Alex menghempaskan tangan Caca menjauhi wajahnya dengan kasar. Membuat gadis itu menatapnya bingung. "Kenapa?"
"gue udah bilang jangan suka,"
Caca benar-benar tidak habis pikir dengan pria dihadapannya ini. "Caca nggak bisa ngatur perasaan Caca, sikap Alex berubah, tiba tiba aja perasaan Caca ikut berubah,"
Rahang pria itu mengeras. Caca dapat melihat bahwa Alex sedang sangat marah saat ini.
"dasar nggak tahu diri,"
Caca tidak mengerti pikiran pria ini, beberapa menit yang lalu semua baik-baik saja. "salah Caca apa?"
"ngelunjak," ketus pria itu.
"hah? Wajar dong kalo Caca suka, sikap Alex berubah, nggak kaya dulu, wajar banget kalo Caca jadi suka sama kamu,"
Alex menggerakkan tubuhnya menjauhi Caca, "Jangan harap gue baikin lo lagi," pria itu pergi, tanpa mengucapkan terimakasih pada Caca. Siapa yang nggak tahu diri. Udah Caca bantuin malah marah-marah kaya gorilla.
##
Sejak kajadian tadi, Caca sama sekali tidak bisa menemukan Alex. Sepertinya pria itu benar-benar marah padanya.
"Kak Garridan!" Caca berlari kecil menghampiri kakak kelasnya itu, berharap dapat sesegera mungkin menemukan keberadaan Alex. "Kakak liat Alex?"
Garridan mengangguk kecil, "di perpus. Tapi mending nggak usah lo samperin dulu, dia lagi marah Ca,"
Caca mengangguk paham. Tapi Caca tetaplah Caca. Meski semua orang melarangnya, jika menurutnya itu benar tentu saja akan ia lakukan.
Alex mengacak rambutnya kesal. Sejak tadi ucapan Gio terus berputar-putar Di kepalanya.
"Lihat aja, gue yakin lo bakal nyakitin mereka berdua Lex. Gue udah bilang tinggalin Caca dari dulu," ucapan Gio membuatnya semakin kesal.
"Dia bakal balik. Gimanapun Caca nggak pernah ada di cerita lo sama dia," Gio menjeda ucapannya. "Lo brengsek banget tahu nggak Lex,"
"brengsek, sama kaya bokap lo dulu, semoga salah satu dari mereka nggak bunuh diri kaya Tante Kinara,"
Lamunanya buyar ketika mendengar suara high-pitched yang terus memanggil-manggil namanya.
Dengan segera, ia melangkahkan kakinya menghindari gadis itu. Ia hanya takut ucapan Gio akan menjadi kenyataan.
Caca menghentikan kakinya kesal ketika mendapati Alex tidak berada di perpustakaan. Sulit sekali mencari keberadaan pria itu. Akhirnya Caca menyerah. Jika bukan sekarang, pasti nanti atau besok ia bertemu dengan Alex.
Masih dengan perasaan kesal gadis itu mencangklong tas Dolce and Gabbana small calfskin sicily 58 bag-nya keluar dari perpustakaan dan menemukan bahwa sekolahnya sudah sangat sepi.
Sial, sangat sial. Caca baru ingat jika beberapa hari ini ia berangkat dan pulang sekolah bersama Alex.
Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi pak Teo. Baru saja akan tersambung, ponsel Caca sudah terlebih dahulu mati.
"untung Caca bawa powerbank," Gadis itu mengeluarkan powerbank dari dalam tasnya. Tapi sialnya, Caca baru ingat jika Lisa belum mengembalikan Port USB Lighting miliknya.
Gadis itu memilih untuk menunggu. siapa tahu, Alex masih ingat dengannya, jika memang pria itu tidak ingat. Siapa tahu juga masih ada murid yang ada di sekolah ini.
Satu menit, dua menit, hingga tidak terasa langit mulai gelap. "percuma bawa hp nggak bisa dipake, ada telpon sekolah udah tutup, sial banget deh Caca hari ini," Caca terus menggerutu. Ia ingin pulang, tapi tidak tahu lagi harus bagaimana. Mungkin Ia harus menunggu sebentar lagi, hingga satpam shift malam datang. Lalu ia akan meminjam ponsel satpam itu.
Jangan kalian pikir Caca tidak mencoba, dari tadi ia sudah mencari beberapa orang. Masalahnya adalah Caca mencari Alex, yang membuatnya terlambat keluar dan Alex meninggalkanya sendirian.
Caca menyulitkan matanya ketika lampu mobil menyorot kearahnya. "Ca? Belum pulang?"
Gadis itu mendongak, mendapati mantan kekasihnya berdiri di hadapanya. Kalo Caca udah pulang ya nggak duduk sendirian lah.
"aku anterin aja gimana?"
Caca menggeleng. "pinjem hp aja, mau telpon pak Teo,"
"aku nggak bawa hp, tadi cuma mau ambil buku. Mending aku anterin kamu pulang, udah malem,"
Akhirnya mau tidak mau Caca harus pulang bersama Gio. Perjalanan mereka hambar. Tidak ada yang mereka bicarakan. Lebih tepatnya, Caca tidak mendengarkan ucapan Gio, dan tidak menanggapinya.
##
Caca sedang duduk dikantin bersama Sherina, Lisa, Ken Dan juga Aksan. Mereka--terlebih Caca sengaja duduk disini untuk menunggu kedatangan Alex. Bagaimanapun gadis itu sudah bertekad tidak akan membiarkan Alex mengacuhkanya.
Dan benar saja, sekitar lima menit sebelum Bel masuk berbunyi Caca melihat Alex berputar arah, tepat setelah pandangan mereka beradu.
"Le maaf," Alex tidak menghiraukan gadis itu dan terus berjalan seperti tidak melihat apapun.
"Le.." Caca mencoba meraih lengan pria itu, tetapi terus saja gagal. Alex berkali-kali menghempaskannya.
"Alex maafin Caca,"
Caca sangat tidak menyukai sikap dingin pria itu. Mungkin ini memang salahnya karena tidak menghiraukan permintaan pria itu. Tapi tidak mungkin bisa ia membohongi perasaannya.
Caca kembali mencoba meraih pergelangan tangan pria itu tetapi tetap saja nihil. Pria itu tidak berhenti atau bahkan menolehkan kepalanya kepada Caca.
Caca sudah sangat lelah. Memang apa salahnya. Ia hanya menyukai pria itu. Ia tidak membunuh seseorang atau menyakiti siapapun.
"Alex! Caca salah apasih??""terserah deh, Alex tahu Alex nggak pernah menang dari Caca. Pokoknya Caca suka sama kamu. Nggak penting juga buat Caca kamu suka atau enggak. Kalau Caca suka, cepat atau lambat kamu juga harus suka,"
Caca sudah tidak memiliki rasa takut terhadap pria itu. Menurut Naga, cinta harus diperjuangkan. Maka Caca akan berjuang. Setidaknya kali ini, biarkan seorang Calantha Aldenate berjuang lebih keras untuk apa yang ia inginkan.
=C=
littlerain 16 04 20
KAMU SEDANG MEMBACA
CALANTHA [completed]
Fiksi Remaja[a love story of Calantha Aldenate and Alexander Reeham Soedtandyo] Sometimes love will drive you crazy, do something you can't believe, and make you look like the most stupid people in this universe Calantha means bloom, kamu pernah dengar bunga-b...