CALANTHA -17-

796 58 54
                                    

Gadis itu duduk manis di bangku kelasnya dan tentu saja sebisa mungkin ia berusaha membuat teman temannya membaca nametag yang telah terjahit rapih di seragam barunya.

Sebenarnya belum begitu banyak siswa yang datang karena Caca berangkat terlalu pagi. Jadi Caca berdeham setiap ada siswa yang melewati pintu kelas. Dan parahnya hampir semua dari mereka tidak menyadari nametag barunya. Emangnya kurang besar ya?! Kebanyakan dari mereka justru mengomemrari kehadiran Caca yang terbilang cukup langka. Tentu saja Calantha Aldenate tidak pernah datang kesekolah sepagi ini.

Caca mulai merasa kesal. Ia baru saja menghitung bangku kosong dan hanya tersisa enam kursi yang belum terisi, salah satunya adalah bangku Lisa.

Caca semakin bertekad, ia tidak akan membiarkan puluhan jutanya terbuang sia-sia setidaknya harus ada satu orang yang menyadari dan memberinya ucapan selamat.

Dari tempat duduknya gadis itu dapat melihat langkah kaki Bryan, dengan sigap Caca membenarkan posisi duduknya. "ehem.."

Berhasil. Bryan menoleh kearahnya "hai Caca, lo cantik kok hari ini," Caca mendengus. Bukan itu jawaban yang di inginkannya. Lagi pula kalian harus ingat bahwa Caca terlihat cantik setiap hari.

Selang beberapa menit Caca kembali melihat temannya memasuki kelas. Kali ini adalah Gaby, Gabriella. Seingat Caca kemarin ia sempat melihat gadis itu di acara pertunangannya.

"Ehem.."

Sama seperti bryan dan yang lainnya. Deheman Caca membuat gadis itu menoleh. Kali ini Caca memberikan sedikit kode dengan menyentuh rambutnya yang ia letakkan di dekat nametag.

Awalnya Gaby mengeriyitkan matanya, sepertinya ia bingung dengan apa yang dilakukan Caca. Tapi tidak lama kemudian tawa gadis itu pecah sepecah-pecahnya. "HHAHA! Astaga Ca, gue percaya kok Ca, sumpah gue percaya lo tunangannya Alex. Gausah gitu banget elah Ca,"

Ucapan Gaby yang begitu keras membuat semua siswa memandang ke arah Caca. Sedetik kemudian kelas itu menjadi begitu ricuh. "Astaga Ca, iya deh selamat ya Ca, langgeng tuh sama Alex,"

"Iya iya Ca, gue tau udah sold, gausah gitu banget elah,"

"HAHAH CA NGAKAK GUE CA GA KUAT GEMES BANGET ANAK SIAPASIH LO,"

Entah kenapa Caca senang sekaligus kesal melihat semua ini. Ia sedikit kesal karena teman-temannya meledekinya seperti anak kecil. Dan ia sedikit senang karena orang orang melihatnya sebagai tunangan Alex.

Sebenarnya Caca masih tidak begitu paham mengapa ia sangat ingin di akui sebagai tunangan Alex. Namun otaknya terus mengatakan bahwa ia hanya  tidak ingin terlihat seperti gadis yang dicampakan. Jadi Caca juga yakin bahwa ia hanya tidak ingin terlihat dicampakan. tidak ada alasan lain.

##

Caca baru saja menyelesaikan ulangan matematikanya dan Mr. Smith mengizinkan siswa yang telah selesai untuk keluar kelas dan beristirahat.

Jadilah Caca dan Lisa yang sudah menyelesaikan ulangan itu melangkahkan kaki mereka memasuki area kantin.

"Caca ngawur lima belas nomer haha," ucap Caca membuka pembicaraan.

Tunggu. Jika kalian pikir Caca adalah siswa ber prestasi maka kalian salah. Sebenarnya Caca tidak bodoh. Kecerdasannya bisa dianggap melebihi rata-rata. Hanya saja gadis itu tidak menyukai angka dan hitungan. Ia pasti akan tertidur di kelas matematika dan fisika.

"kebiasaan lo tuh, padahal juga bisa, sengaja banget ga mau mikir Ca," balasan Lisa membuat Caca tertawa kecil. "kan Caca udah bilang Caca ga suka matematika. Pokoknya sampe kapan juga Caca ga bakal suka ngitung. Caca cuma suka...Alex?"

Mendengar itu Lisa segera menatap heran kearah Caca. "Hah? Lo cuma suka Alex?"

Caca menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Alex. Itu Alexkan?"

Caca menunjuk salah satu bangku di pojokan kantin membuat Lisa mengikuti arah telunjuk gadis itu. "iya terus kenapa?" Lisa hanya bertanya, dan Caca tau bahwa tidak ada makna tersirat dari pertanyaan gadis itu, tapi anehnya Caca merasa begitu kesal saat mendengarnya.

"Sama Jenice! Kamu ga liat?? Nyebelin banget ish!"

Lagi lagi Lisa memandang Caca dengan tatapan yang aneh. "lo kenapa sih Ca? Katanya ga suka, biarin aja kali. Udah deh minum gue ketinggalan, gue ambil dulu, lo duduk duluan sana,"

Setelah Lisa meninggalkannya sendirian Caca segera melanjutkan langkahnya. Tenang. Caca tidak mencari tempat duduk melainkan menghampiri Alex dan Jenice yang sedang berduaan di kantin.

"Ekhmm."

Kedua manusia itu hanya melirik sekilas tanpa mempedulikan kehadiran Caca.

"Permisi,"

Tapi lagi lagi nihil. Tidak ada jawaban.

Merasa terus diabaikan Caca mulai mengetuk-ngetuk meja mereka.

"Permisi kakak Jenice yang terhormat, kakak lagi duduk sama t.u.n.a.n.g.a.n orang," ucapnya sambil melirik nametag yang terpasang di seragamnya.

"Gausah gitu juga gue tau kali, gausah kek bocah deh, sana pergi,"

Ia mulai kesal karena merasa diremehkan segera membalas ucapan Jenice "Ya kalo tau minggir dong, jangan jadi PHO, kamu senggak laku it itu?"

Alex yang mulai merasa risih akhirnya memberikan teguran kepada Caca. "brisik lo, lagi rapat,"

Setelah Alex mengucapkan itu Caca dapat melihat Jenice tertawa mengejek ke arahnya.

"Yaudah, kalian rapat aja tapi Caca duduk disini, kamu geseran dikit," Caca berucap sambil mendorong pelan tubuh Jenice. Tapi lagi lagi gadis  itu tidak merespon ucapannya. "tolong,"

Karena Jenice tidak kunjung minggir, Caca beranjak dari tempatnya dan pergi menuju pinggir lapangan. Ia mencari sesuatu diantara semak semak. "Nah ketemu!," dengan bangga ia mengangkat bekicot yang barusan didapatkannya.

Ia kembali berjalan cepat menuju tempat kedua orang itu bermesraan. Dalam hitungan detik bekicot yang sebelumnya ia bawa sudah menempel sempurna di tangan Jenice.

"AAAAA" Gadis itu berteriak kesetanan seolah ia akan diterkam buaya. "LEPASIN! PLIS WOY JANGAN BEGO LEPASIN!" Gadis itu terus saja mengibaskan tangannya kesegala arah.

Suara tawa menggelegar dari bibir mungil Caca ketika melihat reaksi konyol yang dihasilkan Jenice. Sudah ia duga orang sepertinya akan berteriak heboh hanya karena hewan menggemaskan itu.

Sedetik kemudian tawanya pudar karena melihat Jenice pingsan di pelukan Alex.

"CALANTHA!"

Tiba-tiba saja Caca menjadi panik. Wajahnya berubah sepucat pasi. Kemarahan Alex yang terpancar begitu jelas membuat jantungnya mulai berdetak tidak karuan. Ia ketakutan. Sangat ketakutan.

=C=

littlerain, 21 03 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang