Bayi Perempuan

1.4K 58 6
                                    

Wajah Damar merah padam saat dirinya diseret dengan tidak berkeprimanusiaan oleh Adimas, setelah Adimas menemukan ayah baru tersebut malah duduk lesu didepan ruang bersalin bukan buru-buru menemui sang istri.

"Laki Lo tuh Kes, malah lesehan sambil nangis-nangis depan ruang bersalin." Adu Adimas sambil melepaskan cekalannya pada Damar.

Lagi Damar hanya mendengus lalu segera menghampiri Kesi, "Sayang.."

Kesi tersenyum lemas, lahiran normal yang baru saja selesai masih memberikan efek lemas pada tubuhnya.


"Aku belum ketemu sama anak kita." Ucap Kesi.


"Aku juga belum." Jawab Damar sambil menciumi Kesi.


"Kayaknya gue keluar dulu deh." Adimas yang melihat tanda-tanda kebucinan segera keluar ruangan disusul Lala. Meninggalkan kedua sejoli yang tengah berbahagia.


Damar hanya terkekeh lalu kembali menciumi Kesi. "Kata Lala, bayi kita cantik."


Deg...


Senyum Damar tiba-tiba luntur seketika, benarkan? Anaknya seorang perempuan? Anak pertamanya perempuan?


Kesi yang masih dirundung rasa bahagia tidak mampu menangkap ekspresi Damar yang langsung mendung.


Damar meremas ujung ranjang Kesi, kenapa? Kenapa harus anak perempuan? Damar tidak siap bahkan tidak akan pernah siap. Tapi Damar menguatkan tekad agar ia mampu mencintai, mencintai putri kecilnya yang harus ia jaga.


Tok...

Tok...


Damar dan Kesi menoleh pada pintu, setelah mempersilahkan masuk seorang perawat datang dengan kereta bayi, mengambil bayi mungil itu lalu memberikannya pada Kesi dengan hati-hati.


"Selamat pak Damar dan Bu Kesi." Ucap suster.


"Terima kasih sus." Kesi langsung saja menciumi bayinya.


"Saya tinggal bu." Pamit suster yang langsung keluar kamar.


Saat ini Damar hanya menunduk, menghindari menatap bayi mungil itu, menghindari menatap darah dagingnya sendiri.


"Papa.. tebak aku mirip siapa?" Tanya Kesi dengan begitu bahagia.

Perlahan Damar mengangkat wajahnya, berharap saat mata mereka bertemu, rasa cinta itu dapat tumbuh dalam diri Damar.


Deg...

Perasaan Damar tiba-tiba kacau, bayi mungil itu benar-benar mirip dirinya, harusnya Damar begitu bahagia bukan? Harusnya Damar langsung mencintai bayi itu kan? Tapi setelah Damar menatap bayi lucu itu. Hatinya sama sekali tidak bergetar. Entah sampai kapan Damar akan bisa menerima bayi itu atau bahkan tidak akan pernah bisa.


°°°




MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang