Khusus untuk malam ini Damar bisa tidur nyenyak, setelah dua hari kemarin dirinya tidak bisa terpejam kecuali saat dalam mobil dia baru memejamkan matanya. Pesta pernikahannya impiannya berjalan sangat lancar, membuat Damar menjadi geli sendiri dibuatnya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah pesan yang membuat dia mengurut pelipisnya.
From : Adimas
Damar,
Kesi sekarang sendirian
Gue harus pulang,
Anak gue sakit.
Tolong temani Kesi.
Karna gue gak percaya siapapun
Selain Lo.Damar tersenyum tipis, sejak kejadian itu ia tidak bertemu Kesi, tidak melihat keadaan Kesi dan tidak menanyakan keadaan wanita itu, Damar tertawa sumbang saat menyebut gadisnya adalah wanita.
Secepat kilat Damar menyambar kotak titipan mamanya juga kunci mobilnya lalu berjalan menuju pintu keluar rumah.
Aku akan selalu datang, Kes!
°
Damar sampai diapartemen milik Kesi, lalu memasukan password tepat tanggal ulang tahun Kesi sesuai dengan info yang Adimas berikan.
"Damar?"
Damar menoleh dan melihat ada Samuel disana, berdiri dengan wajah kantuknya. "Ada perlu apa kemari?"
"Tadi Adimas minta tolong cek keadaan Kesi, pintunya masih terkunci apa enggak."
"Tahu password-nya?"
"Tugas gue cuma cek pintu bukan buat lihat keadaan Kesi." Jawab Samuel mengangkat bahunya dan saat melihat ekspresi mengusir dari Damar, Samuel tersenyum lalu menepuk punggung Damar.
"Gue mundur." Ucap Samuel lalu berlalu, membuat Damar tersenyum miring.
Karna dia udah gak perawan kan?
Akhirnya Damar masuk dan menemukan ruangan yang benar-benar sepi, Damar pikir ia akan mendengar suara tangis frustrasi Kesi tapi nyatanya tidak. Jadi Damar beranggapan bahwa Kesi telah tidur.
Damar berjalan kembali menuju Kamar sesaat setelah menyimpan kotak diruang tengah, ia membuka pintu kamar. Seperti ada gada besar yang menghantam dadanya ia melihat Kesi menatapnya dengan tatapan kosong dalam posisi duduk. Tidak ada sembab diwajah gadis itu dan ini yang justru Damar takutkan.
"Kesi..." Panggil Damar hati-hati.
Kesi tidak menjawabnya, hanya terus menatap Damar.
"Kes.." Damar sudah ada dihadapan Kesi ia tersenyum sambil membenarkan anak rambut gadis itu, "apakabar? Maaf ya aku baru kesini lagi."
Damar kembali tersenyum saat melihat respon Kesi, walau hanya nafasnya yang semakin memburu.
"Aku kaget liat kamu, kamu kok kurusan?" Tanya Damar lagi. "Gak apa-apa kamu tetep cantik buat aku kok, mau kamu kurus atau berisi."
Damar terkekeh lalu duduk bersila dihadapan Kesi, persis seperti ya g gadis itu lakukan, saat berpindah posisi duduk Damar sempat melirik makanan yang masih utuh membuat dirinya menatap Kesi kembali.
Damar mengambil tangan Kesi lalu menggengam ya erat, "Bibir kamu kering banget ya? Mau minum?"
Kesi masih diam menatap Damar, namun Damar bisa melihat pancaran kesedihan dari matanya, mata Kesi sudah tidak kosong lagi.
"Kamu inget gak? Kayaknya aku yang lupa waktunya tapi aku inget kejadiannya." Damar terkekeh sebentar sebelum berdehem, "waktu kita pacaran dulu kamu pernah sakit, terus aku sok-sokan masakin kamu, eh kamu malah muntah setelah makan masakan aku. Kamu tau gak aku waktu itu malu banget."
Kesi masih saja diam.
"Tapi selama kita berpisah aku pernah belajar masak loh, masak telor sama sayur sop. Mau coba?"
Tawar Damar, meski tak kunjung mendapatkan respon Damar tetap bersabar, "gak mau ya? Aku emang separah itu sih Kes dalam urusan Dapur, sumpah masih enakan telor bikinan kamu dibandingkan masakan chef irnild sekalipun."
Damar menghela nafas, ia mengusap punggung tangan Kesi lembut, memberikan kehangatan pada Kesi dan memberikan pesan tersirat bahwa Kesi tidak sendirian.
"Aku kangen masakan kamu Kes, seandainya aja kamu mau masakin aku. Tapi gak harus sekarang kok, aku tau kamu lagi capek banget." Ucap Damar dengan menekan kata capek.
Kesi mengerjapkan matanya beberapa kali, seakan menyadari sesuatu.
"Gak apa-apa kalau kamu sekarang ngerasa capek, aku janji kedepannya kamu gak akan capek-capek lagi kecuali capek ngurusin anak-anak kita."
Kali ini mata Kesi meredup, bibirnya bergerak.
"Dam.. Damar.." panggil Kesi terbata dengan suara lemah.
"Iya sayang?" Jawab Damar dengan kelegaan luar biasa.
°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
RomanceDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?