CALANTHA -53-

601 26 1
                                    

Oke, Caca memang bodoh, tidak seharusnya ia menuruti ucapan Alex dengan mudah.

Saat ini tangannya berkeringat dingin dan kukunya mulai melakukan kebiasaan buruknya--menusuk telapak tangannya sendiri.

"Lele..boleh puter balik aja? Caca belum siap." tanyanya dengan suara yang sedikit gemetar ketika melihat rumahnya dari jauh.

"nggak bisa, udah deket."

Jujur, saat ini Caca tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Ia takut bertemu ayahnya, takut jika hatinya kembali terluka, dan takut jika ayahnya akan murka melihatnya.

"Caca.. Caca.. Tunggu di mobil aja ya.."

Alex menggeram kecil, ia tidak suka sikap gadis ini yang begitu penakut.

"Calantha." Alex menurunkan suaranya membuat jantung Caca tidak karuan.

"Udah sampai, ayo turun."

Caca menatap was-was ke arah pria itu. "harus ya?"

"Ca.."

Caca menelan salvilanya kasar, "Caca nggak turun boleh?"

"Calantha stop it, kita cuma perlu turun. Ada gue, nggak usah takut." lalu pria itu menambahkan kalimat untuk meyakinkan Caca, "Lo nggak percaya sama gue?"

Caca menggeleng kecil, "Caca percaya.. Tapi.."

Alex tidak menghiraukannya, pria itu segera turun lalu membuka pintu yang ada disebelah kiri Caca, menarik lembut tangan gadis itu.

"Ayo.."

Untuk beberapa detik gadis itu masih terpaku didepan pintu rumahnya, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Hingga Alex, pria itu menggenggam tangan Caca. Tentu saja kali ini bukan kesengajaan. Pria itu sengaja memegang tangan Caca supaya tubuhnya berhenti gemetar.

"Alex.."

"ada gue.."

Entah kenapa kata ada gue yang keluar dari mulut Alex selalu bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

"Calantha.." teriak seorang wanita dengan sedikit histeris lalu berlari memeluk putrinya.

"I miss you so badly, mama merindukan kamu dan selalu memikirkan kamu."

Caca melepaskan genggaman tangan Alex, ia segera memeluk ibunya. Tentu saja Caca ikut menangis, hati hello kittynya akan sedih jika melihat ibunya menangis.

"papa kamu.."

Caca tetap dipelukan Tania, tanpa berusaha mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu.

"Papa merindukan kamu, Calantha."

Gadis itu menggeleng, "papa.. Caca nggak mau dimarahin papa lagi.."

Tania mengusap kepala anaknya dengan lembut, "tapi papa merindukan kamu. I'm sure, dia menyebut nama kamu."

Tania menarik putrinya sedikit demi sedikit menaiki tangga, membawa gadis itu ke kamar ayahnya.

"Mama.."

"it's okay, papa kamu menunggu kamu pulang."

Gadis itu menatap Alex sekilas dan pria itu menganggukan kepala seolah meyakinkan gadis itu bahwa ayahnya benar-benar menunggunya.

"caca mau ditemenin Alex boleh?"

Pertanyaan itu membuat Alex berpikir sejenak, tentu saja tidak enak jika ia harus berada diantara permasalahan keluarga seseorang.

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang