Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.
°
Raras yang seharusnya dalam masa cuti karena masih dalam proses pingit datang ke kantor dengan amarah sampai diubun-ubunnya. Langkahnya lebar-lebar dan terlihat sangat judes pada karyawan yang menyapanya.
Ia melirik meja kerja yang biasa ia gunakan dan menemukan seorang pria disana, Raras tahu bahwa itu adalah Juna orang kepercayaan Damar. Wanita itu melewatinya begitu saja, namun sebelum wanita itu menarik knop pintu juna keburu menahannya.
"Anda tidak diperkenankan masuk."
Raras tertawa sinis, "saya calon istrinya saya bisa masuk menemui calon suami saya kan?"
Juna tersenyum lalu menggeleng tegas, "maaf siapapun tidak boleh masuk karena pak Damar tidak mau bertemu siapa-siapa!"
Amarah Raras semakin meningkat, ia mengabaikan Juna dan berusaha membuka pintu, "jangan sampai saya berbuat kekerasan untuk menahan anda ibu Raras!"
Juna sudah gemas, ia sudah tau seberapa bejatnya wanita dihadapannya ini.
"Kalau saya sudah jadi istri Damar, saya pecat kamu!" Ancamnya membuat Juna terkekeh.
"Oh iya?" Katanya pura-pura kaget.
Membuat Raras semakin marah saja, "Mas Damar! Keluar mas aku mau bicara!" Teriak Raras sebab Raras tahu Damar ada didalam sana.
"Mas Damar" teriaknya lagi.
"Lebih baik anda pulang saja Bu!" Ucap Juna lagi yang masih berdiri didepan pintu.
"Mas Damar, aku boleh masuk kan? Mas Damar!" Kali ini teriakan lebih keras namun Damar tidak menjawab.
"Mas Damar keluar!!!" Raras sudah gemas tidak mungkin Damar tidak mendengarnya.
"Mas--"
Pintu dibuka menampilkan Damar yang hanya memakai polo shirt saja, "mas Damar!" Panggil Raras.
Juna hanya memperagakan adegan ingin muntah lalu kembali ke tempat duduknya.
"Ngapain Lo buat ribut dikantor gue?" Tanya Damar dengan suara datar membuat Raras kebingungan.
"Mas aku ingin bicara!"
Damar berdecak lalu menginstruksikan Raras untuk masuk.
"Mas! Kenapa mas menghilang?"
Damar memilih duduk di sofa lalu menatap Raras tajam. Raras ikut duduk disofa dihadapan Damar. Nafasnya memburu menandakan bahwa Raras tidak dalam kondisi baik-baik saja.
"Mas jawab! Kenapa nama kita gak ada WO yang aku pilihkan? Mas punya pilihan sendiri?"
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku
RomanceDamar tidak pernah benar-benar membenci Kesi. Kesi tidak pernah benar-benar meninggalkan Damar. sepuluh tahun berlalu, saat takdir sedang bermain untuk mempertemukan mereka, apakah perasaan mereka masih sama?