamu cantik.... hanya saja...” Achazia tampak ragu meneruskan kalimatnya

“ Hanya apa?” tanya gadis itu mendesak Achazia untuk melanjutkan kalimatnya

“Hanya saja, sebaiknya kamu sekolah yang benar dan lagi saya juga punya seseorang yang saya suka. Meskipun dia belum tahu perasaan saya padanya. Jadi sekali lagi maafkan saya “ucapnya dan meninggalkan gadis itu berserta rombongannya dengan sebuah kekecewaan

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang