Kejutan

1.8K 95 11
                                    

Baca cerita Raja Satria?
Atau Bukan brondong?
Atau KKN 40 hari.
Aku nanti mau lanjutin cerita itu gaessss.

°

Adimas meneguk ludah saat kantor kecilnya didatangi oleh dua orang yang paling berpengaruh dibursa saham negeri ini, Scorpio dan Bara.

Keduanya nampak santai memakai kaos polo dan celana jeans, sedang dirinya begitu kacau dengan kemeja yang kusut dan rambut yang berantakan.

"Silahkan duduk." Ucap Adimas, dia benar-benar gugup, berada sedekat ini dengan mereka membuat dirinya merasa kerdil, apalagi setelah sekian lamanya saham perusahannya terjun bebas, situ web perusahaannya diretas dan Adimas terancam bangkrut. Jika kedua orang itu berniat membeli aset miliknya sepertinya Adimas rela dan dia akan menjadi petani saja.

"Tegang amat?" Sindir Bara sambil bersiul melihat-lihat isi ruangan kerja Adimas yang begitu sederhana, tapi Adimas tidak pernah main-main memberikan penghasilan pada karyawan-karyawannya. Itulah yang membuat baradl dan Pio kesal pada Damar.

Mata Adimas tertuju pada sebuah foto lama, Disana ada seorang gadis berseragam SMA dengan tubuh besar tersenyum kearah kamera, ya! Dia Kesi gadis yang dicintai mati-matian oleh sahabatnya. Lalu matanya menemukan lagi sebuah foto dimana Adimas berfoto dengan seorang wanita dan anak dalam gendongannya.

Membuat Bara mengalihkan pandangannya pada sosok Adimas yang kacau, hatinya tersentil ia jadi teringat sosok Nasya beserta anak-anaknya di rumah, bagaimana jika itu menimpa dirinya?

Benar-benar sakit jiwa Damar megantara! Umpat Bara dalam hati.

Lain hal dengan Bara, Pio justru sedang memikirkan beberapa karyawan yang menatap dirinya dan Bara penuh harap, seakan kedatangan mereka berdua kesini menjadi titik terang untuk masalah mereka.

Pio menghembuskan nafas, ia tidak tahu mengapa sahabatnya itu begitu tolol untuk mengambil keputusan seekstrem ini.

"Mau minum apa pak?" Tanya Adimas sopan.

"Kopi saja." Adimas mengangguk lalu keluar ruangan tak lama ia kembali lagi.

"Kenapa harus keluar? Ga hubungin OB lewat telepon?" Tanya Bara heran.

Adimas tersenyum miris, "beberapa karyawan saya rumahkan."

"Gaji mereka?" Kali ini Pio penasaran.

"Saya bayar, lumayan kan kalau saya merumahkan mereka setidaknya saya menghemat biaya transport dan uang makan mereka. Jadi hanya karyawan inti saja yang masih bekerja."

"Kamu rugi dong?" Tanya Bara.

Ketukan pitu terdengar, seorang wanita datang membawakan tiga cangkir kopi, setelah selesai disertai ucapak terima kasih yang diwakili Bara, wanita itu pergi.

"Mengenai untung rugi, saya sudah tidak peduli setidaknya tabungan saya masih cukup untuk membayar gaji mereka empat bulan kedepan sebelum mendapatkan pekerjaan yang lebih baik."

Bara dan Pio saling pandang, "lagi pula tak banyak yang mereka bisa kerjakan, anda berdua pasti sudah paham maksud saya."

Pio melirik foto Kesi yang sempat Bara lihat diawal, Adimas menyesap kopi dengan frustrasi.

"Jadi ada perlu apa bapak-bapak mengunjungi perusahaan yang akan bangkrut ini?"

Bara berdehem, ini merupakan sindiran halus untuk mereka.

"Anda tahu Damar tidak jadi menikah?" Tanya Bara.

"Bukan urusan saya."

"Anda tahu Damar yang membekukan semua aset Anda?" Tanya Bara lagi.

"Saya tidak peduli."

"Anda tahu bahwa Damar mencintai Kesi?" Tanya Pio.

Adimas diam, "lebih tepatnya mereka sama-sama mencintai." Koreksi Adimas.

"Atas nama Damar kami kesini mau meminta maaf."

"Saya tidak butuh, kenapa bukan dia yang kemari?"

"Justru karena dia tidak tahu." Ujar Pio.


Adimas dia dia memandang gelas kopi, hanyaoada satu titik.



"Kami tahu dimana Kesi." Ucap Pio akhirnya.


Adimas mendongak menatap Pio yang baru saja berbicara sesuatu yang membuat jantungnya berdebar cepat.


"Dimana?" Tanya Adimas antusias.


Pio tersenyum miring, membuat Adimas menciut sebab aura yang Pio kuatnya mengintimidasi dirinya.


"Semua itu gak gratis!" Ejek Bara membuat Adimas menggebrak meja.


"Apa orang-orang seperti kalian akan puas bila melihat kami-kami yang lemah ini tertindas? Apa ini cara kalian mendapat kekuasaan hah? Apa semuanya harus ditukar dengan segala sesuatu yang kalian inginkan?" Ucap Adimas marah sambil menggebrak meja.


°°

MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang