"Maksud mas apa ya?" Tanya Lala pada Damar.
"Maaf mba, apa mbak tahu kalau lelaki disebelah mbak ini punya pacar?"
"Pacar?" Tanya Lala lalu wajahnya berubah haluan menjadi menatap Adimas.
"Damar, tolong Lo pergi sekarang juga." Adimas menatap Damar dengan tatapan mengiba.
"Sebentar, maksudnya dia apa Pa?" Kekeuh Lala.
"Dia cuma salah orang."
"Dia tau nama Papa!" Sentak Lala yang sudah kesal karena tak mendapatkan jawaban dari Adimas.
Adimas mengacak rambutnya merasa sial karena bertemu Damar. Damar sendiri sudah mengepalkan tangannya.
"Mas, maksud mas pacar suami saya apa ya?" Lala kini maju selangkah menuju Damar.
Damar menegang, "Su... Suami?"
Lala menggaruk tengkuknya, "iya mas."
Adimas maju selangkah lalu merangkul istrinya erat. "Papa gak kenal dia ma, ayo pulang aja!"
Adimas menuntun istrinya perlahan, mencoba menjauh dari sosok Damar yang benar-benar membahayakan dirinya.
"Lo mungkin gak kenal gue, tapi Lo kenal Kesi kan? Bukannya sepuluh hari lalu Lo nginep di apartemennya?"
Boom!!!!
Lala menghentikan langkah lalu berbalik menuju Damar, "maksud mas gimana?" Tanya Lala mengusap kasar air matanya.
"Maaf mbak sepuluh hari lalu saya memergoki Adimas nginep di apartemen Kesi, bahkan setahu saya mereka sudah berpacaran lebih dari sepuluh tahun lalu."
Tiba-tiba saja Lala memegang perutnya yang serasa bergejolak, sepuluh tahun? Bahkan pernihakan mereka saja baru memginjak tahun ketiga sebelum satu setengah tahun lamanya berpacaran, apakah itu artinya selama ini Adimas membohonginya.
"Jangan percaya dia Ma!" Sentak Adimas salah tingkah yang terasa semakin ganjil dihadapan Lala.
Lala menangis tersedu sambil bersandar pada mobil mereka, sementara Damar merasa bersalah tapi Adimas memang sebrengsek itu kan?
"Lo gak tau apa-apa! Dan lo ga berhak ngomong gitu sama istri gue!" Adimas maju lalu menarik kerah Damar, membuat Damar mendaratkan satu tonjokan tepat dipelipis lelaki itu.
"Brengsek!" Adimas hendak membalas namun teriakan Raras membuat tubuh Adimas tegang seketika.
"Pak, Istrinya pingsan!" Teriak Raras yang sudah menopang Lala.
Adimas memucat, ia segera menggendong istrinya da memasukannya ke Mobil, setelah istrinya duduk dengan nyaman disana, Adimas menghampiri Damar.
"Kalau terjadi apa-apa sama istri gue, Lo orang pertama yang gue cari! Dan jangan harap Kesi bisa maafin Lo!"
Adimas berdecih dan masuk kedalam mobilnya, Damar tidak beranjak, apa rencana busuk yang sudah Adimas rencanakan agar Kesi tidak memaafkan nya?
Tinnnnnnn!!!!
Suara klakson dan mobil yang melaju kencang nyaris mencelakai Damar jika Raras tidak menariknya, entah mengapa Damar merasakan ketakutan itu sekarang.
°
Kini Damar berada didepan apartemen Kesi setelah meninggalkan Raras diparkiran dan memilih menaiki ojol motor menuju tempat dimana ia berada.
Kesi harus segera tahu, ia tak ingin Kesi dibohongi lebih lama lagi oleh lelaki itu, Adimas.
Pintu terbuka dan menampilkan Kesi yang sedang menangis, ia terkejut melihat Damar namun secepat kilat ia menarik Damar kedalam apartemennya.
Plakkk!
Satu tamparan bersarang dipipi Damar, Kesi terlihat sangat marah sekarang.
"Bisa gak Lo gak usah ikut campur sama kehidupan gue!" Bentak Kesi frustrasi.
Gadis itu kini menunduk memegang sofa, Damar sendiri masih dalam tahap keterkejutannya. Sebab Kesi menangis disana.
"Kes, Adimas..."
Kesi menegakan badan menatap Damar begitu marah, "gara-gara Lo Adimas marah sama gue, apa yang Lo lakuin sampai dia marah kayak gitu hah?"
Damar menatap Kesi tidak percaya, Adimas memfitnahnya.
"Kees, Cowok Lo itu selingkuh! Dia udah nikah dan istrinya itu hamil besar."
"Tau apa Lo tentang dia hah! Tau apa!" Maki Kesi.
Damar mengepalkan tangan, ia menarik Kesi dan memegang pundak gadis itu, "Buka mata Lo Kes! Selama ini Lo dimainin sama dia!"
Badan Kesi meluruh, ia terduduk sambil menutup wajahnya, "Lo jahat banget Dam, gue gak punya siapa-siapa lagi selain Adimas."
Damar menunduk melihat Kesi, tidak bisakah Kesi melihat dirinya sekali saja, Damar akan selalu ada untuk gadis itu padahal.
Damar menarik Kesi bangkit lalu memeluknya, memeluknya dengan ribuan rasa sakit yang ia rasakan, Kesinya sudah benar-benar tidak menganggapnya ada.
"Gue ada disini Kes, selalu."
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
RomanceDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?