18b

7.8K 615 46
                                    

Achazia tersadar ketika merasakan ada sesuatu yang basah dan itu mengalir si sekitar wajahnya.  Membuatnya secara perlahan memaksakan kedua matanya untuk terbuka. Meski kepalanya masih terasa sangat pusing saat ini. Hal wajar yang akan di rasakannya. Tapi siapa sangka ini akan sangat membuat kepalanya benar-benar merasa sesakit ini. Dia akan meminta apa anak buahnya untuk memukul lebih ringan sedikit.

Karena pukulan mereka bisa di bilang terlalu keras!. Achazia tidak perlu bertanya akan seperti apa kondisi tubuhnya. Selain wajahnya yang tampan akan terdapat beberapa luka memar dan lebam serat sedikit goresan luka kecil. Achazia juga bisa merasakan beberapa tulang di dalam tabunya sedikit bergeser atau bahkan ada berapa yang mungkin saja tetak.

Tapi di mana  dia sekarang?

Tempat ini terlihat sangat asing baginya. Terlebih lagi pencegahan  di ruangan ini hanya berasal dari bagian dapur yang sepertinya memang sengaja di biarkan menyala.

Padangan Achazia terus mengamati sekitar dengan hati-hati. Membuat ia mempunyai sebuah kesimpulan jika saat ini pasti dirinya sedang ada di Apartemen milik Vannya!.

Membuat Achazia  tersenyum dengan gerakan kaku. Setidaknya hal konyol yang ia lakukan tidak berakhir  dengan sia-sia sekarang. Achazia kembali memejamkan matanya kembali saat dia mendengar suara pintu yang di tutup serta langkah kaki yang mendekat. Dengan cepat Achazia memosisikan dirinya seperti saat  terakhir kali ia di tinggalkan.

Achazia dapat merasakan handuk kecil diangkat dari dahinya. Dan Achazia juga bisa merasakan jari-jari yang ramping serta telapak tangan yang halus membelai keningnya

“Syukurlah demamnya sudah turun “ suara Vannya yang terdengar lembut menyapu dalam indra pendengarnya. Menimbulkan rasa hangat di hati Achazia. Siapa sangka ide melukai diri sendiri akan berakhir dengan sesuatu yang begitu menguntungkan. Selain Achazia bisa masuk ke rumahnya, Achazia tidak menyangka kalu dirinya akan di rawat langsung olehnya.

“Mami....”

“Ia... ada apa sayang?” Vannya menghampiri Kaisar yang berdiri di depan pintu sembari mengecek matanya. Sepertinya bocah itu terbangun karena suatu hal.

“Raja mengompol lagi “ adanya pada Vannya.

“ Ya sudah, kalau begitu Kaisar tidur dengan Mami, malam ini"  Vannya mengajak Kaisar ke kamarnya untuk beristirahat terlebih dahulu.

Bersamaan dengan pintu kamar Vannya yang tertutup Achazia membuka matanya. Karena Achazia yang pura-pura masih tertidur karena demam. Membuatnya bisa mendengar obrolan singkat yang tadi terjadi antara Vannya dengan seorang yang ia yakini adalah anak kecil karena dia memanggil Vannya dengan sebutan “MAMI" 

Tapi siapa anak itu?

Karena setahu Achazia anak yang di bawa Vannya pulang tadi bernama Eldrich.  Bukan yang bernama Kaisar atau pun Raja! Lalu siapa mereka? Dan dari cara Vannya bicara pada bocah itu tadi terdengar penuh perhatian dan kasih sayang!

Tentu saja ini membuat Achazia bertanya tanya. Menurut data yang di dapatnya dari Feran di sana jelas tertulis Vannya belum menikah dan punya anak! Lalu anak siapa itu.  Atau mangkinkah Achazia melewatkan  sesuatu dalam penyelidikannya terhadap Vannya? Dan itu membuatnya tidak mengetahui tentang ini?.

Semua itu membuat Achazia dilanda kebingungan dan tanda tanya besar di otaknya yang membuat kepalanya kembali merasakan denyutan yang cukup keras

Seolah memperingatkan Achazia untuk kembali beristirahat

Achazia terbangun  dari tidurnya saat dia merasakan sebuah tangan entah tangan siapa itu yang tanpa sengaja menyentuh bagian wajahnya yang luka.

Dengan perlahan lahan Achazia  membuka matanya. Bukannya cahaya yang pertama kali Achazia lihat ketika dirinya membuka mata. Tapi sepasang mata coklat cerah yang menatapnya dengan tatapan polos. Membuat Achazia menatap bocah yang mukanya seolah di harapkan dengan wajah Achazia begitu dekat

“ MAMI paman itu sadar" suara bocah itu mengena di seluruh ruangan. Apalagi dia mengatakannya sambil berlarian menuju orang yang di panggilnya ‘MAMI ‘. Dan Achazia juga sedang berusaha untuk duduk di sofa. Terlebih lagi punggungnya terasa lumayan sakit karena tidur semalaman di atas sofa. Yang tentu saja membuat pergerakannya jadi terbatas.

Achazia yang sejak semalam dibalut dengan rasa penasaran. Mengarahkan pandangannya mengikuti bocah kecil tadi.  Dan tak lama kemudian sebuah interaksi singkat yang membuat mata Achazia terkunci seolah pada satu titik. Dan juga memancing ingatannya tentang dua bocah yang ada di rumah ini. Yang sangat mirip dengan yang waktu itu dia bantu untuk mencari ibu mereka. Akan tetapi seseorang yang panggil mami hari ini berbeda dengan yang mereka pagi mami waktu itu..

“bagaimana kondisimu “ tanya Vannya yang menghampiri Achazia  saat ini sedang duduk bersandar. Sedangkan di samping Vannya saat ini ada anak yang wajahnya secara mendadak ada di depan wajah Achazia ketika ia sadar. Di mana bocah itu koki terlihat agak sedikit takut-takut untuk memandang Achazia secara langsung,  bocah itu lebih memilih bersembunyi di balik tubuh Vannya

“Aku... sudah  merasa lebih baik, bos"

“ terima kasih sudah mau merawatku" Achazia  mengatakannya dengan begitu tulus tanpa ada nada penuh kesombongan dan keangkuhan sama sekali.

“ Syukurlah kalau kamu sudah merasa lebih baik “ ucap Vannya

“Karena kamu sudah bangun. Bagaimana kalau kita sarapan bersama. Kebetulan sarapan sudah siap “ imbuh Vannya.

Achazia mengaguk setuju “ bos bisakah aku pinjam kamar mandinya sebentar” tanya Achazia

“ Tentu.... “

“ ada di sana “ Vannya  memujuk sebuah pintu yang letaknya bersebelahan dengan dapur “ kamu bisa menggunakannya dan membuat dirimu nyaman. Dan juga kamu bisa gunakan baju Julian untuk berganti pakaian.” Vannya mengambil pakaian ganti yang sudah ia siapkan sebelumnya. Di mana pakaian Julian mungkin akan sedikit terlihat lebih ketat saat dipakai oleh Bara nantinya. Terlebih lagi siapa yang akan tahu hal seperti ini akan terjadi. Meminjam baju Julian mungkin adalah yang paling benar. Karena tidak mungkin Vannya memberikan bajunya pada Bara itu akan terlihat aneh!

Dengan langkah pelan Achazia berjalan ke kamar mandi. Awalnya Achazia sempat ragu mau memakai baju yang Vannya siapkan. Terlebih lagi ini pertama kalinya Achazia mengenakan baju orang lain.  Achazia  hanya bisa berharap baju ini tidak akan membuat tubuhnya gatal.

Tepat saat Achazia membuka pintu. Membuat Achazia  terkejut karena tiba-tiba ada seorang anak laku-laki yang berdiri di depan pintu kamar mandi. Sambil membawa handuk. Tapi ada pesanan tidak nyaman ketika bocah itu menatapnya dengan wajah lurus tanpa ekspresi

“bisa paman minggir, aku harus mandi ?” ujarnya. Achazia  hanya bisa bergeser untuk memberi jalan padanya.

....

Achazia merasa keberuntungannya seolah belum selesai sampai di titik ini.  Siapa sangka Vannya akan menawarinya untuk ikut sarapan bersama. Tentu saja kesempatan itu tidak di sia-siakan Achazia. 

Tapi tak tahu kenapa saat dirinya ada di meja makan. Perasaan canggung tiba-tiba muncul di depannya. Apa lagi dua bocah yang memiliki kesamaan wajah di depannya.  Terus menyantapnya dengan tatapan yang tidak tahu kenapa membuat  perasan di dalam diri Achazia bergejolak tidak karuan. Tapi yang paling membuatnya tidak nyaman adalah tatapan yang berasal dari bocah yang secara tidak sengaja  berpapasan dengannya saat di kamar mandi. Di mana cara bocah itu persis sama seperti dirinya ketika sedang menilai seseorang, menurut Achazia.  Dan entah mengapa kalau di lihat-lihat lebih teliti wajah keduanya seperti mengingatkan Achazia pada dirinya waktu kecil.  Hanya bentuk bibir dan warna mata mereka yang tampaknya berbeda!

“Kaisar...” tegur Vannya ketika ia melihat rasa tidak nyaman yang di tunjukan oleh Bara ketika kedua mata Kaisar terus menatapnya dengan begitu intens. Kaisar yang merasa dirinya ketahuan langsung mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis pada Vannya sembari menjawab ibunya dengan begitu lembut seolah ia tidak sadar melakukan itu.

Senyuman yang seolah selalu bisa membuat Vannya luluh dan kehilangan semua rasa marahnya. Sarapan pun di lanjutkan dengan begitu tenang. Tapi dalam ketenangan itu otak Achazia terus berpikir. Sesekali memprihatinkan semua orang yang ada di meja makan terutama yang menjadi fokusnya adalah dua bocah kembar yang semakin di perhatikan ke duanya benar-benar seperti dirinya tapi dalam versi anak-anak.

Dan jika di hitung-hitung antara kejadian malam itu dan usia kedua bocah ini. Hampir mendekati perhitungan Achazia.

Tapi masalahnya siapa ibu mereka? Benar wanita yang ada di depannya atau wanita yang waktu itu? Seandainya mereka anak Vannya.  Berati 85% kemungkinan  mereka adalah anak-anaknya. Yang terlahir dari kecerobohan Achazia yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri malam itu...

Malam yang bahkan sampai saat ini masih tidak bisa Achazia hilangkan dari otaknya sendiri dan di saat Achazia ingin ingatan itu hilang ingatan itu terus berputar bagaikan kaset lama yang terus berputar tanpa henti, yang menimbulkan perasaan menyesal dan bersalah yang tak pernah ia rasakan sebelumnya muncul,  membuat  Achazia susah untuk menjalin hubungan dengan orang lain, karena perasaan bersalah yang terus datang menghantuinya. Membuatnya susah untuk tidur hampir setiap malam.

Di mana setiap malam Achazia hanya bisa tidur selama 2-3 jam per-hari. Dan itu membuat Achazia bertekad untuk menemukan wanita itu. dan minta maaf tasa kejadian malam itu. Tapi siapa sangka pencariannya terhadap dia.  Membuat perasaan ingin memilik tubuh dalam dirinya. Padahal niat awalnya hanya untuk minta maaf dan setelah itu pergi.

Tapi siapa sangka semakin banyak mendapatkan informasi tentangnya. Wanita itu perlahan justru menjadi obsesinya. Yang pada akhirnya membuat Achazia berakhir di tempat ini!

“aku minta maaf padamu tentang kelakuan putraku. Pasti tadi dia mengganggu tidurnya kan? Raja memang sedikit lebih aktif dari kakaknya kaisar. Dan lagi aku juga minta maaf jika kamu tersinggung dengan perilaku  kaisar tadi" Vannya berbicara sambil mengantar Achazia ke pintu.

“Bukan masalah, aku tidak merasa terganggu. Lagi pula mereka masih anak-anak. Itu membuat mereka terkesan mengemaskan “ tutur Achazia

“Kamu orang pertama yang mengatakan mereka mengemaskan “ jelas Vannya. Yang langsung membuat Achazia kikuk. Karena ketahuan berbohong kalau mengatakan dua bocah itu mengemaskan. Sejujurnya mereka berdua terasa begitu mengintimidasi dengan cara mereka sendiri. Dan itu membuat orang bisa merasa tidak nyaman. Termasuk dirinya

“Tapi, bos. Bukankah dua bocah itu adalah anak teman bos yang waktu itu datang? “tanya Achazia  dengan  begitu hati-hati seolah takut jika ucapannya itu salah .

Vannya tersenyum sebelum menjawab seolah pertanyaan Achazia tadi terdengar lucu “ dua bocah kembar itu anakku. Sedangkan wanita yang bersama mereka waktu itu adalah pacar Julian. Tapi memang dia sering mengaku kalau dia ibu si kembar. Dan tidak jarang membuat orang salah paham. “ cukup bagi Achazia mendengar sampai kalimat Anakku yang di ucapkan oleh Vannya. Di mana satu kata itu mampu membuat seluruh tubuh Achazia bergetar dengan hebat. Seluruh aliran darahnya seolah berhenti begitu juga detak jantungnya yang terasa berhenti beberapa saat.

.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf lama, dan terimakasih sudah menunggu ...

See you....

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang