Kesedihan Kesi

1.4K 75 13
                                    

Galau nih, kasih Kesi bahagia atau sedih dulu ya?

°

Sudah hari ketiga dan Kesi masih berdiam diri dalam appartemen, semua panggilan Desi ia abaikan, semua pesan Adimas yang sedang bersama Lala kerumahnya orang tua Lala di Surabaya pun ia abaikan. Apalagi kehadiran Samuel Kesi pasti menolaknya mentah-mentah.


Setelah memutuskan resign, Kesi hanya berdiam diri dirumah, memakan apa aja yang memang dia inginkan, meminum apa saja yang ia harapkan dulu. Kesi sudah tidak peduli toh pada kenyatannya cantik tidak lantas membuat dirinya bahagia.


Kesi sengaja menonton film kartun sepanjang hari dan apabila ia sudah mengantuk ia akan tertidur disofa dengan tv yang terus menyala, sebab Kesi merasa tidak kesepian.



Saat ini Kesi baru saja memakan empat dari setengah lusin donat yang ada dihadapannya merasa cukup segera Kesi memeluk keripik kentang didalam toples, film kartun terus berputar tapi tak sedetikpun tawa Kesi terlihat. Tidak ada juga satu tetes air mata yang menetes.

Adimas yang sudah didalam puncak kekhawatiran langsung begitu saja masuk tanpa mengucapkan salam dan mengangga melihat kondisi Kesi, dirinya meninggalkan Kesi tiga hari dan Kesi sudah berubah drastis, pipinya sedikit berisi dan badannya tidak terlalu kurus.


Adimas tersenyum miris, ia sudah mendengar bahwa Damar akan menikahi sekretarisnya, bahwa Damar benar-benar akan melupakan Kesi dan Adimas paham betul kesakitan yang Kesi rasakan.


"Kesi..." Panggil Adimas lembut, membuat Kesi mendongak.


"A.. Adi.." panggil Kesi, panggilan Kesi yang syarat akan kesakitan membuat Adimas memejamkan mata sesaat sebelum berhambur memeluk Kesi, memeluk gadis itu selama yang ia bisa dengan penuh kasih sayang.



Demi tuhan Adimas akan merelakan nyawanya sendiri demi Kesi, sebab Kesi adalah alasan ia hidup. Dulu sekali saat kedua orang tua Adimas meninggal karena kecelakaan hanya ibu Kesi saja yang mau menolongnya, menyekolahkan bahkan memberikan ia bekal. Walau tidak banyak tapi dulu kehadiran ibu Kesi lah yang selalu ia harapkan.


Sampai pada akhirnya ia mampu bekerja sendiri dan ia cukup tahu diri untuk menjaga Kesi setelah ibunya tiada. Kesi adalah berlian yang membuat semangat Adimas membara karena ia ingin memberikan yang terbaik untuk Kesi saja.


"A.. di.. Dam.. Damar..."


"Jangan diterusin kalau nyakitin, gue udah tau semuanya."


"Gue terlambat Di! Gue terlambat!"


"Lo gak terlambat Kes!" Adimas melonggarkan pelukannya lalu menangkup wajah Kesi, "lebih baik tahu lebih cepat dibandingkan tahu belakangan kan?"


Kesi merangsak untuk kembali ke pelukan Adimas, hati Kesi begitu hancur dan Adimas memang tempat Kesi untuk kembali.


°


Waktu menunjukan pukul setengah empat sore, tapi bel apartemen Kesi terus menerus berbunyi. Membuat Kesi dengan malas membuka pintu appartemen.


"Hai!" Sapa Raras dengan senyum jumawanya.


"Hai, mau masuk?"


"Gak usah!" Ucap Raras ketus.


"Ada perlu apa?" Tanya Kesi santai, gadis itu justru bersandar pada daun pintu.


"Gue sama Mas Damar mau merit."


"Terus?"


"Gue rasa Lo cukup tahu diri untuk engga pernah muncul lagi dikehidupan Kami, Lo tau lo itu pengacau semuanya."


Kesi diam.



"Lagian mas Damar juga udah gak mau lagi ketemu sama Lo!"


Lagi, Kesi hanya diam.



"Kalau Lo cewek baik-baik, sebaiknya Lo pergi jauh atau mati aja sekalian."


Kesi lagi-lagi diam membuat Raras berdecak.


Bruk!


Sebuah kertas undangan pernikahan yang cukup tebal melayang pada wajah Kesi dan  mengalirlah darah segar dari pelipis Kesi yang terkena ujung undangan.



"Gue ketitipan itu dari calon suami gue, spesial buat Lo cewek yang udah dia buang jauh-jauh!"


Raras tersenyum culas lalu berlalu begitu saja, mengabaikan darah yang terus mengalir dari wajah Kesi.


°

MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang