CALANTHA -41-

572 31 1
                                    

Hari ini seorang Calantha Aldenate tidak berhenti membagikan senyumnya ke orang-orang, membuat sebagian dari mereka memberinya tatapan menghakimi.

"Lo nggak gila kan, Ca?" tanya Lia sambil menyentuh jidat sahabatnya.

Caca menggeleng sambil menahan senyumannya. "Caca seneng banget.."

"Lo diapain Alex sih, Ca? Balik-balik parah banget lo kek sakit jiwa." Lisa tidak bisa fokus dengan makan siangnya karena gadis yang duduk di hadapannya tidak berhenti bergerak.

Tangannya Berkali kali menyentuh pipinya, menutupi wajahnya, tiba-tiba saja menggeram, bahkan wajahnya merona tanpa alasan. Benar-benar seperti orang gila.

"Caca.. Astaga.. Caca malu banget ngomongnya..." Gadis itu tidak jadi melanjutkan ucapannya, malah kembali menutupi wajahnya yang memerah.

"apa, sih Ca? Gue kepo banget sumpah. Nggak biasanya lo kaya gini." kata Lisa sedikit mendesak Caca untuk bercerita.

Caca menormalkan detak jantungnya, demi apapun, sejak tadi pagi jantungnya masih berdetak tidak karuan ketika mengingat kejadian yang terjadi di ruang OSIS.

" Jadi--"

"Ca!"

Lisa menggeram karena teriakan Aksan membuat Caca menghentikan ucapannya.

"Lo apain Alex hah? Dia kek orang bego hari ini. Nggak mau ke kantin, pas dipaksa dia langsung puter balik gara-gara ngeliat lo. Lo apain temen gue Calantha?" tanya Aksan bertubi-tubi membuat Caca kembali menutupi wajahnya.

"Ca.. Jangan-jangan.." Lisa menggantungkan ucapannya lalu ia melakukan aksi saling tatap-menatap dengan Aksan.

"Lo sama Alex habis ngapa-ngapain ya?!" Kedua orang itu berteriak seremoak membuat Caca ingin menghilang dari tempat itu sekarang juga.

"Sstt. Jangan keras-keras." Caca memperingatkan mereka karena seisi kantin sedang menatap tajam kearahnya.

Tapi sepertinya Caca mengucapkan kalimat yang terlalu ambigu. Sehingga Lisa kembali bertanya dengan sangat tidak santai, "jadi lo beneran ngapa-ngapain?"

Gadis itu menganggukan kepala sambil menahan senyumannya, membuat Lisa dan Aksan membelalakan mata tidak percaya.

"Lo ngapain ca?" tanya Aksan sambil menyenggol-nyenggol lengan gadis itu.

"em.. Gimana ya ngomongnya.."

Keraguan Caca membuat Lisa semakin menatapnya was-was.

"Lo cipokan?" tanya Aksan dengan sangat frontal sambil menggerakkan kedua tangannya.

Tentu saja Caca menggeleng. "enggak. Cuma pelukan." jawab gadis itu dengan sangat amat polos.

Tentu saja Aksan dan Lisa tidak bisa menahan tawa mereka. Bagian terlucunya adalah seorang Alexander Reeham menjadi orang bodoh hanya karena dipeluk oleh seorang gadis yang berstatus sebagai tunangannya.

Ketiga orang itu terus mengobrol tanpa menyadari seseorang tengah menggeram mendengar percakapan mereka.

##

Caca berdecak kesal karena jalannya dihalangi oleh Rebecca.

"Caca nggak pernah punya masalah sama kamu. Minggir deh." sinis Caca.

Gadis itu berdecak ketika Rebecca tidak menghiraukan ucapannya.

"Nggak usah sok polos. Aku udah pernah nyuruh kamu buat pergi dari hidup Alex, you're not his destiny, Calantha." Rebecca berkata dengan nada yang sangat menyebalkan. Membuat Caca muak dengan gadis itu.

"ini hidup Caca. Nggak usah ikut-ikut. Kamu bukan apa-apa Rebecca. Nggak puas ngerebut Gio Dari Caca?" sarkas Caca membalas ucapan Rebecca.

Caca dapat melihat Rebecca baru saja mentertawai ucapannya. "aku nggak ngerebut apapun, kamu yang tiba-tiba datang merebut posisi Annette. Kamu pikir kamu pantas bersaing sama  Annette, I'm sure seantero sekolah juga tahu Alex cuma cocok sama Annette."

Caca tidak mengambil pusing ucapan gadis gila itu. "who the hell you think you are. Bahkan, kak Annette nggak bilang apapun sama Caca. Kamu bukan siapa-siapa Rebecca, berhenti ngurusin hidup orang."

"Annette nggak bilang apapun karena kamu tidak pantas untuk bicara dengannya." elak Rebecca menanggapi pernyataan Caca.

Sedangkan Caca melangkahkan kakinya berniat meninggalkan Rebecca, tapi gadis itu kembali menghadang langkahnya. "lihat? Kamu bahkan nggak punya sopan santun, aku belum selesai bicara dan kamu mau pergi? Benar-benar berbeda dengan Annette yang anggun."

Caca memutar bola matanya jengah, "Stop talking about Kak Annette. Cuma ada Caca sama kamu disini nggak ada kak Annette."

"mending sekarang kamu minggir karena Caca lagi keburu-buru." Caca tidak berbohong, saat ini Alex---pria yang sedang mereka debatkan memang sedang menunggunya karena mereka harus menghadiri suatu acara malam ini.

Caca sangat berharap Rebecca akan membiarkannya pergi karena jujur saja Caca tidak peduli dengan semua ucapan gadis itu. Toh, ia juga tahu bahwa Annette setuju untuk bermain bersih. Tapi sayangnya, gadis itu kembali mencekal pergelangan tangannya.

Rebecca mulai menceramahi Caca panjang lebar--yang tentu saja tidak Caca hiraukan karena sekarang ia sedang menghitung berapa banyak nyamuk yang terbang diatas kepala Rebecca.

Akhirnya Rebecca melepas cekalannya ketika gadis ia mengucapkan kalimat terakhir. "ini peringatan terakhir aku Calantha, lebih baik kanu pergi sendiri dari pada kamu harus pergi dengan Cara aku."

Caca menghela napasnya lega, lalu gadis itu berkata, "Kakak kelas Caca yang paling tidak pintar dan tidak cantik, dari tadi Caca juga mau pergi, cuma tangan kakak tidak cantik menghalangi Caca." sambil menjulurkan lidahnya berniat mengejek Rebecca membuat gadis itu kesal bukan main.

"aku nggak bercanda Calantha! Pergi dari hidup Alex."

Ucapan Rebecca hanya ditanggapi Caca dengan mengangkat bahu, membuat Rebecca tidak berhenti merutuki gadis itu.

Ia menatap punggung Caca yang semakin menjauh. Aku akan memastikan kamu menyesal karena tidak mendengarkanku. Seorang Rebecca Laurels tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.

=C=

littlerain, 05 05 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang