21. b

5.6K 390 20
                                    

“Pokoknya mami enggak mau tahu, kamu harus bisa bawa kedua cucu mami tinggal di sini titik!” ucap penuh dengan penekanan memadakan wanita itu saat ini sedang dalam suasana hati yang kurang bersahabat. Bahkan wanita itu tidak mengindahkan sapaan dari beberapa pelayan yang menyapanya. Di mana dia terus bicara dan marah-marah mencoba mengimbangi  langkah Achazia yang lebar  dengan sedikit tergopoh-gopoh.

Tapi sepertinya Achazia tidak terlalu menanggapi  kata-kata mamanya yang terus dan terus menuntut Achazia untuk melakukan hal ini dan itu sejak mereka berdua meninggalkan tempat Vanya beberapa saat lalu.

Achazia yang masih diam dan pura tidak mendengar Sandra yang terus mengoceh sejak tadi. Achazia  lebih memilih melemparkan tubuhnya ke atas sofa empuk di ruang tamu dan memanggil pelayan menyiapkan teh jahe untuk meredakan denyutan yang di sebabkan sakit kepala karena terus menerus mendengarkan semua ocehan Maminya yang membuat Achazia tambah makin pusing.

Achazia sudah cukup pusing dengan urusannya dengan Vennya dan anak-anak. Di mana Achazia sangat yakin kalau saat ini pasti mereka sangat membenci dirinya. Terlebih saat melihat tatapan kebencian dari mata kedua putranya yang membuat Achazia merasakan sakit di dalam dirinya.

Tapi, Achazia tidak punya cara lain untuk melindungi mereka dari orang-orang yang mencoba menyakiti Achazia selama ini. Dunia ini memang kejam tapi dunia persaingan bisnis kau lebih kejam dari yang  terlihat di permukaan. Tak sedikit dari mereka menggunakan cara-cara yang kejam demi menjatuhkan orang yang di anggapnya tak satu pemikiran dengan mereka.  Tentu  saja sebagai seorang pengusaha yang sudah lama terjun dalam dunia seperti itu Achazia akrab dengan hal-hal yang seperti itu juga. Bisa di katakan tangannya bukan lagi tangan yang bersih. Entah sudah berapa bayak orang yang menderita karena satu jentikan jari darinya. Lalu saat ini  jika orang-orang itu tahu Achazia punya seseorang yang coba ia lindungi. Pasti mereka akan mencoba untuk menyerang Vannya dan anak-anaknya karena mereka tahu itu adalah kelemahan terbesar Achazia. Pasri mereka akan meluncurkan  segala macam rencana untuk menyakitkan mereka yang ia coba lindungi. Karena mereka tahu akan sengat sulit untuk bisa menyakitinya. Tentu mereka akan mencari hal lain yang bisa membuat Achazia lengah dan di saat itu mereka akan melakukan segala cara yang mungkin tidak bisa Achazia tebak. Oleh karena itu Achazia sengaja menumbuhkan rasa benci di benak mereka terhadapnya. Itu semua Achazia lakukan semata-mata agar tidak akan ada orang yang berpikir Achazia peduli, Achazia tidak mau orang yang dia sayangi justru terlibat dalam masalahnya. 

Karena Achazia ingin sebaik mungkin melindungi  mereka meski  harus dalam bayangan sekali pun itu tidak masalah selama itu bisa menjamin keselamatan mereka ia bisa!

Lagi pula dengan cara ini juga ia bisa menyingkirkan orang-orang yang berusaha untuk menyakiti Vannya. Apa lagi beberapa hari laku ia mendapatkan kabar ada orang-orang yang aneh dan mencurigakan tengah berusaha mencari keberadaan Vannya. Meskipun sampai saat ini Achazia belum tahu siapa yang menyuruh mereka dan untuk apa mencari Vannya.

Meski belum bisa menebak apa motif mereka saat ini tapi Achazia yakin cepat atau lambat dia akan tahu tujuan yang sebenarnya dari mereka.

Tak lama setelah itu teh pesanan Achazia datang.  Masih dengan tidak memedulikan keluhan dari Maminya Achazia dengan tenang menikmati tehnya. Merasakan harumnya daun teh yang di seduh bercampur dengan aroma jahe yang  membuat syarat di otak ya terasa lebih santai, kemudian hangatnya air teh yang bercampur dengan jahe melewati kerongkongannya dan itu menimbulkan sensasi hangat sampai ke perutnya itu sedikit mengurangi beban di dalam dirinya untuk beberapa saat

Achazia kamu mendengarkan apa yang mami katakan" sembari mengentak-entakkan kakinya dengan kesal karena di abaikan sejak tadi.

Achazia melirik hanya melihat dari ujung matanya lalu kembali menyesap teh jahenya sekali lagi kemudian meletakan cangkir teh ke atas meja.

“Apa semudah itu? Mami juga masih ingat apa yang baru saja terjadi barusan.” Achazia sembari merapikan posisi duduknya “mereka benar-benar marah. Jadi sudah pasti itu tidak semudah yang mami katakan

"Terus kenapa kalau mereka marah." Sandra meletakan kedua tangannya di pinggang. " kita juga punya hak yang sama untuk marah karena bagaimanapun mereka juga anak-anakmu. Itu juga sudah di buktikan dengan adanya hasil tes DNA artinya kau juga punya hak yang sama. Lagi pula kalau kita tidak bisa mendapatkan secara baik-baik tidak ada salahnya menggunakan jalur hukum"usul  sandra

"Tetatap saja tudak bisa "

"Kenapa tidak bisa, kau itu ayahnya"

Achazia mengle nafas kasar sambil menggelengkan kepalanya. "Karena  aku dan dia tidak punya ikatan pernikahan atau semacamnya dengannya" penjelasan Achazia langsung membuat sandra seketika merosot di sofa dengan wajah putus asa saat mengetahui kenyataannya yang sempat di lupakannya. Bahwa putranya yang nakal itu samapai sekarang anak itu belum menikah. Mengetahui hal ini hati Sandra sedih samapi ke dasar. Sudah lama sekali sandra ingin melihat anak Achazia tapi ketika keinginannya sudah terpenuhi tapi, sekali lagi impian itu harus pupus lagi dan lag

“ Tentu... Tentu...” Sandra tidak lagi bayak bicara apa lagi setelah merasakan situasi yang tiba-tiba terasa tidak bersahabat yang tiba-tiba tercipta. Membuat Sandra lebih memilih  untuk menghindar dan kembali ke kamarnya.

Akan tetapi baru saja Sandra masuk ke kamarnya, pintu kamarnya sudah langsung di ketuk. Membuat Sandra yang hendak melepaskan giwang yang di kenakannya jadi tertunda apa lagi ketika tahu kalau yang mengetuk pintunya itu adalah Nandini.

“ apa saya mengganggu Anda?” tanya Nandini dengan suara penuh kecemasan.

“ tidak. Ayo  masuk,  dan melihatnya kamu begitu sangat cemas. Apa yang membuatmu begitu cemas. Apa ada orang yang mengganggumu?” Sandra menyentuh tangan Nandini yang sejak tadi tidak mau tenang seolah ada sesuatu yang  membuatnya gelisah dan takut

“Apa terlihat dengan jelas" tanya Nandini sambil memegangi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menepuk ringan kedua pipinya

“Sangat,” Sandra mengagukkan

“Jadi ceritakan apa yang membuat kamu cemas” lanjut Sandra

“ Bukan apa-apa. Tapi apa benar yang di katakan tuan muda Achazia banar? Apa dia memang dia...”suara Nandini terdengar semakin bergetar di setiap kalimatnya.

Sandra terdiam sejenak matanya seolah memperhatikan wajah Nandini dengan begitu lekat. “Ia, benar,” ucapnya “dia memang sudah memiliki anak dari wanita itu, dan aku sendiri sudah melihat mereka secara langsung. Apa kamu tahu mereka benar-benar sangat mirip dengan  Achazia waktu kecil" Sandra tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang begitu senang ketika menceritakan apa yang ia lihat tadi kebagian Sandra seolah naik ke matanya dan semua orang bias melihat kebahagiaan itu dari matanya.

Tapi di saat yang Nandini hanya bisa meremas seprei di tangannya secara sembunyi-sembunyi sehingga Sandra tidak bisa melihat apa yang saat ini Nandini lakukan.

Saat Nandini berpikir mimpinya sudah hancur karena kehadiran anak yang entah wanita mana yang sudah mendahuluinya memberikan pewaris pada keluarga ini

“Tapi, sayang ya wanita itu sama sekali tidak mau memberikan anak-anaknya pada kita" seolah kata-kata Sandra memberikan harapan pada mimpi yang hampir hancur tiba-tiba utuh kembali.

“Jadi wanita itu tidak mau dia atau anak-anaknya di akui oleh keluarga ini. Dan itu artinya aku masih punya kesempatan “hati Nandini saat ini sedang  bersorak dengan riang ketika pemikiran itu muncul di dalam benaknya.

“Tapi, bukankah jauh lebih baik mereka berdua bersama dengan kita? Mendengar dari apa yang tante ceritakan kelihatannya  orang-orang yang ada di sana semuanya sangat kasar dan terlihat tidak baik. Lingkungan seperti itu bukannya tidak baik untuk tumbuh kembang anak-anak" ucap Nandini “apa tante tidak merasa kasihan kalau mereka harus tinggal di tempat yang seperti itu.  Setidaknya sebagai salah satu garis keturunan keluarga yang sangat terpandang seperti ini. Pendidikan dan juga karakter adalah yang utama” Nandini mengungkapkan gagasannya yang seolah-olah memperlihatkan kepeduliannya.

“Melihatmu yang seperti ini. Kenapa aku merasa menyesal karena tidak memperkenalkan kalian lebih awal. Lihatlah dirimu bukan hanya cantik kau juga sangat pengertian dan baik hati" Sandra mengusap kepala Nandini dengan sangat lembut

Kejadian 1 jam yang lalu

Setelah kedatangan Sandra. Julian yang merasa situasi akan semakin tidak menentu. Meminta para karyawan lain untuk membawa anak-anak itu ke lantai dua. Sehingga di ruangan itu hanya menyisakan 5 orang saja. Di samping Vannya ada Marcel dan Julian yang siap melindungi Vannya jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

“ seperti yang kamu minta. Jadi katakan saja apa tujuanmu dengan datang tiba-tiba datang dan merusak acara kami dengan omong kosong Anda" Julian membuka pembicaraan setelah cukup lama mereka semua duduk dan  menerka-nerka tujuan dari pria dan wanita yang saat ini ada di depan mereka saat ini.

“Bukannya tadi anakku sudah mengatakan kedatangan kami tentu ingin membawa kedua cucuku Raja dan Kaisar untuk tinggal bersama dengan kami....” Sandra menujukan tatapan ke tidak sukaannya dengan sikap yang di tunjukkan Julian yang menurutnya terlalu sombong untuk orang biasa seperti dia

“membawa mereka,” Julian bersandar di sandaran kursi sambil melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya sesaat untuk menghembuskan nafas kasar sebelum  kembali melihat lawan bicaranya. Bahkan Julian dengan terang-terangan memperlihatkan tatapan jijik pada kedua orang itu sebelum dia membuka mulutnya untuk bicara lagi" jangan pernah bermimpi. Membawa mereka, kalian itu bagi mereka hanya orang asing yang tiba-tiba datang” kali ini tatapan Julian kini beralih pada Achazia yang ada di samping Sandra “dan untukmu! Hidup keponakanku dan juga  kakakku semuanya  baik-baik saja, apa kau tahu itu. Dan semua berjalan dengan damai itu juga tapamu. Lalau sekarang kau datang kemari dengan cara berbohong? Untuk apa? Membaut kami simpati? Lalu bermurah hati? “ Julian memalingkan mukanya sekilas dan kembali menatap Achazia sekali lagi“ sayangnya itu berhasil. Kakakku yang lugu ini sayangnya tertipu olehmu dan masih baik hati padamu bahkan pada saat dia tahu kau sudah memboyongnya “ kali ini Julian benar-banar marah bahkan pemuda itu berteriak dan menggebrak meja untuk melampiaskan amarahnya.  Hal itu membuat Vannya terkejut. Karena ini pertama kalinya melihat Julian benar-benar marah pada seseorang.

Sayangnya kemarahan Julian tidak mendapatkan respons dari Achazia. Pria itu masih setenang sebelumnya seolah kerahan Julian  bagaikan embusan angin yang melintas sesaat

“ kau pikir dengan adanya hasil tes DNA itu akan membuatmu bisa mengambil keponakanku dari ibunya?” kali ini jari  Julian diarahkannya tepat di depan wajah Achazia. Yang membuat Sandra langsung bereaksi atas tindakan Julian itu degan cara memipis jari yang Julian arahkan pada putranya dengan ekspresi marah yang ia tunjukkan untuk Julian, Vannya dan juga Marcel

“Kurang ajar sekali kamu" Sandra marah pada Julian .”selain kamu miskin ternyata kalian tidak punya etika. Apa ini yang di ajarkan wanita itu padamu saat bicara dengan orang yang lebih tinggi statusnya daripada kalian" kalimat itu Sandra  secara tidak langsung di maksudkan untuk Vannya

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang