CALANTHA -36-

560 30 0
                                    

Pagi ini siswa seantero sekolah tidak dapat melepaskan pandangannya dari seorang Calantha Aldenate. Tidak, bukannya mereka terpesona dengan seorang Calantha, tapi mereka sedang memandang heran gadis yang membawa dua tas besar penuh boneka dan mainan yang lebih besar dari tubuhnya.

"Lo mau jualan Ca?" pertanyaan itu keluar dari mulut Aksan yang tidak sengaja berpapasan dengannya.

Tentu saja Caca memberinya tatapan yang tidak bersahabat. "Nggak! Minggir deh kalau nggak mau bantuin."

Aksan terkekeh mendengar nada sinis yang dikeluarkan Caca. "sini gue bantuin satu, kasian lo tenggelam diantara mainan."

Dengan cepat Caca memberikan tas ditangan kanannya untuk di bawa oleh Aksan. Tidak mungkin juga ia menyia-nyiakan kesempatan emas.

"Kak. Ini ditaruh mana ya?" tanyanya kepada Aksan.

"ruang OSIS kali. Tadi gue liat anak-anak lain juga bawa mainan bekas kesana. Btw, lo beli semua baru Ca?" Aksan jujur sangat penasaran karena semua mainan ini tidak terlihat pernah dipakai sebelumnya.

"hehe iya, soalnya Caca udah nggak punya mainan, nanti kalau kurang gimana?" Gadis itu menjawab sambil tersenyum polos Aksan tentu saja dapat merasakan ketulusan gadis itu.

Sekarang Caca memeluk tas yang ia bawa sehingga tas itu menutupi seluruh wajahnya. Bukan bermaksud apa-apa hanya saja tangannya sudah sangat lelah memegang tali pegangan tas itu.

"Kak, bukain pintu dong." ucapan Caca membuat Aksan menganggukan dan segera membuka pintu ruangan OSIS.

Saat pintu terbuka Aksan dapat melihat Alex yang memandang heran kearah Caca. Dengan sangat iseng Aksan memberitahukan hal itu kepada Caca. "Ca, lo diliatin tunangan lo tuh, ampe nggak kedip."

"gue cuma bingung lo bawa mainan banyak banget." elak Alex.

"Huh! Akhirnya." Gadis itu tidak menghiraukan perdebatan pria yang berada didepannya. Ia menghembuskan napas lega setelah berhasil meletakkan semua mainannya di meja yang sudah disediakan oleh OSIS.

"Lele, anak-anaknya dateng jam berapa?" tanya Caca sambil mengibas-ngibaskan tangannya karena kepanasan.

"habis opening Ceremony." balas pria itu sambil kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Jadi, untuk kalian yang belum paham, Hari ini adalah perayaan ulang tahun Trinity yang ke-65, dan Alex--tentu saja bersama anggota osis lainnya. Membuat sebuah event charity yang sekaligus akan mengedukasi beberapa anak panti asuhan. Meskipun ada juga pentas seni, tapi Caca yakin ia tidak akan melihat pentas seni teman-temannya karena anak-anak kecil jauh lebih meenggemaskan dari apapun.

##

Gadis itu sedang membacakan dongeng didepan beberapa anak kecil yang hari ini menjadi anak asuhnya.

Jadi, kelas mereka harus mengirimkan 2 perwakilan untuk mengurus anak-anak dari panti asuhan, dan karena Caca menyukai anak kecil tentu saja ia langsung mendaftarkan diri bersama dengan Gabriella.

".... lalu hidung pinokio menjadi sangat panjang karena ia telah berbohong. Karena itu kalian nggak boleh berbohong. Nanti hidung kalian bakal jadi kaya pinokio." Caca mengakhiri ceritanya membuat anak-anak kecil itu menatapnya antusias.

"Kakak pasti nggak pernah berbohong. Hidung kakak sangat kecil." Gadis berkepang dua itu berkata dengan sungguh-sungguh membuat Caca secara tidak sadar meraba hidungnya. Astaga perasaan Caca nggak sepesek itu.

"hidung kakak kecil banget ya?" tanya Caca kepada anak-anak asuhnya yang diangguki dengan serempak oleh mereka.

"iya kakak cantik karena hidungnya kecil. Aku nggak mau bohong supaya bisa menjadi secantik kakak." pujian itu datang dari bocah enam tahun berambut sebahu yang menurut Caca sangat manis dan menggema kan karena ia memiliki lesung pipit yang sangat dalam. Seprti milik Alex. Eh?

"ya! Kamu juga sangat cantik, pasti kamu jarang berbohong." balas Caca sambil memeluk bocah kecil itu, membuat anak anak lain menjadi sangat iri karena mereka juga ingin mendapat pelukan dari Caca.

"aku juga mau dipeluk. Aku tidak akan berbohong lagi."

"aku juga."

Caca tertawa lalu memeluk mereka satu-persatu. Sangking seru ya ia sampai tidak menyadari bahwa seseorang telah Berkali-kali mengarahkan kamera dan menjepret fotonya.

"Kakak ganteng yang disana pacar kakak?" ucap seorang anak laki-laki membuat Caca mengikuti arah pandangnya. "pacar?"

Alex terkejut ketika Caca melihat tepat kearah kamera yang ia pegang. Astaga, Alex baru menyadari bahwa ia sudah mengambil begitu banyak foto gadis itu.

Dengan cepat Alex menurunkan kameranya dan berjalan kearah Caca seolah tidak terjadi apa-apa.

"habis ini mereka mau pentas seni, lo bisa makan siang kalau laper." ucapan Alex hanya dibalas dengan anggukan oleh Caca.

Gadis itu menggiring anak-anak asuhnya untuk bersiap-siap dibelakang panggung. Setelah selesai ia segera berlari mencari keberadaan Alex.

"Lele!" panggilan itu membuat orang yang disebut namanya menoleh dengan spontan.

"kamu uda makan? Caca belum, ayo makan bareng!" tidak perlu menunggu jawaban Alex gadis itu sudah terlebih dulu menarik pria itu ke area bazar untuk membeli makanan.

Mereka berjalan santai sambil melihat stan-stan yang berjualan di pinggir lapangan.

"Lo suka anak kecil?" tanya Alex membuka percakapan.

"iya, Alex baru tahu Caca suka anak kecil?"

Pria itu tidak menjawab dan tidak perlu menjawab karena Caca yakin pria itu baru mengetahui hal ini.

"mereka keliatan nyaman sama lo." 

Caca tertawa lalu menganggukan mengiyakan ucapan Alex. "Caca pengen banget punya adek. Tapi mama nggak mau punya anak lagi."

"Caca cocokkan ngejagain anak kecil?" tanya gadis itu sambil sesekali melirik ke arah pria yang berjalan disampingnya.

"jadi baby sitter?" tanya Alex yang mendapat gelengan dari Caca. "jadi ibu."

Alex menaiki sebelah alisnya mendengar jawaban Caca. "jadi ibu?"

Dengan mantap Caca mengangguk. "Ibu dari anak anak Alex."

Setelah itu tawanya pecah karena ekspresi Alex benar-benar lucu menurutnya.

=C=

littlerain, 30 04 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang