Berulang kali Adimas meremas kasar rambutnya, sudah hari ke empat pasca Lala keluar dari rumah sakit wanita itu menjalankan aksi diam. Membuat Adimas kesulitan untuk menjelaskan duduk permasalahannya, ditambah Lala hanya mempercayai apa yang diucapkan Damar.
Bahwa selama ini Adimas membohonginya, Adimas menipunya dan Adimas selingkuh dengan mahkluk bernama Kesi.
"Ma.." baru saja kata itu yang Adimas ucapkan Lala sudah beranjak pergi meninggalkan Adimas yang terkejut karena suara pintu yang tertutup keras.
Adimas mengusap wajahnya kasar, Adimas sangat takut kejadian ini mempengaruhi kehamilan Lala, apakah Adimas harus berterus terang?
°
Kesi menatap Lala kaku, saat Lala berada didepan unit apartemennya, wanita dengan perut yang membesar itu terlihat mengusap kasar air matanya.
Perlahan Kesi berjalan menuju Lala sambil meremas tangannya yang terasa berkeringat, "Lala?"
Lala menoleh lalu langsung memeluk Kesi, membuat Kesi balas memeluknya dan mengajak wanita itu masuk kedalam apartemennya. Kesi menuntun Lala duduk di sofa, ia segera mengambilkan segelas air putih agar wanita itu tenang.
"Ri.. Mas Adimas ternyata selingkuh selama ini."
Kesi menegang, tiba-tiba saja berkeringat, ada sesak yang jelas-jelas menghantam dadanya, Lala salah paham terlalu dalam.
°
Damar menatap dengan tidak percaya Pada Kesi yang baru saja melambai pada seorang wanita hamil yang diantarkan menaiki sebuah mobil. Wajah gadis itu terlihat tidak begitu enak.
"Mereka kenal?" Tanya Damar pada dirinya sendiri.
Damar membenturkan kepalanya pada setir, merasa bingung dengan apa yang terjadi pada Kesi.
"Ternyata gue masih sepeduli ini Kes!"
Damar segera melompat dari mobilnya, berjalan menyusul Kesi yang ternyata sudah menaiki lift menuju unitnya.
°
Setelah kepulangan Lala, Kesi masih juga tidak tenang satu sisi ia tidak ingin Lala salah paham dan disisi lain ia tidak ingin semua rahasia yang sudah lebih dari satu dekade ia sembunyikan terbongkar begitu saja.
"Bisa jelasin Kes, kenapa istri Adimas bisa sama-sama kamu?"
Kesi menoleh saat ia baru saja akan membuka pintu sebuah suara mengejutkannya, tiba-tiba saja air mata Kesi menggenang Damar kembali memanggilnya dengan sebutan 'kamu' tidak seperti saat itu.
"Kes.."
"Tolong berhenti Dam." Kesi berucap sambil membenturkan diri pada tembok, bersandar pada tembok sambil menunduk, bahunya bergetar menandakan bahwa dirinya tidak baik-baik saja.
Damar menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu menarik Kesi memasuki apartemennya. Kesi hanya menuruti.
"Kes, apa maksud aku harus berhenti?"
Kesi mengusap air matanya kasar, "pergi lagi Dam, menghilang lagi!jangan lagi ada dilingkarkan hidup gue." Mohon Kesi membuat jantung Damar seakan berhenti.
"Kamu begitu? Kamu mau aku tidak pernah ada lagi?"
Kesi menunduk dalam, hati terkecilnya mengatakan ia masih mencintai Damar, ia begitu mencintai Damar.
"Kamu pengen aku hilang dari kehidupan kamu Kes?" Tanya Damar putus asa dan ini adalah kata-kata Damar yang paling menyayat hati Kesi.
Tanpa sadar Kesi menggeleng, Kesi sendiri tidak tahu apa yang sebenernya hatinya inginkan, gadis itu ingin semuanya kembali tenang, hanya ingin kembali hidup dengan normal bersama Adimas tanpa ada Damar yang mengombang ambingkan perasaannya.
"Kes, Lala.." tiba-tiba pintu terbuka dan Adimas berdiri disana. "Ngapain Lo disini?"
Damar menatap Adimas tidak suka, "Lo yang ngapain disini?"
Adimas berdecih ia maju lalu melayangkan satu tonjokan pada wajah Damar, "harusnya gue tonjok Lo dari dulu!"
"Adi udah!" Kesi menarik Adimas kasar tidak menginginkan perkelahian ini terjadi.
"Laki-laki kayak dia perlu dikasih pelajaran Kes! Lo kok diem Mulu hah? Lo udah janjikan sama gue mau lupain dia? Mana janji Lo mana!" Bentak Adimas pada Kesi membuat Damar menarik Adimas dan nyaris melayangkan satu tonjokan namun Kesi keburu menahannya.
"Jangan Dam!"
"Dia udah bentak kamu dan aku gak suka."
"Semua emang salah aku Dam, udah!"
"Semua emang salah Lo Kes! Lo janji mau lupain dia tapi Lo masih aja Deket-deket dia! Lo tau hah? Lo buat gue bingung tau gak! Mau Lo apa!"
"Adi.." lirih Kesi, Kesi tidak dapat menyembunyikan kesedihannya sebab ini kali pertama Adimas berkata tajam padanya.
"Apa? Lo masih mau buat semuanya runyam hah? Lo masih mau bertahan sama perasaan Lo yang gak jelas itu?"
Mata Kesi membelalak tak percaya Damar akan berkata sekejam itu, "Adi.." lirih Kesi membuat Adimas tersadar dan menarik Kesi kedalam pelukannya.
"Sadar Kes, dia sudah beristri." Ujar Damar pelan, namun bisa membuat Pelukan Lala dan Adimas mengendur.
"Terus kalau gue udah punya istri kenapa hah?" Tantang Adimas sambil merangkul Kesi.
"Lo brengsek!"
Adimas malah tertawa sumbang, "gue brengsek? Gue gak sebrengsek keluarga Lo!"
"Maksud Lo?" Tanya Damar tak mengerti.
Adimas meringis karena Kesi mencubit punggungnya mencoba memperingati. Damar benar-benar tidak mengerti, hatinya kali ini diliputi penuh kekecewaan terlebih saat Adimas mengajukan pertanyaan.
"Tuan Damar Megantara sekarang elo boleh tanya Kesi, dia lebih milih gue apa elo?"
°
Kira-kira Kesi milih siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
عاطفيةDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?