CALANTHA -23-

617 40 3
                                    

Sekarang pukul setengah enam pagi dan Caca sudah siap dengan seragam sekolahnya berdiri didepan cermin besar yang ada terpasang rapih didalam kamarnya. Gadis itu sedang mengoleskan concealer di bibirnya sambil meletakkan handuk hangat untuk memberikan kesan sakit yang lebih natural. Merasa sudah siap ia segera melangkahkan kakinya keluar kamar dan mendudukan dirinya di ruang tamu, berniat menunggu Alex pulang dari lari pagi yang secara rutin dilakukan pria itu.

Begitu pintu berderit Caca langsung melancarkan aksinya, "lele punya obat ga, kepala Caca pusing,"

Gadis itu mendengus ketika Alex menunjuk kotak obat dengan dagunya. Dengan sangat terpaksa Caca harus melangkah melewati Alex yang sedang mencoba untuk minum.

Tiba-tiba saja terlintas ide cemerlang di otak Caca, gadis itu langsung berpura-pura pingsan ketika berada tepat di sebelah Alex.

Sedangkan Alex, tentu saja dengan refleks menahan tubuh Caca agar tidak jatuh ke lantai, "ck, sialan. Pura-pura lo ga ada cara lain apa, bosen gue,"

Alex tau Caca hanya berpura-pura, tapi hingga saat ini gadis itu tetap tidak menyingkir dari tubuhnya, "gue ilangin pake bibir mampus," ia hanya mencoba menakuti Caca supaya gadis itu mau beranjak dari tubuhnya. Tapi sayangnya, Caca malah mendekatkan wajah mereka, membuat Alex menyemburkan air diwajah pucat gadis itu.

"nah ilang, pake bibir,"
Alex tersenyum miring membuat Caca semakin geram "Alex jahat banget jorok lagi, ngeselin, curang," Gadis itu bersungut-sungut merutuki kelakuan Alex. Sedangkan pria yang ia rutuki hanya mengendikan bahu, "bodo, buru mandi gausah sok sakit,"

Tentu saja Caca tidak akan kalah semudah itu, ia sudah punya banyak begitu banyak rencana cadangan. Intinya adalah ia tidak akan pernah kalah dari seorang Alexander Reeham.

Gadis itu segera menyuruh semua pelayan untuk pergi, ada yang ia suruh untuk mengambil pakaiannya, ada yang ia suruh untuk berbelanja dan lain sebagainya. Begitu juga dengan para satpam dan supir. Rumah itu benar-benar kosong, hanya ada Caca, Aksan dan Alex.

Gadis itu segera membangunkan Aksan, dan menyuruh pria itu membantunya menutup seluruh akses keluar-masuk. Mereka menggembok pintu pagar, pintu utama, pintu belakang, pintu samping, bahkan lemari yang berisi kunci mobil juga mereka amankan.

Bagitu selesai mandi Alex langsung menyadari kejanggalan yang terjadi didalam rumahnya. "ngapain lo,"

Caca yang ditanya hanya mengacuhkan Alex, ia duduk di ruang tamu, menonton televisi sambil menikmati serealnya. "sebenernya Caca pengen sekolah, tapi kayanya kita nggak bisa keluar. Iyakan San?"

Aksan yang mengerti kode Caca tentu saja segera membalas ucapan gadis itu "iya nih gue juga Pengen banget sekolah, tapi kalo nggak bisa ya gapapa deh,"

Alex menggeram kesal, "lo kemanain ART gue ca?"

Lagi-lagi tidak ada sahutan dari gadis itu membuat Alex bertambah kesal "bodo, mereka balik kita sekolah,"

Caca mendelik tidak suka, tapi gadis itu akan mengikuti kemauan Alex tenang saja, ia punya banyak rencana.

Akhirnya setelah menunggu sekitar empat puluh lima menit, mereka mengikuti kemauan Alex meski tahu bahwa mereka akan disuruh mengelilingi lapangan sebanyak menit mereka terlambat.

Untungnya Mr. Anthon adalah guru piket hari ini, jadi Caca bisa menjalankan aksinya dengan baik.

Tepat pada putaran ke tiga Caca kembali berpura-pura pingsan membuat Mr. Anthon menjadi sangat panik. Entah bagaimana bisa, Mr Anthon menyuruh Alex dan Aksan untuk mengantarkan Caca kerumah sakit, pria itu takut kalau-kalau sesuatu serius terjadi pada Caca karena gadis itu terlihat sangat pucat saat ini.

Alex tentu saja tahu kalau Caca hanya berpura-pura. Tapi bagaimana lagi, Mr Anthon yang kelewat baik itu terlalu naif dan mudah dibohongi. Mau tidak mau ia segera membopong tubuh Caca untuk masuk kedalam mobilnya.

"puas lo?!" Caca dan Aksan terbahak melihat wajah kesal Alex.

"puaslah, sekarang ayo jalan jalan,"

Awalnya Alex menolak keinginan gadis itu, tapi bagaimanapun juga ia kalah. Aksan juga terus memaksanya untuk menuruti kemauan Caca.

##

"woy lex, sportiflah lo kalah lagi. udahlah bolos sekali gapapa, lo kalah, kasian Caca tuh, menang tapi nggak dapet apa-apa, " Ken memperingatkan Alex, karena sejak mereka sampai ditempat ini Alex terus saja menunjukan wajah kesal nya.

Saat ini mereka memang sedang berada di salah satu taman rekreasi di daerah Bandung. Bukan hanya Caca Alex dan Aksan tapi juga ada Garridan dan Ken. Entah mengapa kedua orang itu tiba-tiba saja berada di tempat ini. Alex menduga bahwa Aksanlah yang mengundang mereka berdua.

Dari kejauhan mereka memperhatikan Caca sedang berjalan dengan membawa dua buah ice cream di tangannya. Beberapa detik kemudian gadis itu menyodorkan ice cream yang Ia pegang di depan wajah Alex.
"Caca nggak tau kamu suka atau enggak, tapi kalo Caca badmood biasanya Caca makan ice cream,"

Alex menerima ice cream pemberian Caca tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Caca tahu betul bahwa pria itu sedang marah padanya.

"maaf ya tunangan, Caca tahu kok Caca ngeselin, tapi maaf Caca nggak mau mau kalah," Caca berucap seraya menatap iris mata pria itu, dan tersenyum begitu manis. Mungkin ini senyum termanis Caca yang pernah mereka lihat. Sontak saja Garridan, Ken dan Aksan berteriak heboh.

"aduh neng manis banget ga kuat abang,"

"sumpah Lex kalo bukan punya lo gue culik,"

"gila Ca, jangan gitu dong deg-degan nih gue,"

Anehnya, Alex merasa kesal dengan sikap teman-temannya. Sesegera mungkin ia beranjak dari tempat duduknya semula sambil menarik pergelangan tangan Caca. "gue mau masuk kesitu," ucapnya sambil menunjuk salah satu rumah hantu, yang membuat Caca menelan ludahnya kasar.

Sedangkan teman-teman Alex menerjemahkan tindakan Alex sebagai "gue minta maaf" dalam kamus bahasa gengsi.

=C=


littlerain, 10 04 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang