Ini adalah hari terakhir penilaian akhir semester dan saat ini Caca sedang duduk di kantin bersama Lisa, Sherina, Alex dan teman-temannya.
Tentu saja gadis itu tidak sedang makan, atau bercanda ria seperti biasanya. Ia berkutat luar biasa serius dengan buku matematikanya.
Sejak tadi gadis itu tidak berhenti bergerak. Ia mengacak rambut, memutar pensil, menggerak-gerakkan kaki bahkan menggigit pensilnya beberapa kali.
"gemes banget kalau lagi belajar." kata Ken yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Caca.
Sebenarnya bukan hanya Ken yang merasa Caca semakin menggemaskan ketika belajar, hampir semua orang yang melihat gadis itu belajar akan memikirkan hal yang sama.
Sherina memainkan ponselnya sambil menatap was-was kearah Caca. Ia begitu mengerti bahwa temannya itu memiliki kecerdasan diatas rata-rata, tapi bagaimanapun ia tidak ingin remedial sendirian. Jadilah tangannya tergerak dan menutup buku Caca. "udah kek, capek gue liatin lo belajar."
Caca hanya bisa menunjukan deretan giginya mendengar ucapan Sherina. Tapi tentu saja ia kembali membuka bukunya dan belajar.
"Ca.. Udah dong. Ntar gue remed sama siapa?" ucap Sherina sambil lagi-lagi menutup buku matematika milik Caca.
"Sher, Caca sih males banget belajar kaya gini, tapi Caca juga nggak mau jadi miskin mendadak." Caca memberi tatapan melas kearah Sherina sambil kembali membuka bukunya.
Caca melirik sekilas kearah Sherina, ia dapat melihat dengan jelas temannya itu sedang mengerucutkan bibir karena kesal.
"makanya belajar." kalimat barusan terlontar dari mulut Garridan, membuat semua orang menghentikan aktivitas mereka dan memberinya tatapan yang.. Aneh.
"apa? Benerkan? Dari pada ngalangin temen lo belajar mending lo sendiri belajar." pria itu berucap santai seolah tidak melihat kekebalan yang terpancar di wajah Sherina.
"Apa lo?! Kenal aja enggak ngatur-ngatur." ketus Sherina menanggapi ucapan Garridan.
"apaan nyolot. Gue ngomong biasa aja." balas Garridan sambil tertawa mengejek.
"Lo?!" Sherina menggeram kesal, ia bisa saja melepas dan melemparkan sepatu ke kepala kakak kelasnya yang begitu menyebalkan.
Pertengkaran mereka terus berlanjut hingga Alex harus menutup bukunya dengan kasar. Pria itu beranjak dari tempat duduknya, membeli sekotak susu lalu meletakkan susu itu di depan Caca. "fokus, jangan panik."
Caca mengangguk dan tersenyum kearah pria itu. "Alex semangat ngerjainnya!"
Pria itu hanya bergumam, setelah itu menggeret Garridan untuk pergi meninggalkan kantin. Menyisakan begitu banyak pertanyaan dari Aksan, Ken, Lisa dan Sherina untuk Caca jawab.
"Susu buat apa?" tanya keempat orang itu dengan hampir serempak.
"kata Alex, dia minum susu sebelum tes biar lebih fokus. Caca juga nggak paham. Tapi yaudah ikutin orang pinter aja." balasnya sambil mengambil kotak susu, dan mulai meminumnya.
Setelah mendengar ucapan Caca keempat orang itu segera beranjak dari tempat duduk mereka. Tentu saja untuk membeli susu, berharap nilai mereka akan sebagus Alex jika meminum susu sebelum mengerjakan tes.
##
Caca melangkahkan kakinya keluar dari ruang tes sambil merenggangkan tubuhnya.
"dua jam paling melelahkan di hidup Caca." kata Caca mendramatisir keadaan.
"susah banget, tapi bodo amat remed tinggal remed." balas Lisa sambil membenarkan ikatan rambutnya yang menjadi sangat berantakan karena mengerjakan tes.
"mama papa Lisa dateng rapat donatur HUT Trinity?" tanya Caca mengalihkan pembicaraan.
Lisa mengangguk untuk menjawab ucapan temannya, "kata bokap gue konsepnya keren. Nggak wasting money buat sekedar foya-foya. Banyak manfaatnya. Ngundang anak-anak pantikan?"
"iya.. Nggak sabar banget sekolah kita penuh bocil... Pengen cepet besok lusa." Caca berucap antusias, bahkan Lisa bisa melihat mata gadis itu berbinar-binar.
Caca memang sangat menyukai anak kecil dan ia bersyukur karena Alex membuat HUT ke 65 Trinity dengan begitu banyak anak kecil. Meskipun Caca yakin Alex tidak melakukan ini untuknya. Tapi ia sudah sangat senang membayangkan begitu banyak anak berlarian di lapangan hijau Trinity.
"Alex tuh." Lisa berujar sambil menyenggol lengan Caca membuat gadis itu terbuyar dari lamunannya.
"ganteng ya lis?" ucap Caca mengagumi ketampanan Alex dari jarak sekitar tiga meter.
"ganteng kakak lo, haha."
Tentu saja Caca mencibir Lisa. Gadis itu berkata, "Kak Iel tuh jorok, nyebelin juga. Jangan tertipu sama pencitraannya deh Lis."
Lisa hanya tertawa menanggapi ucapan temannya. Baginya, Iel memang lebih tampan dari Alex. Bahkan mungkin Iel adalah pria tertampan yang pernah ia lihat. another budak cinta things.
"Ca, kalau nanti si Annette Annette itu balik lo gimana?" tanya Lisa dengan sangat tiba tiba.
Jujur, Caca juga tidak tahu apa yang akan ia lakukan setelah Annette kembali. Mungkin saja orang itu membawa hubungannya dengan Alex menjadi lebih runyam. Mungkin juga Annette adalah orang yang baik, yang tidak akan menghancurkan hubungan orang. Entah, Caca juga bingung bagaimana bisa hidupnya serumit ini. "nggak tahu. Caca nggak tahu Alex sama dia gimana, Caca nggak tahu dia siapa, yang pasti Alex itu tunangan Caca. Iya nggak?"
"pertunangan lo nggak bisa dibatalin kan, Ca?"
Lisa mendengar temannya itu menghela napas panjang. "Caca belum pernah mikir kaya gitu, jadi belum pernah nanyain itu."
"Caca inget Rebecca pernah bilang kalau Caca ngehalangin takdirnya Alex. Dulu Caca nggak paham, tapi habis Caca pikir, mungkin yang Rebecca maksud ya Annette."
Caca tiba-tiba saja tertawa, membuat Lisa mengerutkan keningnya. "Lisa tahu nggak. Alex stupid banget, Beberapa hari yang lalu, dia mau angkat Caca ke mobil, malah kepala Caca kejedot. Anehnya, Caca bisa suka sama orang aneh."
Lisa memutar bola matanya, lalu gadis itu berkata kepada temannya, "ya karena lo orang aneh Ca. budak cintanya Alex haha!"
=C=
littlerain, 29 04 20
KAMU SEDANG MEMBACA
CALANTHA [completed]
Teen Fiction[a love story of Calantha Aldenate and Alexander Reeham Soedtandyo] Sometimes love will drive you crazy, do something you can't believe, and make you look like the most stupid people in this universe Calantha means bloom, kamu pernah dengar bunga-b...