CALANTHA -10-

1K 66 29
                                    

"jadi menurut Gio ini salah Caca?" Caca melontarkan pertanyaan itu dengan nada bergetar, ia tidak menduga Gio akan menyalahkannya dalam masalah ini.

"...."

"Gio? Ini salah Caca?" Caca mengulangi pertanyaannya, kali ini ia memberi penekanan dalam ucapannya.

"it's not totally my fault Ca," balas Gio dengan nada yang lebih santai.

Jawaban Gio benar benar membuat Caca tidak dapat berkata-kata. Bagaimana bisa Gio tidak mau mengakui kesalahannya dan malah membebankan semua masalah ini kepada Caca, seolah ia adalah satu satunya pengkianat diantara mereka.

"Gio,bisa kamu jelasin dimana salah Caca? Caca cuma cemburu karna pacar Caca makan sama cewe lain. Cuma itu, then if I was crying last night, Is it my fault? I'm crying because of you Gi! Nothing else" ucap Caca dengan nada frustasi

Gio menggeram mendengar perkataan itu.
"jadi menurut kamu pergi sama Alex itu bukan masalah Ca?! Kamu juga pergi sama cowok lain Ca! Berhenti jadi munafik dan egois Ca, aku makan sama Rebecca ada alesanya, kamu ga boleh kekanak-kanakan dalam segala hal Ca," ucap Gio menggebu-gebu, menggoreskan sebuah luka di hati Caca.

"let's forget it Ca, kita sama sama salah, kamu pergi sama Alex dan aku makan malam sama Rebecca, kita impas, lupain aja,"

"Gio kamu.."
Caca tidak bisa lagi menahan air matanya ketika mendengar pernyataan Gio. Ia merasa sangat tidak dihargai.

"you know what? Awalnya Caca mau lupain ini Gi! Awalnya Caca kira kamu bakal minta maaf! Tapi ternyata Caca salah, sejak tadi kamu terus nyalahin Caca,"

"kamu tahu?! Caca cuma butuh kamu minta maaf karena kamu ingkarin janji kamu sama Caca demi Rebecca. Minta maaf sesusah itu ya gi?" Caca mengucapkannya seraya mengusap kedua pipinya, menghapus setiap cairan bening yang turun dan membasahi pipinya.

"oke fine! kalo menurut kamu ini memang salah aku, aku-" ucapan Gio terputus karena Caca lebih dulu menyelanya "kalo kamu ga merasa salah gausah minta maaf, i don't need it, mungkin emang Caca yang salah. Sorry,"

"Ga gitu ca-"
"I'm tired Gi, Caca butuh istirahat. Kamu bisa pulang sekarang?" lagi lagi ucapan Gio harus terputus karena Caca kembali menyelanya.

Akhirnya dengan berat hati Gio melangkahkan kakinya menjauh dari tempat tidur Caca. "Jangan lupa minum obat kamu" ucapnya sebelum benar benar pergi meninggalkan Caca sendirian.

##

Caca bukanlah tipe orang yang suka berlama-lama kalut dalam masalahnya, seperti saat ini, ia sedang menonton drama korea sambil menunggu kedatangan Lisa. Menurutnya hanya orang yang ditakdirkan untuknya akan tetap bersamanya. Jadi mudah saja, jika kali ini Gio harus pergi, mungkin Gio memang bukan takdirnya.

Tok tok tok

Ketukan di pintu itu membuat Caca menekan tombol 'jeda' di tabletnya.
"masuk aja Lis, ga Caca kunci"

Tidak lama terdengar suara pintu terbuka bersamaan dengan suara seorang gadis yang memecahkan keheningan di kamar itu.
"gimana tangan lo? Kok bisa sih Ca, banyak gaya lo pasti!" ujar Lisa sambil melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah Caca.

Caca tidak menjawab pertanyaan Lisa, hanya mengangkat tangannya seolah memamerkan lengannya yang terluka. "kok bisa sih Ca? Ngaco banget lo" tanya ya sekali lagi.

Tapi lagi lagi Caca tidak menghiraukan ucapannya "mana titipan Caca? Kamu lama banget, Caca ngidam tau ga?" ucap Caca seraya menyodorkan tangannya di hadapanya Lisa.

Lisa yang melihat itu segera memberikan satu kotak permen jeli kesukaan Caca, "tuh makan ampe kenyang! Biar lengket di gigi,"

Tok tok tok

Baru saja Caca akan membuka kotak itu dan memakannya, suara ketukan pintu lagi lagi terdengar dan mengganggu kegiatannya.

"Kenapa?" balas Caca dengan nada pasrah

"nona" Suara itu terdengar di ikuti kepala yang menyembul dari balik pintunya.

"ada apa?" tanya Caca dengan nada malas, ia tidak ingin diganggu saat ini.

"ada kiriman dari Starleth Brynn, beliau bilang nona meninggalkan gaun pertunangan nona disana," Pelayan itu mengucapkan dengan cukup kencang membuat Caca segera membelalakan matanya. Bagaimanapun juga Lisa belum mengetahui tentang hal ini.

"taruh di kamar mama" Caca mengucapkan ya dengan cepat berharap Lisa tidak akan mencurigainya. Tapi sepertinya itu tidak berhasil. Begitu Caca membalikkan tubuhnya ia langsung dapet melihat raut wajah Lisa yang penuh dengan pertanyaan.

"Ca.." Lisa menggantungkan kalimatnya seraya memandang Caca penuh tanya, seolah tatapannya mengatakan 'lo yang jelasin atau gue yang tanya?!'

Caca hanya mendengus melihat tatapan itu. Akhirnya mau tidak mau. Suka tidak suka. Rela tidak rela. Caca harus menjelaskannya pada Lisa. Caca memang tidak berniat menyembunyikan hal ini selamanya, hanya saja ia belum siap mengutarakannya saat ini.

"Caca di jodohin sama Alex," ucap Caca dengan nada sesantai mungkin, berharap tidak menambah keterkejutan Lisa.

Tapi lagi lagi usaha Caca tidak membuahkan hasil. Lisa malah menjerit histeris kepadanya, "what the fck, kok lo baru bilang sih Ca?"

Akhirnya Caca memutuskan untuk menjelaskan semuanya dengan rinci. Tentang bagaimana kondisi proyek Aldenate.corp, tentang bantuan dana, tentang perjodohan mereka dan tentang pertunangan mereka yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Setelah mendengar penuturan Caca yang begitu panjang Lisa hanya duduk terpaku di hadapa Caca seolah memikirkan sesuatu.

"WOY! Kok Lisa diem sih?" tanya Caca sambil mengerucutkan bibirnya karena merasa diabaikan oleh Lisa.

"Ca," ucap Lisa menggantungkan kalimatnya "kalo ternyata Alex jodoh lo gimana? Mungkin aja ini takdir Tuhan buat lo," lanjutnya.

Sekarang giliran Caca yang terdiam merenungkan ucapan Lisa. Mungkin saja Lisa benar, mungkin Alex adalah.. Nggak, nggak mungkin Ca.

"haha Lisa ngelawak ga ada lah, yakali Alex jodoh Caca," ucap Caca mencoba menenangkan dirinya.

Lisa yang melihat itu hanya mengendikan bahunya, "terserah sih, kan gue cuma ngira-ngira, tapi kayanya sih beneran ya Ca" ucapnya seraya terkekeh jahil.

=C=

littlerain, 13 02 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang