CALANTHA -8-

941 70 34
                                        

"Ca maaf, tapi kamu ga usah berangkat aja ya, aku ada urusan mendadak, nanti kalo urusan aku udah selesai aku jemput kamu, kalo kemaleman kita pergi besok aja ya"
Ucapan Gio barusan membuat sedikit rasa kecewa timbul di hati Caca.

"oh gitu ya, gapapa deh, take care Gi, besok aja gapapa kok Caca juga banyak tugas" bohong Caca.

"Okey, love u" setelah itu Gio segera mengakhiri percakapan mereka secara sepihak. Membuat Caca memgurungkan niatnya menuju kamar mandi. Ia segera melangkahkan kakinya dengan lesu menuju lobi untuk pulang.

Caca kembali melewati ruangan yang Di reservasi oleh Gio, ruangan itu sudah terhias dengan sangat indah. Seharusnya malam ini Gio dan Caca akan melakukan makan malam yang begitu romantis di tempat itu.

Sialnya saat melewati ruangan itu mata Caca menangkap keberadaan Gio. Awalnya Caca mengira jika Gio akan memberinya kejutan. Tapi setalah melangkah lebih dekat kakinya menjadi lemas. Disana ia tidak hanya melihat Gio, melainkan ada Rebecca bersamanya. Lebih parahnya lagi Rebecca sedang menyadarkan kepalanya di pundak Gio.

Lagi-lagi Caca harus merasakan sakit hati karena Rebecca. Jadi ia tidak lebih penting dari Rebeecca? Jadi urusan terpenting bagi Gio adalah Rebecca?

Dengan berhati-hati Caca melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu supaya keberadaannya tidak dapat terlihat dengan dua insan yang sedang menikmati makan malam mereka.

Tapi lagi-lagi langkah Caca harus terhenti karena getaran ponselnya. Ia sangat berharap bahwa Gio akan meneleponnya dan mengatakan bahwa ia sudah siap dan akan menjemputnya. Tapi ternyata itu adalah panggilan masuk dari Tania

"halo, Calantha where are you? Mama--" Suara Tania yang begitu lembut membuatnya ingin segera pulang dan menumpahkan air matanya dalam dekapan Tania.

"Mama, Caca di Neelima, mama jemput Caca ya?" Caca mengatakannya dengan susah payah menahan suaranya yang bergetar serta sesunggukan yang terus menerus keluar dari mulutnya. Bayangkan saja wanita mana yang tidak sakit hati jika di nomor duakan oleh pria yang sudah menjadi prioritasnya.

Tidak lama ia melihat BMW kesayangan mamanya bertengger manis didepan loby, tanpa ragu ia segera memasuki mobil itu.

Namun keterkejutannya bertambah ketika ia melihat bahwa bukan mamanya yang sedang duduk di kursi pengemudi melainkan Alex. Pasti mama sedang tidak di rumah.

Ia menoleh sekilas, lalu menghembuskan nafasnya kasar.
Sekarang ia dan Gio benar-benar menjadi pasangan yang serasi. Gio sedang bermesraan dengan Rebecca dan sekarang ia berada di mobil yang sama dengan Alex. Semesta benar benar hebat dalam mengatur skenario kehidupannya.

Mobil itu begitu hening, tidak ada suara lain kecuali beberapa isakan kecil yang tidak sengaja keluar dari mulut Caca.
Alex tetap fokus menyetir tanpa menghiraukannya, mencoba tidak peduli dengan semua itu. Membuat dirinya semakin terlihat menyebalkan dimata Caca

Setelah begitu lama menyusuri dengan jalanan kota bandung akhirnya Alex menghentikan mobilnya. Caca pikir mereka berhenti Di depan rumahnya tapi ketika ia melihat sekelilingnya ia baru menyadari bahwa mereka berhenti di depan sebuah butik besar. Caca mengenal butik ini, ini adalah butik milik Starleth Brynn,
Sepertinya mereka akan memilih gaun pertunangan hari ini.

Ketika Alex mematikan mesin mobilnya Caca segera beranjak keluar dari mobil, mendahului Alex dan berjalan cepat untuk memasuki butik. Ia benar benar ingin pergi dari hadapan Alex secepat mungkin.

Karena terlalu terburu-buru Caca tidak melihat bahwa ada tali pembatas yang menghalangi langkahnya. Alhasil ia jatuh tersungkur. Menimbulkan luka di lengan dan lututnya. Luka di hatinya saja masih terasa begitu perih sekarang ia malah harus mendapatkan luka fisik.

Caca berusaha untuk berdiri, ia tidak ingin terlihat bodoh di hadapanya Alex. Tapi begitu ia bergerak pergelangan kakinya terasa begitu sakit. Sial. sepertinya pergelangan kaki Caca terkilir. Rasa sakit itu membuatnya sama sekali tidak bisa bergerak, sekarang Caca hanya berharap Alex akan segera turun dari dari mobil supaya bisa membantunya masuk kedalam untuk mendapat pertolongan pertama.

Ketika langkah Alex sudah semakin dekat Caca langsung mengulurkan tangannya pada Alex,

"tolongin, sakit banget nih"
Ucapan itu membuat Alex berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. "cepet le, sakit nih" Caca mengulangi perkataannya karena pria itu hanya memandanginya dengan tatapan Meremehkan. "kalo jalan liat, pake mata"

"iya maaf ga sengaja juga, emang kamu pikir Caca mau luka luka"
Bukannya membantu Caca, Alex malah segera berdiri dan menjauhkan tubuhnya dari Caca. "buruan berdiri gue tunggu didalem"

Langkah kaki Alex semakin jauh dan sekarang kaki Caca terasa semakin sakit. Caca sudah berkali-kali menyerukan nama pria itu. Tapi hasilnya tetap nihil. Tidak sekalipun pria itu menoleh ataupun menghentikan langkahnya.

Caca terus berteriak sehingga suaranya terdengar oleh tukang parkir yang sedang berkeliling. Tukang parkir itu segera berlari menghampiri Caca, begitu melihat kondisinya Tukang parkir itu nampak begitu terkejut karena lutut dan lengan Caca mengeluarkan banyak darah. "aduh neng, si eneng teh kenapa"

Caca melihat sekilas ke arah tukang parkir itu. Kakinya terasa begitu sakit dan sekarang ia sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. Caca terus merintih tanpa memberi jawaban apapun.

Akhirnya tukang parkir itu membawa Caca masuk kedalam. Kondisi lengannya yang terus mengeluarkan darah segar membuat semua pelayan yang berada di dalam butik itu menjadi panik sehingga menimbulkan kericuhan.

"Astaga, ambil kotak P3K sekarang!!" teriakan yang berasal dari salah satu pegawai itu membuat Alex secara spontan menoleh ke arah Caca. Ia menaikkan sedikit alisnya seolah menanyakan apa yang terjadi. huh. Apa ia tidak dapat melihat. Bahkan semua orang juga tahu bahwa Caca terluka sangat parah.

"kenapa lo?" belum sempat mendengar jawaban yang ia inginkan Alex sudah harus menyingkir karena para pegawai yang datang dengan membawa kotak P3K mengambil posisi di depan Caca.

Pegawai-pegawai itu mulai membersihkan luka Caca dengan seksama. Setelah darah tidak lagi menutupi luka itu mereka menyadari bahwa terdapat serpihan kaca yang terselip di lengan kanannya. "Ms. Aldenate, sepertinya anda harus dibawa ke rumah sakit untuk mengeluarkan serpihan kaca ini, kami tidak bisa mengeluarkannya,"

Mendengar itu Alex segera memberikan tatapan tajam pada Caca, akhirnya ia meminta agar para pegawai itu membopong Caca memasuki mobilnya.

=C=

littlerain, 31 01 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang