30 B

3.2K 343 32
                                    

"bagaimana perasaanmu sekarang, apa jauh lebih baik?" tanyanya sembari mendorong kursi roda Vannya. Seperti biasa, Achazia akan mengantarkan Vannya kbali ke kamar setelah melakukan terapi.

" sangat baik,  bahkan jauh lebih baik" jawab Vannya jujur. Tidak ada lagi pembicaraan diantara keduanya.

Achazia bukan hanya mengatar vannya samapi di kamarnya namun Achazia juga mrmbantu Vannya berpindah dari kursi roda ke trmpat tidur dengan tangannya sendiri.  Seolah Achazia tidak trlalu yakin dengan cara kerja pelayan yang ada di vilanya  sendiri.

" seharusnya  tidak perlu seprti ini setiap hari. Aku berat " tutur Vannya  dengan  malu-malu saat baru saja di letakan ke atas tempat tidur oleh Achazia, yang selalu saja mengendongnya ketika akan melakukan terapi atau selesi terapi. Achazia akan selalu mengendongnya untuk  memindahkannya baik dari tempat tidur ke kursi roda atau pun sebaliknya . Yang  terkadang membuat Vannya merasa tidak enak dengan perhatian yang di tujukan Achazia untuknya.

"kamu tidak berat sama sekali. Kamu terasa sangat ringan seolah aku tidak seperti menggendong seseorang di ranganku.  Dan kenapa tubuhmu bisa serangan ini? " pada walanya Achazia  tidak berniat  menggoda Vannya, tapi melihat wajah wanitanya merah karena malu, dan menggap dirinya  berat.  Tapi pada kenyataannya tubuh Vannya benar-benar terasa  ringan, seolah pelukan kuat sedikit  saja bisa membuatnya terluka dan kesakitan.

Tapi melihat cara Vannya menatapnya seolh tidak percaya  dengan apa yang baru saja di katakan.  Membuat Achazia  merasa hal ini lucu.

"kenapa semua wanita mempunyai  pikiran yang rumit, dan sulit sekali percaya" dengan eksperi terheran-heran.  " sungguh kamu, enggak berat sama sekali.  Bahkan aku sanggup gendong kamu seharian " jelas Achazia dengan raut wajah serius dan bersungguh-sungguh. Seakan Achazia  takut jika Vannya tidak percya.

" istirahatlah dengan baik, dan jika kamu ingin sesuatu katakan saja pada pelayan. Aku akan keluar sebentar "

***

Keluar dari kamar  Vannya,  Achazia langsung meminta  Feran untuk menyiapkan mobil.  Untuk menjemput Eldrick karena sepertinya pesawatnya akan segera mendarat.  Dan Achazia tudak ingin membuat Eldrick menunggunya. Apa lagi penerbangannya di majukan satu jam lebih awal.

Selama dalam perjalanan beberapa kali Achazia menyempatkan dirinya untuk memeriksa beberapa pekerjaan penting dari dalam ponselnya.

"Feran  apa sudah ada hasil dari penyelidikan yang gema lakukan? " tanya  Achazia yang kembali memasukan ponsel kedalam saku jasnya. 

"ada tuan, gema mrngatakan ternyata orang yang sering menerima uang dari nonya Luna ternyata  dia adalah seorang pria dan dia adalah salah satu sepupu dari nonya luna sendiri "

" tuan,  gema juga menemukan hal lain selain itu.  Kemarin saat tidak sengaja mencoba meretas akun dari pria itu gema bilang dia menemukan percakapan diantara keduanya, yang terlihat sedikit  janggal.  Gema mengatakan jika itu lebuh terlihat seperti ada sesuatu.  Apa lagi sempat ada beberapa tulisan yang secara tudak langsung  jika pria itu mengetahi rahasia besar dari nyonya Luan " jelas Feran yang  tetap masih fokus dalam menyetir

" katakan,  pada gema.  Untuk  terus menyelidiki  tentang hal ini. Karena saya rasa rahasia yang di milik  keduanya tidak sesederhana itu. Lalu katakan pada gema untuk  mencari tahu tentang rahasia yang di ketahui oleh pria itu." printah  Achazia.

" karena saya rasa hubungan mereka tudak sesederhana itu" tambahnya

" ya,  tuan"

Tak berapa lama mereka samapi di bandara,  Achazia  menunggu untuk beberapa  saat sebelum sosok bocah laki-laki berwajah orienral yang berjalan menuju ke arahnya bersama dengan salah satu staf yang memang Achazia  tugaskan untuk menjemput Eldrick serta  mengurus kepindahannya  dari sekolah lama, ke aekolahan barunya. 

"paman" sapa Eldrick  sopan ketika bertemu dengan Achazia

" apa perjalanannya melemahkan? "

"sedikit, tapi tidak maslah" jawab bocah itu dengan jujur

" baiklah,  kalau begitu lebih baik kita sebaiknya  kembali dulu" ajak Achazia. Setelah semua  barang-barang Eldrick  di masukkan kedalam bagasi, barulah mobil itu kini melaju  kembali  menuju arah villa. Di dalam mobil itu pun tudak terjadi  terlalu banyak interaksi  di antara Achazia  dan Eldrick  hanya  beberapa  kata saja dan selebihnya keduanya  diam.  Samapi mobil itu berhenti  di depan villa. 

Saat mereka turun Eldrick  langsung di bawa oleh pengurus  rumah untuk  menujukan di kamar mana bocah  itu akan tinggal.  Tampak sebelum Eldrick akhirnya  mengikuti  pelayan untuk  menuju kamarnya Achazia  sempat memperhatikan ekspresi dan gerak bibirnya yang terlihat  ingin mengatakan sesuatu  tapi tidak jadi. 

" mommymu sedang istirahat. Jadi jika kaku ingin bertemu dengannya, temui dia nanti  setelah dia bangun.  Sedangkan untuk Kaisar dan Raja saat ini  mereka masih ada di seolah,  satu lagi  saya juga suda mendaftarkan  kamu di sekolahan yang sama dengan si kembar.  Jadi lebih baik kamu juga istirahat  sekarang,  tubuhmu  pasti  lelah"

Mendengar  apa yang di katakan oleh Achazia  membuat  Eldrick tidak punya pilihan  lain selain mengikuti  pelayan tersebut. Eldrick juga  tidak ingin  mengaggu istirahat Vannya.  Dia telah di beritahu oleh orang yang membawanya kemari jika saat ini kondisi  ibu angkatnya itu sedang  tidak dalam keadaan yang sehat  dan perlu untuk istirahat.  Jadi seberapa rindunya Eldrick saat ini.  Dia harus menunggu sampai Vannya bangun. 

Vannya bangun  ketika ada suara ke tukan di pintu.  "apa aku bisa masuk?  " terdengar suara Achazia  di luar sana.  Yang  membuat  Vannya  tanpa berpikir  lama untuk mempersilakan pria itu masuk.  " masuklah"

Achazia menghampiri  vannya yang sedang duduk sambil melihat ke arah jendela,  menyaksikan  matahari yang sebentar  lagi akan terbenam.  " bagaimana  istirahatmu? Dan apa yang saat ini kamu rasakan? "tanya  Achazia  yang kini  sudah  duduk di sampimg Vannya  dan melihat  ke arah  yang sama dengan  Vannya.  " apa tinggal di dalam kamar membuatmu  bosan? "  Tanyanya lagi

" hanya  sedikit"  jawab Vannya  sambil tersenyum  canggung . Apa lagi  ketika mereka hanya berdua  saja seperti saat ini.  Rasanya ada sesuatu yang mengelitk yang timbul ketika mereka berduaan.  Apa lagi setelah mereka tinggal  di bawah satu atap yang sama.  Membuat Vannya sedikit demi sedikit  mulai mencoba  memahami sikap dan kebiasaan pria ini. 

"Achazia,  apa kamu tahu sesuatu tentang adikku?  Maksudku apa kamu yang melakukan hal ini padanya, membuat media tahu tentang sikap dan sifatnya " vannya sedikit  ragi untuk bertanya tengang hal ini pada pria di sampingnya ini.  Tapi Vannya tidak bisa memikirkan orang  lain yang  bisa melakukan hal sekejam itu pada seorang gadis  dengan menyebarkan hampir semua sekandal yang di miliki  Nandini pada media. Dan hampir semua berita  yang keluar dari beberapa hari yang lalu adalah semua sekandal yang selalu ayahnya tekan agar tidak meledak.  Tapi, sekarang bagaimana bisa berita itu meledak jika tidak ada orang yang cukup memiliki kekuasaan dan uang untuk memunculkan berita itu.

"aku? Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu,  kamu tahukan selama ini aku selalu ada di sampinmu.  Jadi bagaimana aku punya waktu untuk  mengurusi masalahnya? Lagi pula apa yang bisa aku dapatkan dari melakukan hal seperti itu,  lagi pula dari pada menguras tentang hal tidak penting.  Aku lebih suka di sini bersama dengan kamu dan anak kita" kali ini Achazia  berbicara bukan hanya menatap mata Vannya.

Bersambung....

Jakarta 18/11/2020

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang