“ Mah, jangan mah...” Vannya menangis sambil bersujud di kaki mamanya. Memohon mamanya untuk tidak melakukan hal itu padanya.
“ Jangan kau bilang! Apa kau mau membuat nama keluarga ini tercoreng!” Bentak Luna
“ pokoknya, mau tidak mau setuju atau tidak setuju kau harus menguburkan bayi itu. Untuk apa mempergunakannya, kau saja tidak tahu siapa ayah anak itu. Yakin masih mau memperhatikannya. Mau seberapa banyak lagi kamu mau buat kamu semua malu”
“Cukup dengan kelakuan jalangmu saja sudah membuat keluarga ini malu, lalu dengan mempertahankan anak itu mau seberapa banyak lagi kamu mau membuat kalau...”
“Aku yakin, ayahku di alam sana pasti akan menangis melihat kenyataan ini. “ Luna yang tampak begitu marah. Apa lagi setelah melihat hasil tes darah yang 3 hari lalu di lakukan. Sungguh membuat semua orang geger ketika mengetahui vannya hamil.
Sama halnya dengan vannya yang mengetahui kebenaran tersebut. Bagaimana ia tidak sadar kalau di dalam perutnya saat ini tengah ada kehidupan lain.
Ada perasaan bahagia tapi juga sedih di saat yang bersamaan. Tuhan sudah memberikan vannya satu hadiah terindah dengan memberikannya bayi ini. Meskipun tanpa tahu siapa pria yang sudah membuatnya hamil.
Namun Vannya juga tidak bohong kalau dia sedih, vannya tahu ia sudah sangat mengecewakan semua orang terlebih kakeknya. Dan seperti apa yang di katakan Luna. Pasti saat ini kakaknya sangat sedih.
Akan tetapi vannya tidak bisa setuju dengan usulan yang di berikan Luna untuk menguburkan kandungannya. Vannya sadar dirinya sudah membuat malu keluarga. Tapi, vannya juga tidak bisa membunuh darah dagingnya sendiri. Entah kenapa rasa sayang dan rasa melindungi vannya muncul untuk anaknya. Meskipun vannya belum bisa memeluk dan melihat anaknya karena itu masih lama.
Tapi saat tahu bahwa dirinya hamil, vannya sudah berjanji akan menjaga anak ini apa pun yang akan terjadi. Termasuk mamanya orang yang paling vannya sayang.
“ Mah... Vannya mengaku salah, tapi jangan minta vannya membunuh anak vannya sendiri, vannya akan melakukan apa pun. asalkan mama jangan meminta vannya menggugurkannya" vannya tampak berderai air mata. Sungguh vannya sangat memohon sedikit saja kebaikan mamanya.
Ke tiga orang tersebut tampak saling melempar tatapan satu sama lain, seakan sedang berdiskusi. Sedangkan vannya tampak harap-harap cemas.
“Kau mau menukarkan apa pun untuk hatimu?” Luna, tampak memastikan lagi, apakah vannya serius dengan ucapannya.
Vannya mengangguk. Sebuah senyum pun muncul di ketiga wajah orang tersebut. Entah apa yang saat ini mereka rencanakan. Tapi apa pun itu pasti bukan hal yang baik.
“ Bagus... aku punya dua syarat untukmu, kalau kau mau tetap mempertahankan anak harammu itu” Luna tampak sudah mulai melakukan siasatnya pada Vannya.
Luna tampak menatap vannya dengan lekat sebelum mengutarakan dua syarat yang harus vannya penuhi
“ pertama, kau harus mau menandatangani surat kuasa yang di mana isinya kau mengalihkan semua harta warisan dari kakekmu padaku, suamiku dan juga adikmu “
“Kedua, setelah menandatangan surat kuasa, maka saat itu juga kau harus keluar dari rumah ini. Dan pergi sejauh mungkin. Jangan pernah kembali atau mencoba menemui kami. “
“ Aku tidak akan memaksakan, hanya saja. Kalau kau menolak. Jangan salahkan aku, kalau akua akan dengan senang hati menggugurkannya. Bagaimana? Apa kau setuju anakku tersayang?”
Vannya tampak diam, ia bingung kedua pilihan yang di berikan Luna sama sekali pilihan yang sulit. Hatinya bimbang apa yang harus ia pilih. Satu sisi dirinya sudah berjanji pada mendiang kakeknya untuk menjaga bagian harta yang sudah beliau wariskan. Serta menjaganya sebaik mungkin agar tidak jatuh pada orang yang jahat serta tamak.
Tapi sekarang, vannya tidak bisa egois ada kehidupan lain di dalam dirinya, yang tentu saja sangat berharga.
Vannya tampak memekakkan matanya, untuk memantapkan hati dan pilihannya . “ maafkan aku kakek, aku tidak bisa menepati janjinya untuk mempertahankan apa yang sudah di berikan olehmu, kakek" gumam vannya dalam hati
“ baik, vannya setuju dengan semua syarat yang mama minta” kata vannya lirih..
“Bagu, bagus, kau memilih pilihan yang tepat. Apa lagi, kelayakan ini memang tidak pantas jadi milikmu” Luna tampak tertawa begitu puas, setidaknya anaknya yang bodoh ini. Memang benar-banar bodoh . Bayangkan saja ia bahkan rela menukarkan semuanya, hanya untuk anak jaraknya yang tidak jelas asal usulnya, serta mau maunya hidup dengan padangan buruk dari orang lain atas keputusannya yang dengan bodohnya memilih kehamilannya. Tapi Luna kali ini benar-benar bersyukur atas kebodohan dan kepolosan anaknya ini
“Sayang, ambilkan suratnya. Biar anakku ini mendatanginya “ Luna meminta sang suami untuk memberikan dokumen yang sudah ia siapkan 1 minggu lebih.
Karena memang sebenarnya Luna sudah mulai curiga dengan kemungkinan kalau saat itu vannya sudah hamil. Namun sekali lagi putrinya yang bodoh itu sama sekali tidak tahu kalau dirinya hamil.
Jadi 3 hari yang lalu Luna sengaja mengajak vannya periksa. Itu ia lakukan untuk mematikan mencurigainya. Tapi siapa sangka kalau keberuntungan berpihak padanya. Benar saja laporan tes darah itu benar-banar menunjukkan jika mencurigainya benar.
“cepat tanda tangan “ Luna melemparkan map berserta pulpen tepat di depan vannya. Vannya sekolah memperhatikan wajah mamanya dengan tatapan lekat.
“Tanda tangan, jangan buang-buang waktuku “ bentak Luna tidak suka dengan cara vannya menatapnya
Vannya membuka map tersebut dan langsung membubuhkan tanda tangannya di atas materai. Yang langsung di rebut Luna begitu saja saat vannya selesai mendatanginya.
Di saat yang hampir bersamaan Nandini tampak datang dengan satu buah koper. Yang langsung di diberikannya pada vannya. Untuk beberapa saat vannya terdiam. Kenapa kopernya ada di sini.
“Apa tidak bisa vannya pergi besok mah?”
“Ini sudah larut malam “ ucap vannya memohon
“Tidak! Tidak bisa, rumah ini adalah milikku dan apa kau juga lupa, perjanjian kedua , kalau kau harus pergi saat menandatangani surat ini. Jadi tidak peduli malam, siang atau hujan badai sekalipun di luar sana kau harus tetap pergi “ Tutur Luna, sambil memberikan kode melalui matanya
“Sekarang islahkan kau angkat kaki dari rumah ini “ Ujar Nandini dengan nada sinis Sambil melempar tubuh vannya ke depan pintu begitu juga dengan kopernya. Lalu Nandini dengan cepat mengintip pintu utama untuk mencegah vannya kembali masuk.
Sedangkan vannya terus mencoba untuk memohon agar di izinkan tinggal hanya untuk malam ini. Saja. Tapi sayangnya itu semua percuma. Sekarang apa pun vannya mencoba mengutuk pintu dan berteriak. Memanggil orang yang ada di dalam. Tidak ada satu pun orang yang datang untuk membukakan pintunya.
Jadi dengan wajah sedih dan lesu, akhirnya vannya memilih untuk meninggalkan rumahnya. Tapi vannya sempat berbalik satu kali menatap rumahnya dengan tatapan lekat, yang mungkin setelah ini vannya tidak akan bisa datang atau melihat rumah ini lagi.
“Nona, tunggu ”langkah vannya kembali terhenti dan menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya. Tampak di sana ada bibi Merien dan juga Julian, tapi ada hal yang aneh di mana Jualan tampak tengah menggendong tas.
“Nona, ajaklah Julian , bersamamu. Dia akan menjagamu" vannya bebar-benar terkejut ketika mendengarkan itu. Bahkan vannya sempat memastikan kalau Vannya tidak salah dengar
“Tidak bisa, bi kalau Julian ikut denganku sapa yang akan menjaga bibi.” Tolak vannya secara halus, “nanti siapa yang akan menjaga bibi di sini? Bibi lebih butuh Julian dari pada aku, terlebih lagi Julian anak bibi “ tambah vannya
“Non, harus membawa Julian pergi, karena dengan itu saya baru bisa tenang. Terlebih lagi saya sudah janji pada mendiang tuan besar kalau saya akan menjaga nona” Merien yang masih mencoba untuk membujuk Vannya.
Vannya tampak menarik nafas lelah, ia tidak akan bisa melihat bibi yang sudah merawatnya sampai memohon seperti itu. Bahkan sang bibi sampai mau mencium kaki vannya hanya untuk Vannya mau membawa Julian bersamanya “ baik" walau pun dengan berat hari akhirnya vannya pun setuju.
Namun siapa sangka bukan hanya sampai di situ saja. Ternyata bibi Merien juga memberikan sebuah buku tabungan, paspor dan juga kunci, pada vannya. Namun bukan tanpa alasan bibi Merien memberikan benda-benda tersebut, karena bibi meminta vannya untuk pergi ke luar negeri bersama dengan Julian. Karena hanya di luar negeri tempat yang paling aman.
Sebelum tuan dan nyonya membuat rencana yang mungkin saja tidak terduga. Apa lagi mengingat mereka orang yang cukup kejam. Jadi tidak ada yang tidak mungkin dilakukan
KAMU SEDANG MEMBACA
SESUATU YANG BERHARGA
Romancedi jebak adik sendiri di sebuah club malam , yang berakhir terkapar di dalam kamar bersama pria misterius . benar-benar awal dari segala kemelut dalam hidup mulai dari fi usir , mengetahui dirinya hamil, di rampok dan harus hidup terlunta-lunta di...