14c

9.8K 457 4
                                        

Seorang perempuan baru saja turun dari mobil mewah yang baru saja mengantarkannya sampai depan rumah, tangannya melambai pada mobil tersebut yang kini sudah melewati pekarangan rumahnya. Cukup lama wanita itu ada di tempatnya, melambaikan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegangi puluhan tas kecil, yang merupakan hasil belanja nya dari tadi pagi. Dan jika dilihat barang bawaannya itu semua adalah barang bermerek. Dari beberapa Brand yang cukup menguras kantong ketika untuk membelinya.

Wanita bertubuh tinggi, berkulit putih, rambut panjangnya yang tergerai itu kini mulai berjalan ke arah pintu dengan begitu tenangnya, senyuman tak pernah lepas dari bibir sepenuhnya. Bahkan ia tak memedulikan ketika sepasang mata menatapnya dengan tatapan tajam.

Wanita itu justru tersenyum dan mengambil salah satu tas belanjaannya dan memberikan pada orang yang memberikan tatapan tajam padanya “ini dari tante Sandra, katanya buat mama" ujarnya dengan senyum mengembang, lalu mengambil satu tas lagi dan diberikan pada seorang yang berdiri di samping wanita yang di panggilnya mama tadi" kau juga dapat, ayah. Mana mungkin aku lupa padamu “imbuhnya.

Wanita itu menghela nafas  panjang ketika, ia masih saja di beri tatapan yang membuat ia merasa jengah" aku tadi pergi dengan tante Sandra. “ujarnya meyakinkan. Dan senyuman pun akhirnya  keluar dari wajah wanita yang di panggilnya mama siapa lagi kalau bukan Luna.

“ Tampaknya, nyonya kaya itu suka padamu “tanya Luna . “ sampai doa menemukanmu barang mewah seperti ini “tambahnya.

“Sudah, pasti! Siapa dulu, Nandini" ucapnya bangga. Lalu duduk di ruang keluarga bersama kedua orang tuanya dan juga belanjaannya yang banyak itu.

“dan apa, mama tahu, nyonya itu , bahkan ingin mengajakku pergi lagi besok" adu Nandini pada kedua orang tuanya.

“Kalau begitu pergilah, semakin kamu dekat dengan nyonya Sandra, semakin mudah dan dekat pula jalangmu untuk menjadi nyonya di rumah keluarga itu, kau tentu tahu. Siapa keluarga Parviz, selain orang kaya dia juga keluarga yang punya pengaruh. Jadi seandainya kau bisa menjadi menantu keluarga itu. Kita tidak akan lagi pusing dengan uang, karena uang parsialkan datang dengan  sendirinya...” jelas Luna

“dan lagi, dengan kau menikah dengan Achazia, selain mendapatkan kedudukan dan harta kau juga akan mendapatkan suami yang tampan, dan itu artinya perusahaan kita akan semakin kuat “ Sevre ikut angkat bicara.

“ menikah, dengan pria itu?” Nandini tampak ragu, apa lagi mengingat bagaimana pria itu mengabaikannya “tidak!. Siapa yang mau menikah dengan pria dingin seperti sia apa lagi ada gosip kalau dia itu tidak tertarik dengan  wanita. Bukankah itu menjinakkan" tolak Nandini

. “Kau itu! Jangan bodoh! Mau saja percaya dengan gosip. Dia itu bukan tidak tertarik pada wanita, dan pria mana yang bisa menolak putri mama? Coba katakan? “tanya Luna. “Dan lagi, kalau pun benar gosip yang di luar sana. Jangan persilakan. Ingat saja kekayaan dan keuntungan yang akan kita dapat, anak bodoh" Luna yang kembali menasihati putrinya yang jarang-jarang entah kenapa tidak bisa melihat gunung emas yang ada di depan matanya. Dan malah memilih butiran emas yang kecil. Yang tidak akan memberikan keuntungan. Seperti pacar-pacar putrinya itu yang ternyata hanya laki-laki yang biasa-biasa saja. Jika di bandingkan dengan Achazia.

“tapi... mah" keluh Nandini

“ Jangan, banyak mengeluh. Apa kamu sudah enggak mau beli barang mewah, tanpa harus menunggu 1 bulan, apa kamu masih enggak mau lagi jalan-jalan keluar negeri? Enggak mau pakai perhiasan dan pakaian mewah?. Jawab mama?” tanya Luna. “Dan kalau kamu menikah dengan Achazia, kamu bisa mendapatkan itu semua tanpa harus menunggu “ lanjutnya. Nandini tampak berpikir, apa yang  di katakan mamanya memang ada benarnya. Siapa orang bodoh di dunia ini, yang tidak ingin hidup enak? Mudah mendapatkan segalanya tanpa harus usaha dengan keras. Tentu saja itu yang Nandini inginkan punya segalanya dan tak perlu berpikir berkali-kali hanya untuk mendapatkan itu.

Jadi, mulai sekarang Nandini akan berusaha untuk merebut hati nyonya besar Sandra ,dan tidak perlu peduli dengan gosip tentang Achazia yang katanya gay. Itu semua demi kenyamanan yang akan dia dapat setelah menjadi nyonya Achazia Parviz.

☆☆☆

"susah aku duga kau pasti datang  lagi" tanpa banyak bicara Vannya mempersilahkan Achazia untuk masuk ke tokonya, yang masih sepi. “ duduklah, aku akan siapkan pesananmu, masih sama kan?” Achazia hanya mengaguk.

Tak lama kemudian  coklat panasnya pun datang, tapi  kali ini ada 4 biskuit yang menemani coklat panasnya. “ sebenarnya aku sengaja menyiapkan biskuit itu kemarin sebelum pulang, entah ke mana aku merasa kau pasti akan datang lagi ke esokkan harinya" jelas Vannya. Membuat Achazia tersentuh mendengarnya. “Nikmatilah, aku akan kembali ke pekerjaanku dulu" ucapnya sebelum pergi. Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang menjadi jawaban Achazia.  Entah mengapa hari ini hatinya terasa sangat senang. Apa lagi bisa di bilang Vannya memperhatikannya, bahkan wanita itu tahu kalau dirinya akan datang hari ini. Padahal dia tidak pernah bicara akan datang. Tapi, ya... sudah lah. Apa pun itu Achazia hari ini benar-benar senang.

Di tempat yang tidak jauh dari toko Vannya,  tepatnya di seberang jalan, dimana saat ini Feran yang sedang mengawasi tuanya secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi mengikuti Achazia sari belakang, tepat ketika pria itu meninggalkan hotel yang mereka tempati selama berada di tempat ini.

Jujur saja, Feran sebenarnya cukup takut mengikuti Achazia seperti ini.... selain takut ketahuan oleh Achazia, Feran juga takut ia akan di pecat dari pekerjaannya karena tidak patuh.

Tapi apa boleh buat, dia sudah sangat penasaran apa sih yang membuat tuannya itu sampai harus menghilang setiap pagi buta dan kembali ketika matahari sudah tinggi.

Dengan berbekal teropong kecil, yang ia bawa Feran mengawasi Achazia dari kejauhan. Dan ia bingung dengan apa yang saat ini terjadi. Tuannya hanya duduk diam di salah satu meja. Dan hanya meminum 1 cangkir minuman dengan beberapa biskuit ringan. Lalu apa spesialnya itu? Sampai harus membuat dia, datang pagi-pagi dan menunggu di tempat itu selama berjam-jam hanya untuk meminum secangkir minuman yang sebenarnya bisa ia dapatkan dengan mudah menggunakan layanan hotel. Terus kenapa harus datang ke tempat ini...?

Pertanyaan itulah yang saat ini ada di dalam pikiran Feran, terkadang Feran memang tidak mengerti apa yang di pikirkan bosnya itu. Tak jarang bosnya itu terlihat ingin melakukan sesuatu hal, tapi pada akhirnya  justru hal lain yang di melakukannya. Membuat Feran tidak habis pikir.

Feran terus mengawasi tuanya dengan saksama tak ada hal yang berarti terjadi. Dia masih terlihat duduk diam di tempatnya sampai saat ini.  Hingga 30 menit berikutnya. Feran melihat Achazia yang tampak siap-siap untuk keluar dari toko tersebut.

Membuat Feran bergegas kembali ke tempatnya semula bersembunyi agar tidak ketahuan.

“ Aku akan mengalami sampai depan pintu “ vannya berujar. Dan tentu saja Achazia tidak keberatan dia justru makin senang...

Achazia sendiri pun tidak tahu kapan terakhir ia merasa sebahagian ini dan di perhatikan seperti ini...

“Kau besok mau di buatkan apa? Selain coklat panas “ tanya Vannya tiba-tiba, membuat Achazia tertegun untuk beberapa saat. Namun tak berapa lama kemudian pria itu tersenyum “Apa pun yang kau sajikan pasti akan aku makan" ujarnya

“Benarkah?. Lalu bagaimana  kalau aku memberimu racun apa masih mau kau memakannya?” tanya Vannya

“walau itu racun sekalipun, tapi aku rasa kau tidak akan melakukannya. Kau wanita yang baik.” Tutur Achazia. Membuat vannya tersipu karenanya

“Aku pergi....”

“Hati-hati, jangan lupa datang lagi...” ucap vannya sambil melambaikan tangannya.

Sedangkan Feran masih tidak menyakanya dengan apa yang ia lihat, seorang Achazia tersenyum dan bukan hanya itu pria itu bercanda dan tertawa. Sesuatu hal yang sangat jarang dan langka.

☆☆☆☆

“ sudah puas melihat?”

“Keluarlah, jangan  seperti tikus yang mencuri makanan “Achazia  yang berdiri tidak jauh dari tempat persembunyian Feran. Tapi Feran masih tidak mau keluar. Ia berpikir kalau tuannya belum tahu.

“ keluar atau aku pecat” tentu saja, ancaman yang akan selalu berhasil di gunakan oleh seorang Achazia pada siapa pun. Begitu pula pada Feran. Pria berkacamata itu pun keluar dari persembunyiannya dengan wajah tak bisa di gambarkan. Antara takut dam juga malu.

“Sejak kapan kau jadi tidak patuh padaku “ tubuh Feran langsung kaku tegang keringat dingin bercucuran, apa ini akhir dari karirnya?

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang