CALANTHA -34-

581 30 4
                                    

"hai!"

"good morning, Athena!"

"Pagi!"

"Hai!"

Suara Caca memenuhi lorong sekolah pagi ini. Mood gadis itu sedang sangat baik, karena itu ia menyapa semua orang yang tertangkap pandangan matanya.

"Pagi Kak Garridan! Pagi kak Ken! Pagi kak Aksan! Pagi Alex my fiancé"

"Pagi Ca. Kenapa lo?" tanya Aksan membuat gadis itu semakin tersenyum girang.

Caca berdeham untuk mempersiapkan tenggorokannya. Setelah dirasa siap gadis itu berteriak dengan sangat amat keras.
"GUYS! DENGERIN! NILAI PAS CACA TUNTAS SEMUA! WHOOOO!"

Pengumuman tidak penting yang sangat mendadak itu tentu saja membuat anak anak yang berada di lorong sekolah melihat kearah Caca.

"Caca nggak remed kok kalian biasa aja?" tanya Caca dengan raut yang menunjukan kekesalannya dengan jelas.

Beberapa siswa berusaha menahan tawanya dan Caca bisa melihat itu dengan jelas.

"kalian nggak mau ngomong sesuatu?" tanya Caca kepada Alex dan teman-temannya yang ditanggapi dengan gelengan kepala yang begitu serentak.

Sekarang gadis itu benar-benar kesal.
Mereka baru saja menyelesaikan PAS dua hari yang lalu, dan tadi pagi Mood Caca menjadi luar biasa baik setelah mengetahui namanya tidak tercantum di daftar remidi apapun. Tapi reaksi orang-orang aneh ini berhasil merubah mood-nya menjadi sangat buruk.

"Ih, nggak tahu lagi. Kalian nggak bisa banget liatin Caca seneng. Bodo amat nyebelin."

Gadis itu pergi sambil menghentak-hentakan kakinya kesal. Persis seperti anak berusia lima tahun.

"Ca! Alex mau ngomong." teriakan yang keluar dari mulut Ken membuat semua orang menatap Alex. Termasuk Caca, gadis itu menbalikan tubuhnya untuk menatap pria itu.

Alex yang tidak ingin mengatakan apapun tentu saja terkejut mendapat  perhatian dari beberapa puluh siswa.

Pria itu menarik napasnya dalam. Dan mengucapkan kalimat ini dalam sekali tarian napas. "Gue seneng nilai lo tuntas jadi apartemen sama mobil gue aman."

Gelak tawa para siswa pecah ketika mendengar ucapan Alex. Mereka mengharapkan---lebih tepatnya membayangkan, karena hanya Caca yang berharap---sebuah kalimat romantis terlantar dari mulut Alex. Bukan tentang mobil dan apartemen.

Caca menjadi sangat kesal. Gadis itu berlari kearah Alex dan salam hitungan sepersekian detik mencetak sebuah bekas gigitan di lengan pria itu. "Lele nyebelin!"

##

"Caca, lo beneran ngegigit tangan Alex?" Lisa bertanya dengan sangat heboh ketika melihat Caca memasuki pintu kelas XI MIPA 2.

Tentu saja Lisa mengetahui berita itu dengan cepat. Semua anak Trinity adalah penggosip kelas kakap. Video Caca menggigit lengan Alex sudah tersebar ke seluruh penghuni sekolah.

"iya. Biarin salah siapa nyebelin."

"sumpah, bocah banget lo Ca, adik gue yang TK kalo kesel juga ngegigit." balasan Reno membuat Caca semakin kesal. Tentu saja ia tidak erima disamakan dengan anak TK.

"Haha mending. Anjing gue masih bayi sukanya ngegigit. Gigi lo gatel Ca?" Bryan bertanya dengan nada mengejek membuat Caca hampir tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya.

Gadis itu meletakkan tasnya dengan kasar lalu menelungkupkan kepalanya diatas meja. "Lisa, Caca malu banget gila. Kerasukan apa Caca ngegigit tangan orang?" Gadis itu bergumam sambil sedikit membenturkan kepalanya diatas meja.

Sedangkan Lisa yang mendengar hal itu hanya bisa tertawa sekelas mungkin. "makanya kalau emosi diem dulu Ca, Jangan ngegigit." perkataan Lisa yang lebih terdengar seperti cemooh itu membuat kepala Caca makin pening. Bego. Bisa bisanya Caca ngegigit anak orang.
.
.
.
Mimpinya terbuyar ketika merasakan kepalanya terbentur sesuatu yang cukup keras.

"sorry gue nggak sengaja."

Caca memperhatikan sekitarnya. Gelap. Apakah ia tertidur selama itu?
Tunggu. Dimana ia sekarang? Ia segera memperhatikan dirinya saat ini. Astaga. Ternyata ia sedang berada didalam mobil Alex.

Jadi, Alex membenturkan kepalanya saat mencoba memasukkannya kedalam mobil? Caca terus bergulat dengan pikirannya tanpa menyadari Alex sedang memandanginya dengan tatapan aneh.

"Lo nggak akan gagar otak cuma karna gue nggak sengaja ngebenturin kepala lo."

Caca terkejut ketika mendengar suara Alex. Pria itu memang tidak berteriak, tapi karena ia masih separuh sadar ia jadi terkejut bukan main.

"Lo kenapa?" tanya Alex karena ia tidak dapat memahami gerak gerik aneh gadis yang duduk disebelahnya ini.

Caca hanya menatap mata pria itu. Sedetik kemudian ia teringat akan sesuatu sehingga dengan cepat ia menutup wajahnya. "Caca minta maaf karena ngegigit kamu."

Alex menjadi sedikit panik ketika mendengar ucapan gadis itu. Menggigit? Dia beneran kenapa-napa?

Alex meminggirkan mobilnya dan segera memiringkan posisi duduknya supaya ia bisa menatap gadis itu. "Calantha, lo nggak kenapa-kenapa kan?"

Gadis itu menggeleng pelan. Tiba-tiba saja ia menangis membuat Alex semakin khawatir. Sepertinya Alex pernah tertatap lebih keras dan kepalanya baik-baik saja. "lo kenapa? Kasih tahu gue." Alex berusaha melembutkan suaranya supaya gadis itu berhenti menangis.

"Caca malu habis ngegigit Alex. Caca minta maaf. Hiks Caca nggak sengaja."

Alex masih tidak bisa memahami ucapan gadis ini. Ia menarik napas dan mencoba berpikir dengan keras. Tiba-tiba saja Tawanya pecah. Ia menertawai kebodohannya.

"Cuma mimpi, lo nggak ngegigit gue." pria itu menarik napas mencoba menghentikan tawanya.

"Lo ketiduran pas ngerjain soal, gue bawa masuk mobil malah ketatap. Cuma mimpi nggak usah nangis." pria itu untuk pertama kali mencoba menenangkan Caca.

Tapi bukannya tenang, tangisan gadis itu malah semakin menjadi-jadi. "Caca--Caca makin malu,"

Alex yang sudah tidak tahu harus berbuat apa akhirnya mengusap kepala Caca seperti yang dulu gadis itu ajarkan kepadanya. "nggak papa, nggak usah malu lo cuma mimpi. Tidur lagi aja."

Dan beberapa menit kemudian Alex kembali mengemudikan mobilnya setelah Caca kembali tertidur.

Beberapa kali pria itu melirik gadis yang tertidur pulas di sampingnya, "aneh. Mimpi ngegigit gue, cih."

=C=

littlerain,

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang