22 b

4.8K 446 31
                                    

"Mami, kenapa masak banyak sekali" Raja melihat meja makan yang terlihat lebih banyak hidangan yang di sajikan daripada hari biasanya. Apa lagi ini hanya untuk sarapan itu terlihat terlalu berlebihan. Apa lagi mereka hanya tinggal berlama. Dan lagi ada kursi tambahan.

" apa akan ada tamu? Siapa yang akan datang? Apa paman Marcel, tante Sheren"

" bukan mereka tapi orang lain" Vannya menjawab sambil mengusap kepala Kaisar

" nanti kamu juga akan tahu siapa yang akan datang. Tapi, siapa pun tamunya kalian harus tetap sopan dan hormat. Oke" Vannya seolah sedang meminta janji pada Kaisar. Sayangnya bocah itu tidak menjawabnya dan memilih duduk diam di kursinya sembari menunggu yang lainya datang.

Tak lama kemudian, Julian Eldrich dan juga Raja juga sudah bergabung di meja makan. Mereka semua terlihat lebih bersemangat sarapan saat melihat makanan yang tersaji di depan mereka. Terutama Raja yang langsung mengisi piringnya dengan sangat bersemangat.  Namun di sana hanya Julian yang merasa kurang bahagia setelah melihat makanan ini.  Karena Julian tentunya tahu siapa orang yang akan duduk di bangku kosong di sebelahnya ini. Itu membuat selera makannya tiba-tiba lenyap.

Julian tahu dirinya sudah berjanji untuk mendukung semua keputusan yang akan di ambil Vannya tapi dia tidak pernah berharap itu akan secepat ini. Tentunya Vannya tidak bisa pura-pura tidak mengerti jika Julian saat ini sedang merasa tidak nyaman.

Tapi sebelum Vannya ingin mengatakan sesuatu bel rumah sudah di tekan. Itu membuat Vannya tidak jadi bicara" biar aku yang buka pintunya, kalian sarapan saja" tentu saja Julian tahu siap yang datang itu sebabnya ia tidak memedulikan siapa yang membuka pintu.

Di luar pintu.

Achazia tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba menjadi gugup. Padahal bisanya dia selalu percaya diri tapi kali ini lain terlebih lagi Achazia penasaran siapa yang akan membukakan pintu untuknya. Achazia bahkan beberapa kali melihat ke arah Arlojinya seolah waktu tidak pernah bergerak.

" maaf sudah menunggu lama" seketika itu juga Achazia yang beberapa saat lalu terus menundukkan wajahnya, langsung mengangkat pandangannya ke sosok yang saat ini tengah berdiri di depan pintu masih dengan menggunakan celemek serta rambutnya yang di ikat sembarangan.  Yang entah mengapa pemandangan yang ada di depannya terlihat lebih indah memesona sehingga membuat tenggorokannya teras kering.

"Anda sudah datang, ayo islahkan masuk " Vannya mempersilakan Achazia untuk masuk sayangnya Achazia seperti tidak mendengar apa yang di katakannya, pria itu justru terus memandangi Vannya sejak tadi tanpa berkedip, itu justru membuat Vannya merasa tidak nyaman di pandang dengan cara yang seperti itu.

"Ayo masuk “sontak saja suara Vannya membuat  Achazia terkejut dan pulih dari lamunannya. Membuat Achazia merasa malu dan membuatnya mencari canggung untuk beberapa saat sebelum mengikuti Vannya berjalan di belakangnya. Sambil memperhatikan setiap detail dari rumah ini yang ternyata tidak jauh berbeda dari terakhir kali Achazia kemari. Yang membuat sudut bibir Achazia terangkat secara perlahan. Kembali memasuki rumah ini rasanya memberikan sesuatu perasaan yang berbeda. Rasa nyaman Seolah-olah ada di rumah sendiri...

Nuansa sebuah rumah yang hangat sekarang seolah tergambar di depan matanya saat melihat suasana meja makan yang hangat yang penuh dengan kegembiraan. Sesuatu yang Achazia pikir tidak pernah di rasakannya ketika dia seusia mereka.

" saya kira Anda akan datang nanti, tapi karena Anda sudah datang lebih baik duduklah dan ikut sarapan bersama dengan kami. Aku akan mengahlikan piring untuk Anda. Anda belum sarapan kan?" Tanyanya.

Achazia mengaguk. " aku juga membawakan sesuatu untukmu dan anak-anak. Tapi aku tidak tahu mereka akan suka atau tidak dengan apa yang aku bawa ini" Achazia menyerahkan tas belanjaan pada Vannya tapi Vannya menolak menerima itu. Yang tentu membuat Achazia bingung.

"Anda lebih baik berikan itu pada mereka sendiri. Anda bilang Anda ingin dekat dengan mereka, jadi_" Tentu Achazia langsung mengerti dengan maksud Vannya.

Tentu saja suasana di meja makan langsung berubah ketika Achazia muncul dan ikut bergabung di meja makan bersama dengan mereka semua.

"Daddy juga membawakan hadiah untuk kalian" Achazia memecahkan keheningan yang tercipta dengan hadiah yang ia bawa.

" ayo terima, mami sudah bilang kalian harus sopan pada tamu" tutur Vannya.

"Mami yakin untuk sopan pada dia?" Ketus Kaisar " orang yang meninggalkan kita selama bertahun-tahun. Apa mami yakin dengan apa yang mami minta aku sopan padanya" Kaisar tidak menyembunyikan rasa tidak sukanya pada pria yang ada di depannya.

Julian yang merasa situasi itu tidak baik. " anak-anak terima saja. Paman itu membawakan hadiah untuk kalian. Ingat kita tidak boleh menolak pemberian orang yang sudah dengan tulus memberikannya pada kita" Julian berusaha untuk memecahkan situasi yang ada. Julian merasa jika situasi ini terus berlanjut bisa ada pertengkaran yang terjadi dan merusak acara sarapan mereka.

Jadi, Meskipun Julian kurang suka dengan Achazia tapi dia kali ini harus terpaksa ada di pihak Achazia.

Alhasil karena merasa di susutkan mau tidak mau si kembar menerima hadiah yang di berikan Achazia.

Karena Achazia sedang berusaha untuk bisa dekat dengan anak-anaknya. Jadi bisa di katakan seharian Achazia akan bersama dengan si kembar. Jadi Achazia juga  bertugas untuk mengantarkan si kembar ke sekolah mereka.

"Jadi, ini sekolah kalian" Achazia melihat ke arah  bangunan sekolah  yang terlihat tidak asing. Sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik dan juga merupakan sekolah unggulan.  Achazia pikir Anak-anaknya akan di sekolahkan di sekolah yang biasa-biasa saja. Achazia tidak menyangka kalau tebakannya salah. Vannya benar-benar memberikan pendidikan yang baik untuk si kecil. 

Achazia Vannya pasti banyak mengalami kesulitan karena itu, selain terkenal sebagai sekolah unggulan sekolah ini juga di kenal juga dengan biayanya yang tidak murah.

Sekarang Achazia mengerti kenapa hampir setiap hari Vannya selalu menyisihkan uang hasil toko itu pasti untuk hal ini.

Mengingat itu semua membuat Achazia merasa malu sendiri. Sebagai seorang ayah dia bahkan belum melakukan apa pun untuk buah hatinya sampai saat ini.

“apa ada masalah dengan sekolah kami?” tanya Raja dengan nada bicara yang terdengar tidak suka dengan apa yang Achazia katakan.

Tapi sebelum Achazia bisa menjelaskan maksud dari kata-kata si kembar sudah lebih dulu keluar dari mobil. Membuat Achazia mendesah.

Akan tetapi saat Achazia ingin. Meninggalkan area sekolah si kecil di melihat kedua anaknya di ganggu. Membuat Achazia langsung mengurungkan niatnya untuk pergi dan memilih turun untuk melerai pertengkaran tersebut.

“ kata mama anak-anak yang tidak punya ayah itu harus di jauhi, soalnya pasti keluarganya pasti keluarga yang berantakan “

Sedangkan Achazia yang berada tidak juga tentu bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh seorang anak kecil yang usianya terlihat tidak jauh beda dengan si kecil. Tentu saja Achazia terkejut ketika mendengar sorang anak kecil mengatakan hal seperti itu. Achazia jadi penasaran orang tua anak itu

“Adik kecil, boleh paman tahu siapa namamu? “ Achazia  bertanya pada anak kecil yang menggagu ke dua anaknya

“ Aku jung jin Hou . Putra direktur jung howen.  Apa kau tahu? Ayahku bekerja di Parviz’s  cooperation sebagai wakil direktur “ ucap jin Hou bangga saat membicarakan jabatan dan pekerjaan ayahnya.

“ Oh. Tapi adik kecil kamu tetap tidak boleh bicara seperti itu, itu tidak sopan “ Achazia memberikan pengertian

“ Tapi, mama bilang tidak apa-apa. Apa lagi anak-anak yang seperti mereka” tutur jin You

“tidak perlu membela kami,  kami sudah biasa dan tidak terlalu memikirkannya “ Kata Kaisar sebelum masuk ke sekolahnya


Vote,
komen

Bersambung...

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang