Aku rindu komentar kalian, Hikhiks
Aku juga rindu Damar! 😦°°°
"Lo jahat banget Adi! Nyaris aja Samuel ngapa-ngapain gue!"
Damar menoleh pada Kesi, gadis itu sedang berteriak frustrasi pada Adimas melalui sambungan telepon.
"Seenggaknya Lo bilang sama gue, gue jadi gak nungguin dan nyariin Lo!"
"...."
"Gue takut banget tadi Di." Suara Kesi melemah, "Samuel berani pegang pundak gue."
"..."
"Semua itu gak akan terjadi kalau Lo ajak gue balik!" Suara Kesi meninggi lagi.
"..."
"Gue balik sama Damar, puas lo?!"
"..."
"Ngapain Lo mau ngomong sama dia segala hah? Gue yakin dia bakalan anterin gue dengan selamat!"
Kesi mematikan ponselnya, ia langsung menghadapkan diri melihat pemandangan lewat jendela sampingnya, Damar melirik Kesi lewat ujung matanya lalu tersenyum tipis.
Gue bakalan jaga kepercayaan Lo, Kes.
°°°
Selama perjalanan, tidak sekalipun Damar mengajak bicara Kesi, cukup dengan lirikan mata untuk memastikan Kesi baik-baik saja. ya.. Damar tidak ingin Kesi semakin kesal, cukup menghirup aroma Kesi dari jarak sedekat ini saja bisa membuat Damar begitu bahagia.
Sesampainya di apartemen Kesi, Damar menoleh lalu seketika panik saat Kesi memegang perutnya, kini keringat sudah membanjiri kening gadis itu.
"Kesi.. kamu gak apa-apa?" Damar memegang Kening Kesi lalu mengelap dengan tisue.
"Aku ga apa-apa, makasih ya." Kesi hendak bangkit namun Damar tidak Setega itu melihat Kesi begini, ia mengambil jaket dikursi belakang lalu menyampaikannya dipundak Kesi. Ia keluar mobil dan memutar.
"Ayo, aku antar sampai atas." Ucap Damar sesaat setelah membuka pintu mobil penumpang.
Kesi melihat wajah Damar, bergantian dengan tangan Damar yang terulur. Membuat Kesi menerima uluran tangan itu. Sialan penyakitnya kambuh disaat seperti ini.
Kesi berjalan memasuki lobby apartemen dibantu oleh Damar, satu tangan lelaki itu memegang tangan kesi dan satunya lagi memegang pinggang Kesi.
"Jadi betul sainganku bertambah lagi?" Tanya Samuel lebih kepada dirinya sendiri karena ia membuntuti Kesi sedari tadi.
°°°
Pintu apartemen Kesi terbuka lebar, perlahan Damar menuntun Kesi. Langsung menuju kamarnya, membuat Kesi terduduk dikasurnya yang empuk. Gadis itu masih memejamkan matanya, menahan sakit karena bulir keringat masih membanjiri kening Kesi.
Damar berjongkok didepan Kesi, masih dalam mode diam sambil mengusap pelan kening gadis itu. "Kita ke dokter aja ya?"
Kesi menggeleng lalu mulai menangis, sakitnya kini sudah terasa menusuk punggungnya. Kepalanya juga sangat pusing.
"Aku panggil dokter kalau gitu?" Tawar Damar.
Lagi, Kesi menggeleng kali ini gadis itu meremas tangan Damar yang berada di pelipisnya dia menatap Damar.
"Damar gue boleh minta tolong? Ambilin air hangat? Gue juga pengen ganti baju."
Damar menganggukkan kepalanya, lalu berdiri dan menghilang dibalik pintu tak lupa menutup pintu untuk menjaga privasi gadis itu.
Desi meringis, ia berjalan pelan lalu mengambil baju tidur dari dalam lemari, berusaha lepas dari pakaian juga jejak Samuel yang masih terasa dipundaknya. Kesi memaksakan diri untuk mandi, mengusap kasar pundaknya yang dipegang oleh atasannya itu.
Air mata Kesi tiba-tiba menetes, kesinl tidak suka disentuh lawan jenis, ia takut sekali bahkan kejadian saat ia digoda oleh preman saja membuat Kesi bulak balik untuk mandi.
Tiba-tiba Kesi menghapus air matanya kasar, mengapa Kesi tidak merasa terancam saat Damar menuntunnya tadi? Bahkan damar memegang pinggangnya bukan? Apalagi Damar saat ini berada di ruangan yang sama dengannya membuat Kesi melemparkan botol sabun yang ia pegang menuju kaca, menimbulkan suara pecahan keras.
Tak lama pintu kamar mandi diketuk dengan tidak sabaran, membuat Kesi semakin melorot berjongkok sambil memeluk lutut dalam keadaan tanpa busana.
°°°
Setelah pengusiran secara halus yang Kesi lakukan, damar segera berjalan menuju dapur menanggalkan jasnya dan kemejanya lalu menyampirkannya dilengan sofa.
Damar mulai membuka satu persatu kitchen set yang berada dihadapannya, lalu ia mengerutkan kening saat tak menemukan satu butir stok beras. Ia hanya menemukan beberapa dus sereal juga biskuit.
Damar membuka kulkas, ia melihat stok buah dan sayuran yang melimpah, mendadak Damar cemas. Ia mengaitkan perubahan bentuk badan Kesi dengan kebiasannya.
Pertama, saat dirumah Kinan. Damar melihat Kesi muntah sesaat setelah makan bersama, apalagi makanan yang Kesi santap hanya sedikit.
Kedua, saat tadi dari sekian banyak makanan yang ada, Kesi hanya memilih puding dan lontong sate. Baginya ini adalah sesuatu yang ganjil dan Damar tidak suka itu.
Prangggg!
Damar terkejut dan langsung berlari menuju kamar Kesi, ia makin terkejut lagi saat melihat kamar Kesi yang kosong dan pintu kamar mandi tertutup rapat.
Membuat dirinya panik dan segera menggedor pintu kamar mandi dengan tidak sabaran, "Kesi! Buka Kes! Kamu gak apa-apa?"
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
RomanceDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?