Kotor

2.2K 97 11
                                    

Kesi terpaku dengan panggilan itu, panggilan sayang yang sudah lama sekali tidak Kesi dengar, sebab Kesi tidak pernah berpacaran lagi selain dengan Damar Megantara.

"Ada apa?" Tanya Damar dengan senyuman manis dibibirnya.

Kali ini Kesi menunduk, merasa malu pada Damar juga pada dirinya sendiri. Kesi menggeleng.

Damar menangkup wajah Kesi, membuat mata mereka bertemu, "ada apa sayang?"

Bolehkah Kesi menangis? Kesi ingin menangis, demi tuhan sejak kejadian itu Kesi ingin menangis, menangisi kepedihan yang baru saja ia alami, namun Kesi masih menahannya ia merasa bisa mengatasi rasa sakit itu sendirian tapi dengan Sialannya Damar datang dan membuat Kesi ingin menumpahkan segalanya.

Kesi menggigit kuat bibir bawahnya menahan diri agar tidak menangis, membuat Damar gemas lalu menarik bibir Kesi lalu mengusapnya.

"Jangan digigit, nanti berdarah."

"Damar, lepas.. ak.. aku kotor." Kata Kesi terbata.

"Kotor?" Tanya Damar seolah-olah tidak percaya, padahal Damar tahu kearah mana Kesi akan berbicara. Damar menarik Kesi lalu membuat wanita itu duduk dipangkuannya. "Kotor gimana? Kamu wangi banget." Jawab Damar sambil mengendus leher Kesi.

Damar memeluk pinggang Kesi posesif, namun Kesi masih saja terlihat panik.

"Damar turunin, aku kotor Damar, aku kotor, aku jijik, aku gak suci, aku gak bersih, aku bukan lagi gadisnya Damar, aku menjijikan Damar." Ucap Kesi sangat cepat.

"Siapa yang bilang kayak gitu?" Tanya Damar masih tenang.

"Damar aku sampah!"

"Hei! Siapa bilang? Manusia seindah ini sampah? Siapa yang ngomong gitu! Biar Damar pukul!"

Kesi menggeleng semakin panik, "Dam.. Damar aku mau mandi Dam, aku kotor."

"Kesi, kamu gak perlu mandi, kamu bersih."

"Engga Dam, aku kotor Deri udah buat aku kotor Dam, aku mau mandi."

Deri.. Damar mengulang nama itu dalam hatinya, tangannya mencengkram baju Kesi sesaat, lihat saja apa yang akan Damar lakukan.

"Kesi.."

"Damar aku diperkosa."

Damar terpaku, ucapan Kesi membuat ulu hatinya ngilu. Ia merasakan tubuh Kesi bergetar hebat, lalu gadis itu menangis kejar membuat Damar memeluknya namun tetap diam.


Kali ini Kesi juga memeluk Damar, lalu menangis dipundak lelaki itu kadang Kesi memukul bahkan mencakar Damar, yang Damar lakukan hanya tersenyum, tersenyum mirip. Ia rela bahkan jika Kesi membunuhnya saat ini ia sangat rela sebab ia merasa menjadi lelaki brengsek yang tidak bisa menjaga berliannya.


Tangis Kesi melemah tapi ia masih sesegukan, lalu tiba-tiba Kesi membersit hidungnya dan Damar merasakan pundaknya basah, Kesi membuang ingusnya disana.


"Damarrrrr kaos kamu banyak ingusnya!" Pekik Kesi membuat Damar terkekeh.

"Gak apa-apa." Jawab Damar sambil terus memeluk Kesi.

Entah mengapa hati Kesi mendadak lega dan tenang, ia tidak melupakan kejadian itu tapi Kesi merasa ada yang menerimanya.

Menerimanya..

Menerimanya..


Kesi merenggangkan pelukannya, lalu menatap Damar, "Damar apa masih ada cowok yang mau sama cewek kotor kayak aku?"



Damar terkejut lalu tersenyum lebar, dijepitnya bibir Kesi dengan satu tangan membuat bibir gadis itu maju kedepan, "ngomong apa sih? Kotor kotor Mulu? Kenapa Hm? Kamu nanya apa tadi? Aku kesinggung loh kalau kamu nanya gitu."


"Kenapa?"


"Kamu seakan-akan  ngeraguin cinta aku soalnya."

Kesi meninju dada Damar, merasa Damar hanya bercanda. "Cerita-cerita lagi yuk? Tapi kayaknya aku ganti kaos dulu deh, takut kamu jijik soalnya aku kotor."


"Ih... Damarrrrrrr!" Rengek Kesi dengan manja, Damar terkekeh lalu mendudukan Kesi dikasur, Damar bangkit, mengambil kaos dari tas ransel yang ia simpan dimeja hias Kesi lalu menghampiri Kesi kembali. "Ada yang lupa."

"Apa?"

"Ini.." Damar mengecup kening Kesi lalu mengacak rambut gadis itu setelahnya ia melangkah menuju kamar mandi dan menutup pintunya. Kesi menahan nafas sampai pintu itu ditutup lalu ia berbaring dan menggigiti bantal, sejenak Kesi melupakan masalahnya karena perlakuan manis Damar.


°

Lima menit Damar keluar kamar mandi, kaosnya sudah berganti, Damar hanya menatap Kesi lalu tersenyum manis.


"Sebentar ya?" Damar melangkah keluar kamar, lagi senyum Damar mengembang.


Damar bersiul lalu memulai memasak, hanya telur dadar saja. Damar melihat penanak nasi yang menyala menandakan didalamnya terdapat makanan. Benar saja Adimas meninggalkan nasi untuk Kesi walau tanpa lauknya.


Setelah telur matang, Damar mengambil nasi dan meletakan telur diatasnya, ia mengambil satu botol air mineral lalu melangkah menuju kamar Kesi.

Kesi sedang mengikat rambutnya, lalu menatap Damar dengan wajah yang merona, ia tahu wanita itu tengah malu.

"Makan yuk?" Ajak Damar yang kini duduk dihadapan Kesi seperti sebelumnya.

Kesi mengangguk karena sungguh dirinya sungguh lapar, setelah moodnya membaik ia bisa merasakan perutnya yang berbunyi riang.


"Masakan Damar untuk Kesi seorang." Damar menyendokkan nasi dan menyuapi gadis itu.


Di suapan ketiga, Kesi menodong Damar, "katanya mau cerita?"


Damar meneguk ludah, semoga ini waktu yang tepat untuk Kesi mengetahui semuanya. Bukannya lebih cepat tahu lebih baik?

"Maaf Kes, tadi siang aku melangsungkan pesta pernikahan ku dengan Raras."

Kesi berhenti mengunyah, ia menatap Damar, apa Kesi salah dengar? Kenapa hatinya sakit lagi?

°

MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang