16

10.1K 495 25
                                    

“Pagi Bara...."sapa vannya. Yang baru saja datang. Dan masih berdiri di depan pintu, sambil melambaikan tangannya dan tersenyum. Membuat Achazia seketika terdiam. Bahkan matanya terus menatap sosok yang kini hanya terpisahkan oleh sebuah pintu. Ia tampak terdiam dan terpaku sejenak. Sebelum rasa terkesimanya itu membuyarkan dengan ketukan yang vannya  buat. Yang seolah memberikan isyarat agar Achazia membukakan pintu agar dia bisa masuk.

“ Terima kasih “ ucap vannya ketika sudah di gunakan pintu. Achazia hanya menjawabnya dengan senyuman dan tanpa sadar langkah kakinya mengikuti ke mana vannya berjalan.

Lalu ketika vannya berbalik tanpa tiba-tiba , Achazia yang seolah masih tersihir dengan kejadian beberapa saat kalau. Secara refleks ketika melihat vannya yang hampir tersungkur ke belakang.  Akibat terkejut karena Bara yang ternyata sejak tadi mengikutinya dari belakang. Tentu saja melihat vannya yang hampir terjatuh secara spontan tangan Achazia seolah bergerak dengan sendirinya untuk menangkap tubuh  vannya agar tidak jatuh.  Dan lagi-lagi sebuah keheningan tercipta diantara mereka berdua. Achazia yang masih menopang tubuh vannya dengan satu tangannya. Sedangkan vannya yang masih berpegangan cukup kuat pada baju dan lengan Achazia.  Membuat jarak pandang di antara keduanya hanya berjarak tak kurang dari 20 cm. Achazia bisa melihat dengan jelas melalu dua matanya. Dua pasang bola mata yang terang seperti madu. Begitu pula dengan vannya bisa melihat dengan jelas mata Achazia yang begitu hitam dan juga jernih. Mata yang terlihat feminin namun juga tajam.

Namun itu tak berlangsung lama. Hanya berlangsung sekitar beberapa detik saja. Dan kecanggungan kembali terasa diantara keduanya. 

Vannya yang bergegas ke bagian dapur yang letaknya di belakang bagian order. Yang Kemungkinan semua pengujung bisa melihat secara langsung bagaimana makanan mereka di oleh secara langsung.

Sedangkan Achazia pria itu tampak mengelap meja yang sebenarnya sudah bersih dan tak perlu di lap lagi. Karena semuanya sudah bersih sejak kemarin sore. Bahkan bisa di katakan sebenarnya tadi ia tak berniat membersihkan kaca di pintu. Sebenarnya ia berdiri di balok pintu untuk mematikan kedatangan vannya yang tak kunjung tiba. Membuatnya menjadi bosan dan karena bosan ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yaitu mencoba membersihkan kaca. Tapi siapa sangka ketika baru dua kali ia memutar lap tersebut sosok yang ia tunggu sejak tadi sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang tersenyum cerah dan melambaikan tangan padanya...

Selama vannya masih di dapur Achazia terus memperhatikannya secara diam-diam. Bertanya-tanya apa yang sedang wanita itu masak di dapur sana. Wajah cantiknya terlihat begitu serius saat memasak dan hal tersebut terlihat mengemaskan, yang sekaligus menjadi sesuatu yang terlihat menawan dimata Achazia.

Achazia memang harus mengakui satu hal dari Vannya. Mungkin jika untuk masalah kecantikan Vannya tak secantik para model dan artis terkenal  yang punya bentuk tubuh hampir mendekati sempurna. Tubuhnya yang mungil yang mungkin hanya 145 cm akan terlihat begitu kecil jika di bandingkan dengan  Achazia yang punya tinggi 194 cm. Yang mungkin tak ada sebahu Achazia, namun wanita itu seolah punya pesonanya sendiri dimana saat tengah berkutat dengan semua hal yang berbau dengan segala hal urusan dapur. Aura kecantikannya seolah terpancar. Membuat Vannya terlihat begitu menawan di mata Achazia.

Lalu saat Achazia merasa bahwa Vannya menyadari jika sedari tadi dia memperhatikannya. Achazia langsung seolah-olah sibuk dengan aktivitas mengelap mejanya kembali.

“jadi hanya perasaanku saja “ ucap vannya ketika melihat ternyata bara masih sibuk dengan membersihkan meja.  Dan vannya pun kembali melanjutkan jaraknya yang hampir selesai dan sempat tertunda beberapa saat lalu. Di mama dia merasa kalau ada orang yang terus menerus mengawasi perceraiannya sejak tadi. Karena punggungnya sejak tadi terasa dingin. Seolah sedang di perhatikan dengan intens oleh seseorang. Yang vannya pikir sebelumnya adalah Bara. Tapi ketika melihat Bara yang justru masih sibuk dengan mengelap meja . Membuat Vannya merasa sedikit terheran dan bertanya-tanya.  Apakah tempat ini sudah tak aman lagi? Dan mamanya sekarang sudah tahu tentang tempat ini?

“ Bara...” panggil vannya. Dan tentu saja Achazia langsung menoleh ketika namanya di panggil

“hentikan mengelap mejanya. Dan kemarilah, aku tahu kamu belum sarapan. Jadi makanlah dulu” perintah Vannya. Yang kini sudah duduk di salah satu meja dan juga sudah ada beberapa jenis makanan yang tertata di atas meja tempat vannya duduk.

Achazia sudah ada di samping meja tersebut, namun hanya diam berdiri di samping vannya.

“Kenapa berdiri? Duduk dan makan lah “ perintahnya.

Achazia pun akhirnya duduk tepat di depan vannya hanya dipisahkan oleh meja yang ada di tengah mereka

“ Ini untukku?” tanyanya ragu.

“ Ia...”jawab vannya yang di ikuti  dengan anggukan kepala. “ karena aku tahu kau pasti belum makan apa pun sesuai semalam, benar bukan?” tanyanya

Sedangkan Achazia hanya bisa tersenyum kikuk. Karena apa yang dikatakan vannya memang benar adanya. Achazia memang belum makan apa pun dari semalam. Apa lagi Achazia Bukan pria yang pandai masak . Bahkan dengan peralatan dapur ia sangat asing.

Maklum saja dari ia kecil sampai saat ini. Semua hal sudah ada yang mengurus begitu pula dengan makanan.  Ia tidak tahu bagaimana cara bahan-bahan itu diolah sehingga jadi masakan. Achazia hanya tahu ketika bahan-bahan itu sudah di olah oleh para pelayan  rumahnya yang sudah menjadi makanan menggugah selera dan siap untuk disantap.

“Bukan hal mengejutkan kalu seorang pria tidak bisa masak" tutur vannya

“bagaimana anda bisa tahu kalau aku tidak bisa masak" suara Achazia tampak mengecil ketika diujung kalimatnya

“Saat kau bingung antara gula dan garam “ jawab Vannya dengan sesantainya. Kemarin tanpa sengaja vannya melihat Achazia yang tampak sedang kebingungan ketika diminta untuk mengambilkan gula untuk membuat kopi.  Tapi bukannya gula yang di ambil melainkan garam. Tentu saja melihat Bara yang salah mengambil bahkan membuat Vannya bisa mengetahui kalau sebelumnya Bara belum pernah masuk dapur. Jadi ia meminta pada salah satu pegawainya untuk memberitahu Bara kalau yang dia ambil itu salah.

Toko pun beroperasi seperti biasanya.

^^^^

“Kaisar, Raja.  Bisa kalian jelaskan ini padaku?” Julian menatap horor pada kedua bocah 5 tahun itu bergantian. Wajahnya merah padam menahan amarah yang siap meledak. Bayangkan saja berdua bocah itu sudah membuat kiprahnya sebagai pria tampan hancur seketika. Karena ulah dua anak kakakinya yang apesnya adalah keponakannya. Di mana dua bocah yang punya wajah imut itu . Dengan sengaja mencoret-coret wajahnya saat ia tidur dengan menggunakan spidol dan lipstik merah menyala. Dengan bentuk-bentuk gambaran aneh di wajahnya. Seolah-olah wajah Julian adalah kertas kosong yang bisa mereka coret sesuka hati mereka!.

Tapi bukan itu yang membuat Julian marah besar. Julian marah karena dua bocah itu bukan hanya mencoret wajahnya dengan gambar aneh mereka.  Tapi memfotonya dan  di unggah ke semua aku media sosialnya.

Dan membuat ponsel Julian penuh dengan notifikasi dari semua teman-temanya yang menanggapinya dengan beragam. Tapi sebagian besar mereka menertawakannya.

“Kita kan hanya bermain, habisnya kami bosan dan setiap diajak bermain paman pasti tidur” jawab Raja dengan wajah polos dan mata berbinar meminta belas kasihan

Begitu pula dengan Kaisar yang menujukan raut wajah penyesalan di depan Julian. Tapi Julian  sudah terbiasa melihat trik yang sama hampir setiap hari  ketika dua bocah itu membuat kesalahan. Dam tatapan memelas dua bocah licik itu selalu bisa membuat Julian kalah, untuk memberikan mereka hukuman tapi tidak untuk kali ini.

“Tidak bisa,  kalian tidak akan mempengaruhi paman! Jadi singkirkan tatapan memelas kalian berdua! “ tutur Julian dengan mimik wajah yang terlihat serius sambil meletakkan ke dua tangannya di pinggang.

“Oh..... memang paman berani?” tentang kaisar dengan mata yang memicing. Seolah menantang Julian. “memang paman tidak takut dengan mami? “tambahnya yang seolah menantang Julian.

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang