Adimas, Samuel dan Damar

2.3K 114 2
                                    

Damar masih memandang kepergian Kesi, ia menghardik dirinya sendiri, sudah berapa tahun berjalan dan ia belum bisa move on. Kenapa? Kenapa ia sulit untuk berpindah hati? Damar pernah mencoba mendekati wanita anehnya ia tidak merasakan getaran yang pernah ia rasakan dulu saat bersama Kesi.

Kesal, Damar berjalan keluar ballroom menuju parkiran dan mobil kesayangannya, ia membuka dashboard dan mengambil rokok beserta pemantiknya, ia butuh pelarian.

Damar masih bersandar pada kap mobil, menghisap nikotin sebanyak yang ia bisa tidak peduli paru-parunua terasa sesak. Damar menegakan badan saat meluhat seseorang yang ia tau berjalan kearahnya dengan tergesa melewatinya begitu saja tanpa melirik sekalipun.

"Aku segera kesana sayang, tahan sebentar, aku pulang sekarang."

Sedikit percakapan yang menyentil hati Damar.

itu bukannya Adimas?

Damar masih memandangi lelaki itu, matanya mengedar mencari sosok Kesi, mungkin Adimas sedang menelpon dengan Kesi, tapi saat lagi-lagi Adimas melewatinya dengan mobil silvernya tidak ada sosok Kesi Di jok penumpangnya.

Membuat Damar berinisiatif untuk segera mematikan rokoknya dan berjalan menuju kedalam Ballroom.

°°°

Sungguh kaki Kesi rasanya pegal, belum lagi rasa mual yang benar-benar melanda, beberapa kali Kesi menelepon Adimas namun selalu sibuk, Kesi mengurut ulu hati yang mendadak perih, membuat wajahnya memucat dan bulir keringat mengalir di sekitar dahinya.

"Kesi?"

"Pak Samuel?"

"Kamu gak apa-apa Kes?" Samuel memegang pundak dan tangan, "kamu pucat sekali."

Kesi meringis, tak nyaman dengan tindakan Samuel, entah mengapa Kesi begitu takut pada Samuel, menurut Kesi tatapan lelaki itu begitu nakal.

"Kamu biar saya antar pulang." Perintah Samuel yang otomatis mendapat gelengan kepala dari Kesi.

"Kes!" Damar datang, membuat Kesi tersenyum kearahnya, berharap Damar bisa membantu Kesi saat ini. sialan Adimas, kemana perginya lelaki itu? Nanti Kesi pasti akan buat pelajaran untuk dia.

"Damar." Kesi menggerakkan pundaknya, berharap Samuel melepaskan tangannya pada pundak Kesi yang terbuka.

Damar menatap Kesi yang terlihat jengah, juga tangan lelaki disamping Kesi yang seenaknya saja memegang pundak terbuka Kesi.

"Ayok pulang sekarang." Damar menarik Kesi. Membuat pegangan Samuel terlepas dan Kesi sudah berada disampingnya, Kesi bisa merasakan genggaman tangan Damar begitu erat.

"Maaf bapak siapa?"

Samuel tersebut jumawa, merasa tidak suka dengan kehadiran Damar, "Saya atasannya di kantor, anda siapa?"

"Saya Damar, pacar Kesi." Jawab Damar membuat Kesi menoleh kearahnya, namun Damar tetap menatap kedepan.

"Oh, setahu saya Kesi itu Jomblo loh." Samuel malah terkekeh, jelas sekali kilat peperangan menyembur dimatanya.

"Sudah Mas, ayo kita pulang aku capek." Rengek Kesi membuat kedua lelaki itu terkejut, Damar yang merindukan kemanjaan Kesi dan Samuel yang baru kali ini melihat Kesi merengek.

"Ayo sayang. Kami Duluan pak." Pamit Damar masih dalam norma kesopanan.

"Saya duluan pak." Pamit Kesi.

"Oh ya, perkenalkan saya Damar Megantara." Ucap Damar lalu berlalu tanpa memperdulikan balasan Samuel.

"Wow, Megantara! Kesi engga main-main pilihin gue saingan." Gumam Samuel menatap kepergian Kesi dengan sedih.

"Loh itu Kak Damar kan?" Tanya Nasya pada Kinan, mereka berdua saling pandang lalu tersenyum bersama melihat Damar menggandeng wanita menuju luar ballroom.

°°°


Pegangan Damar dan Kesi terlepas saat mereka menginjak taman belakang, Kesi mengusap pundaknya kasar, ia merasa jijik dengan tingkah Samuel barusan, tiba-tiba perutnya begitu mual membuat Kesi berlari menuju selokan terdekat.


Uekk....


Uekk....


Kesi memuntahkan isi perutnya, mencengkram clutchnya erat, setelah dirasa mualnya berkurang, ia segera mengambil tissue lalu mengelap bibirnya.

Damar tidak bergerak, ia tak ingin membuat Kesi tidak nyaman. karena sepertinya perbuatan Samuel membuat Kesi begitu, Damar masih begitu ingat ekspresi-ekspresi yang sering Kesi kuarkan.

Kesi membuka ponselnya, kembali menelpon Adimas yang terus berada diluar jangkauan, akhirnya Kesi menangis satu tangannya memegang ponsel, satu tangannya lagi mengisap kasar air matanya dan sesekali mengusap punggungnya. Demi tuhan tidak pernah ada yang menyentuh dirinya secara intim kecuali Adimas dan Damar mungkin? Namun itu dulu sepuluh tahun lalu juga orang-orang yang bermaksud jahat padanya. Dan Samuel menjadi daftar orang yang bermaksud jahat versi Kesi.

"Adimas mana sih?" Keluh Kesi yang bisa didengar oleh Damar, membuat Damar memejamkan matanya, perih.

Damar beranjak, memasukan kedua tangannya dalam saku celana, bukan tanpa alasan Damar hanya tak ingin ia dengan lancang menyentuh Kesi.

"Maaf Kes, aku lihat pacar kamu tadi pulang sambil teleponan."


Kesi menoleh pada Damar, benarkah? Setega itu kah Adimas? Apakah Adimas lupa bahwa ia pergi bersama Kesi dan Kesi tidak tahu tempat apa ini?


Kesal, Kesi menghentakkan kaki lalu menendang batu. Dasar bego! Lupakah dia jika saat ini Kesi menggunakan heals runcing? Membuat Kesi kehilangan keseimbangannya dan nyaris tersungkur jika saja Damar tidak segera menangkapnya.

Kedua mata itu bertemu, mata orang-orang yang saling merindu, cukup lama Damar dan Kesi berada diposisi seperti ini. Damar menarik Kesi untuk bangkit dan melepaskan pelukannya.

Inilah yang Kesi sukai dari Damar, ia tidak pernah melakukan sontak fisik berlebihan. Mereka sama-sama diam, andai saat ini terang benderang Damar pasti sudah melihat wajah Kesi yang Semerah tomat.

Diujung sana, Samuel melihat Kesi bersama Damar, benarkah mereka berpacaran? Lalu bagaimana dengan Adimas? Sosok yang sering menghancurkan momen dirinya dengan Kesi. Kalau begitu saingan dirinya begitu berat saja selain Adimas ada sosok Damar yang jelas-jelas harus diperhitungkan.

°°°

MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang