Kesialan ini begitu menyiksa Kesi, setelah mendengar perkataan Lala bahwa ia adalah sepupu Adimas, Damar berlalu begitu saja meninggalkan dirinya tangan Damar menarik Lala menggenggam tangan gadis lain dihadapannya.
Hal itu membuat Kesi tidak bisa membendung air matanya, lebih sialannya lagi justru kakinya yang mengikuti jejak Damar, berlari agar tidak tertinggal. Melupakan Lala yang melongo melihat kejadian dihadapannya, untungnya wanita hamil itu bertindak cepat dengan menelpon suaminya Adimas.
"Damar!" Panggil Kesi.
Damar meneruskan langkahnya, mengabaikan Kesi yang terus berlari dibelakangnya.
"Damar!" Panggil Kesi lagi, kali ini Damar sudah sampai didepan mobil kantornya. "Ras, gue cuti hari ini tolong hendle kerjaan gue."
Raras hendak menjawab namun damar terlanjut membuka pintu dan mendorong Raras masuk, "pak kembali ke kantor saja."
Supir mengangguk dan berjalan meninggalkan Damar tidak peduli dengan larangan Raras untuk tetap diam ditempat.
"Damar.." panggil Kesi lirih.
Damar berbalik lalu menatap Kesi dengan kekecewaan, ntahlah rasa apa yang kini lelaki itu rasakan, namun satu yang bercokol difokirannya. "Kenapa Kesi mengejarnya."
Kesi menunduk merasa takut untuk melangkah, apakah Damar barus mengetahui semuanya sekarang? Tapi Kesi merasa ia tidak akan pernah siap.
Damar memandang Kesi lelah, ia memilih masuk kedalam mobilnya, sedang Kesi masih berdiri dihadapan mobilnya. Sesungguhnya ada dua pilihan Damar untuk bisa pergi dari sana.
Pertama, memundurkan mobilnya Lalu meninggalkan Kesi sendirian. Kedua, menabrak Kesi lalu kabur dari sana.
Damar memukul kepala sendiri, kedua pilihan itu sama-sama tidak baik bagi hati Damar. Akhirnya Damar memilih untuk menarik Kesi masuk kedalam mobilnya, sepertinya mereka berdua membutuhkan tempat yang lebih tenang untuk menjernihkan pikiran.
Raras memandang itu semua dengan air mata yang menggenang ia cukup paham betapa spesialnya sosok wanita bernama Kesi karena Kesi adalah wanita asing pertama yang bisa duduk disebelah kemudi Damar. Ya, Raras memang tidak benar-benar pergi. Justru ia menunggu Damar melintas dan kejadian yang baru saja ia lihat membuat Kesi masuk kedalam daftar orang yang begitu ia benci.
°
Kali ini Kesi tidak bisa lari, ia sudah terlanjur melemparkan umpan pada seorang singa lapar, ya lapar akan informasi.
Damar sudah duduk sejak sepuluh menit lalu dihadapannya, bahkan dia sudah menggunakan kaos polos dan celana pendeknya. Oh ya kali ini mereka sedang berada di rumah Damar.
Kesi melirik Damar yang masih meliriknya, "Apa yang kamu denger itu memang betul." jujur Kesi.
"Maksudnya?" Kali ini Damar duduk tegap, siap mendengarkan apapun ucapan Kesi.
"Adimas itu sepupu aku, anak adik Papa."
Damar menyipitkan matanya, menatap Kesi begitu dalam, ia benar-benar kecewa. Kesi begitu tega membohongi dirinya.
"Maaf, aku selama ini bohong."
Damar menunduk, matanya mendadak memanas, diawal perpisahannya dengan Kesi damar begitu membenci sekaligus mencintai gadis itu. Damar bahkan pernah mengucapkan sumpah serapah bahwa Kesi yang saat itu menyelingkuhinya mendapatkan karma dan dia tidak pernah bahagia.
"Apa alasannya Kes?"
Kesi menatap Damar lalu menggeleng, sedang Damar masih menunduk. Biarlah untuk alasannya ini ia akan pendam sendirian.
"Apa Kes?" Tanya Damar dengan penuh penekanan.
"Gak ada, aku cuma merasa bosen aja waktu itu."
"Bosen?" Damar lalu bangkit dan duduk disebelah Kesi.
"Alasan kamu terlalu klasik sayang." Ucap Damar sambil menatap Kesi dengan suara yang rendah dan Kesi menjadi siaga, ini bukan Damar yang ia kenal ini bukan Damarnya.
"Bisa kamu kasih alasan lain? Hmm?" Kini wajahnya dan wajah Kesi sudah begitu dekat membuat Kesi ketakutan dibuatnya ia terus menunduk, ini bukan Damar yanh selama ini Kesi kenal.
"Damar.." Panggil Kesi lirih bahkan kini Kesi sudah mencengkram kaos yang Damar kenakan.
"Apa?" Tanya Damar dengan suara yang terdengar begitu aneh.
Begitu suara itu sampai ditelinga Kesi, Kesi memilih menatap Damar yang justru membuat gadis itu terkejut. Saat ini Damar sedang menatapnya dengan mata memerah dan menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Kesi Andriani aku benar-benar mencintai kamu, bahkan rasanya waktu aja gak bisa buat otak aku lupa sama kamu."
Kesi menggigit bibir bawahnya, lalu ia memeluk leher Damar menyembunyikan kepalanya di leher lelaki itu.
"Aku juga Dam, aku juga!" Ucap Kesi pelan namun Damar dengan jelas mendengarnya.
Seolah semua bebannya terlepas, suara Kesi terasa mengalun indah, raga Damar begitu ringan dan hatinya begitu tenang. Diraihnya Kesi dalan gendongannya ia mendudukan Kesi dipahamya kalau dipeluknya Kesi layaknya bayi dalam pelukan.
"Aku juga sama, sepuluh tahun begitu menyiksa bagiku Dam."
Damar menegang, ia teringat akan sumpah serapah yang pernah ia ucapkan, "maafin aku, maaf!" Ucap Damar sambil menciumi puncak kepala Kesi.
Kesi semakin memeluk damar erat, pun dengan Damar, dipeluknya Kesi dengan segenap cinta yang ia miliki.
apakah kalian percaya cinta pertama akan bertahan sampai akhir hayat? Ya Damar percaya itu bahwa sampai saat ini Damar selalu percaya bahwa Kesi yang merupakan cinta pertama Damar adalah cintanya.
-
Rela Selesai?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
Lãng mạnDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?